Mohon tunggu...
nashwawidya163
nashwawidya163 Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa s1 universitas Airlangga

hobi saya menggambar dan saya suka melukis

Selanjutnya

Tutup

Analisis

generasi z dan peluang bisnis di era modern

29 November 2024   21:15 Diperbarui: 29 November 2024   21:12 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Kesempatan berarti adanya faktor-faktor positif yang dapat dipertimbangkan pelaku bisnis ketika akan beradaptasi dengan pasar Gen Z. Meskipun dunia dan alam pikir Gen Z masih merupakan misteri bagi beberapa generasi sebelumnya, tetapi bukan berarti tidak dapat 

  • dikuasai. Peluang pertama yang dapat dilakukan oleh pelaku bisnis untuk dapat beradaptasi dengan Gen Z adalah 'fakta bahwa Gen Z masih relatif muda dan cenderung mudah dipengaruhi minatnya'. Fromm & Read (2018), menjelaskan fakta bahwa remaja saat ini merasa perlu untuk mengatur akun media sosial mereka sesering mungkin, mengindikasikan adanya perilaku FOMO (Fear of Missiong Out) dan FOLO (Fear of Living Offline). FOMO adalah istilah yang populer saat ini, untuk menggambarkan perilaku konsumsi yang dimotivasi oleh perasaan 'ingin ikut dan terlibat dalam mencoba hal viral'. Sedangkan FOLO lebih banyak ditunjukkan dari perlaku seringnya memeriksa dan mengamati gawai, terutama ketika mereka sedang menantikan respon dari postingan terbaru di media sosial mereka atau ketika mereka mulai bosan dengan aktivitas di realitas fisik. Perilaku FOMO dan FOLO yang terjadi pada Gen Z, dapat menjadi peluang bagi pelaku bisnis untuk membangun tren digital dan menarik minat para Gen Z. Kemudian Peluang kedua, berhubungan dengan tingkat kepercayaan Gen Z terhadap suatu produk atau pelaku usaha, yaitu: 'Gen Z menilai kepercayaan suatu produk barang atau jasa berdasarkan rating, atau jumlah engagement'. Thio (2019), menjelaskan bahwa dari tujuh sub-dimensi pengalaman pelayanan pelanggan (customer service experience), yaitu trust, value for money, context familiarity, usability, communication, product presence, dan interactivity, terdapat tingkat trust dan value for money yang tinggi dari Gen Z daripada Gen Y (Milenial). Selanjutnya Peluang ketiga , berhubungan dengan konsep value for money, yaitu 'Gen Z adalah generasi yang melihat kesesuaian antara harga dengan kualitas produk'. masih berhubungan dengan penelitian Thio, bahwa Gen Z memperhatikan kesesuaian harga dengan kualitas produk (value for money), yang artinya mereka tidak melihat berdasarkan mahal atau murahnya suatu produk barang dan jasa. Produk yang mahal, apabila sesuai dengan kualitasnya, maka Gen Z akan tertarik membelinya. Dengan mempelajari kecenderungan merek, produk, dan layanan yang dipilih Gen Z, maka pasar Gen Z dapat dieksplorasi dengan baik. Konsep value for money ini juga dapat menjadi indikator dari besaran margin keuntungan yang dapat diperoleh pelaku bisnis jika ingin masuk ke dalam pasar Gen Z. Salah satu layanan yang cukup populer di kalangan Gen Z adalah memberikan promo, bonus, atau pengemasan yang rapi, yang dapat memberikan kesan premium atau keuntungan lebih. Bahkan aktivitas pengemasan produk yang ditampilkan secara live, juga dapat menarik minat para Gen Z. Usaha (effort) yang maksimal dan serius, meski biaya yang dikeluarkan minim, dapat menarik minat Gen Z. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang menjelaskan bahwa Gen Z adalah pembeli yang konsumtif yang cenderung mengeluarkan uang jika mereka memiliki minat pada produk tertentu. Gen Z juga suka berbelanja online, karena mudah, nyaman, persepsi pada harga yang lebih murah, variasi produk, dan efisiensi waktu.
  • Penutup

Berdasarkan pembahasan penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa realitas yang dialami oleh Gen Z, berbeda dengan generasi sebelumnya yang cenderung hidup dalam realitas fisik, dan menganggap internet adalah realitas tambahan yang dimanfaatkan sebagai hiburan, sumber pengetahuan, dan realitas penunjang dari realitas fisik. Internet adalah bagian dari lingkungan asli, budaya, interaksi sosial, dan sumber pengetahuan dari Gen Z. Fakta bahwa Gen Z mendominasi ruang internet dengan penetrasi internet dan kontribusi terbesar dibandingkan generasi lain, menjadikan realitas internet, sangat tergantung pada karakteristik Gen Z. Pasar konsumen Gen Z tidak dapat dipahami sepenuhnya oleh pelaku bisnis dari generasi sebelumnya, sehingga muncul istilah disrupsi untuk menggambarkan ketidakjelasan situasi yang dialami dalam interaksi sosial, budaya, dan bisnis saat ini. Generasi pra Gen Z sangat khawatir bahwa mereka tidak punya kendali, atau minimal kontribusi untuk selalu relevan, dengan 'dunia' yang dikembangkan oleh Gen Z,terutama dalam konteks bisnis. Tetapi Generasi Z adalah kekuatan besar dalam lanskap bisnis modern. Dengan kebutuhan yang spesifik dan perilaku konsumsi yang unik, mereka menciptakan peluang bisnis baru yang menarik. Perusahaan yang mampu memahami dan beradaptasi dengan karakteristik generasi ini tidak hanya akan mendapatkan keuntungan, tetapi juga menjadi bagian dari perubahan positif di dunia bisnis. Kini saatnya para pelaku usaha menjadikan Gen Z sebagai inspirasi untuk menciptakan inovasi yang relevan dan berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun