Mohon tunggu...
Nashwa Aulia Ardhini
Nashwa Aulia Ardhini Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Sekolah Vokasi IPB University

Saya sangat menyukai musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Strategi Efektif Kampanye Politik di Media Sosial Instagram

13 Februari 2024   16:18 Diperbarui: 23 Februari 2024   19:28 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://mediadesa.id/strategi-kampanye-media-sosial-peserta-pemilu-pemilu-2024/ (Kampanye Media Sosial)

Mengingat bahwa tahun 2024 akan menjadi tahun politik, banyak pasangan calon presiden yang mulai melakukan kampanye. Sukma et al (2024:368) mengatakan dengan waktu yang terbatas, kampanye politik dilakukan dalam berbagai tahapan dan menggunakan berbagai model kampanye. Oleh karena itu, pasangan calon presiden dan tim kampanyenya membuat  strategi kampanye politik yang efektif. Strategi yang dibuat, akan berubah sesuai dengan media yang dipilih.

Pemilu 2024 adalah kesempatan penting bagi Gen Z dan Milenial untuk menentukan arah politik negara, melalui pemilihan calon presiden dan wakil presiden. Pada aktivitas politik, Gen Z dan Milenial sangat aktif menggunakan media sosial untuk menyampaikan pandangan politik mereka. Sehingga kebanyakan pemilih saat ini, lebih banyak menggunakan media sosial dari pada media massa. Menurut Ardha (2014:105) kampanye mulai menggunakan media digital di era ini, dan media sosial menjadi kekuatan untuk memainkan peran penting dalam kampanye politik.

Peran Media Sosial Instagram dalam Kampanye Politik

Menurut Indrawan et al (2020) medium utama komunikasi politik penguasa dan politisi saat ini adalah media sosial. Media sosial digunakan sebagai sarana penyampaian kebijakan publik, pernyataan politik, sampai komentar terkait peristiwa-peristiwa nasional atau internasional. Oleh karena itu, yang menjadi alasan utama kenapa mereka melakukan kampanye di Instagram adalah kemudahan akses dan biaya yang rendah. Selain itu cakupan dari media sosial Instagram, yang dapat diakses dari mana saja dan kapan saja

Sementara itu Qudsi & Syamtar (2020) mengatakan Instagram adalah platform di mana generasi milenial dapat menyalurkan aspirasi, pemikiran, dan opini mereka. Oleh karena itu, Instagram menjadi salah satu sarana komunikasi politik yang sering digunakan untuk melakukan berbagai kampanye. Melalui Instagram mereka dapat menyapa, dan menyampaikan pesan secara lebih efektif dan efisien. Selain itu, karena disampaikan melalui platform Instagram, pesan akan lebih mudah dipahami oleh masyarakat.

Instagram menjadi media komunikasi politik yang sangat efektif, karena Gen Z dan Milenial cenderung untuk bersuara melalui platform tersebut. Instagram juga, memungkinkan Gen Z dan Milenial untuk mengikuti perkembangan politik terbaru. Instagram juga akan lebih baik untuk branding, karena bergantung pada konten pengguna. Singkatnya, baik politisi maupun pemangku kepentingan politik memiliki kebebasan untuk menggunakan istilah apa pun yang mereka inginkan. Selain itu, dengan menggunakan fitur IGTV politisi bisa berinteraksi secara langsung dan mendalam dengan masyarakat.

Tantangan Kampanye Politik di Media Sosial Instagram

Elizamiharti (2024:69)  mengatakan, ada beberapa tantangan yang perlu diatasi terkait partisipasi politik di era digital. Salah  satunya adalah  penyebaran  disinformasi  atau  berita  palsu,  yang  dapat  mempengaruhi persepsi   masyarakat   terhadap   isu-isu   politik   dan   mempengaruhi   keputusan   mereka. Disinformasi bisa membingungkan dan merusak kualitas diskusi publik. Manipulasi elektoral juga menjadi masalah serius dalam partisipasi politik di era digital.

Banyak tantangan yang dihadapi, pada saat melakukan kampanye politik di media sosial seperti Instagram. Calon presiden dan tim kampanye, harus meningkatkan pengetahuan dan keahlian yang dimiliki dalam mengelola kampanye agar sukses. Beberapa tantangan yang disebutkan diatas, seperti penyebaran disinformasi dan berita palsu dapat dengan mudah tersebar luas melalui berbagai fitur Instagram. Seperti postingan, stories, dan pesan langsung, yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap isu-isu politik. Hal ini bisa membingungkan pengguna dan merusak kualitas diskusi publik yang terjadi di platform Instagram.

Manipulasi elektoral di Instagram, bisa terjadi melalui berbagai cara. Seperti pembelian pengikut palsu, penggunaan bot untuk meningkatkan interaksi, atau penyebaran narasi palsu yang ditujukan untuk mempengaruhi pemilih. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang tepat untuk menghadapi tantangan yang ada pada media sosial Instagram.

Strategi Keberhasilan Kampanye Politik di Media Sosial Melalui Personal Branding 

Personal branding, dan kampanye politik sangat terkait. Pada kampanye politik, personal branding sangat penting. Sebagai cara untuk menciptakan citra yang kuat, dan positif. Hidayati (2024:434) mengatakan, seorang kandidat dapat meningkatkan daya tariknya di mata pemilih dengan menggunakan personal branding yang konsisten. Hal ini juga, dapat menunjukkan identitas dan nilai-nilai yang dimiliki. Oleh karena itu, dalam kampanye politik personal branding sangat penting. Hal ini dapat memungkinkan kandidat untuk membangun citra yang meyakinkan, dan menarik di mata pemilih.

Sementara itu menurut Guervitch et al (2009) menjaga pengelolaan media sosial instagram untuk selalu up to date, dan dapat melayani publik dalam memberikan informasi tidaklah mudah. Konsistensi, menjadi kata kunci yang perlu dipahami oleh politisi. Oleh karena itu, personal branding yang konsisten dapat memberi pengikutnya kesan profesionalisme, kesetiaan, dan kepercayaan. Politisi dapat membangun, dan mempertahankan hubungan yang positif dengan masyarakat. Hal tersebut, dapat meningkatkan efisiensi kampanye melalui media sosial jika mereka menyadari pentingnya konsistensi.

Menurut Hidayati (2024:437-438) sebagai kandidat presiden pada pemilu 2024, Anies Baswedan berusaha meningkatkan reputasinya, untuk menarik simpati pemilih. Ini adalah penjelasan delapan konsep personal branding yang digunakannya :

1. Spesialisasi (The Law of Specialization)

Sebagian besar unggahan Anies, berkonsentrasi pada pertemuan dengan berbagai ulama dan pesantren. Selama kegiatan tersebut, Anies juga terlihat melakukan sholat dan doa bersama. Selain itu, aspek akademik Anies Baswedan menjadi pusat percakapan dengan pengusaha, masyarakat, dan mahasiswa. Selain itu, komentar yang ia unggah mencerminkan pengalamannya sebagai kepala daerah, menunjukkan empati dan berusaha menyelesaikan masalah masyarakat selama kunjungan kampanyenya.

2. Kepemimpinan (The Law of Leadership)

Karir Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta dan Rektor Universitas Paramadina, menunjukkan bahwa ia adalah sosok pemimpin yang kredibel. Anies menunjukkan sikap pemimpin, dalam memberikan solusi dan masukan untuk masalah masyarakat dalam unggahannya. Selama kampanye, ia juga menjadi imam di beberapa masjid yang ia kunjungi. Ini adalah contoh sikap pemimpinnya.

3. Kepribadian (The Law of Personality)

Anies menunjukkan kepribadiannya, melalui berbagai postingannya di Instagram. Aspek religiusitasnya terlihat dari kunjungannya, yang sering ke pesantren. Toleransinya ditunjukkan dengan berkumpul, bersama orang-orang dari berbagai agama. Baik infografis tentang programnya, maupun unggahan diskusi dengan mahasiswa menunjukkan sisi muda dan kreatifnya. Selain itu, interaksinya dengan pasangan calon wakil presiden, Muhaimin Iskandar, menunjukkan sisi komedinya.

4. Perbedaan (The Law of Distinctiveness)

Faktor yang membedakan unggahan Anies, adalah hubungannya yang religius dan hubungan pribadi dengan orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat. Selain itu, unggahan kegiatan kampanye Anies lebih banyak dibuat dalam bentuk video, sehingga jelas untuk memberikan rangkuman kegiatan dan interaksi dengan masyarakat.

5. Kenampakan (The Law of Visibility)

Selama kampanye, Anies terus membagikan aktivitasnya di Instagram. Setiap hari, ia pasti mengunggah konten yang mendukung upayanya untuk menarik simpati publik. Akun Instagram Anies dikelola oleh tim dan Anies sendiri, sehingga penjadwalan unggahan lebih teratur untuk mempertahankan hubungan yang kuat dengan pengikutnya.

6. Kesatuan (The Law of Unity)

Anies sering berbagi hubungan yang baik dengan pasangannya, Muhaimin Iskandar, untuk menunjukkan hubungan baiknya dengan masyarakat. Ini sejalan dengan hubungannya yang baik dengan keluarganya, termasuk istrinya dan ibunya, yang sering ia unggah.

7. Keteguhan (The Law of Persistence)

Terlihat bahwa Anies dan timnya, berusaha untuk mempertahankan konsistensi dalam jumlah konten yang mereka unggah di instagram rata-rata enam konten dalam berbagai format setiap hari, termasuk foto, video, infografis, dan bahkan iklan komedi. Meskipun Anies memiliki sedikit pengikut dibandingkan Prabowo, unggahan dari akunnya lebih beragam.

8. Nama Baik (The Law of Goodwill)

Anies membuat infografis yang menggambarkan program-program, akan dilaksanakan jika ia terpilih sebagai Presiden Republik Amerika Serikat pada tahun 2024 untuk mendukung citra positif. Untuk membuatnya lebih jelas dan menarik, infografis digunakan untuk menjelaskan programnya. Iklan komedi juga membahas masalah masyarakat, dan solusinya selain infografis. Infografis dan iklan komedi, membuat program yang berat atau serius lebih mudah dipahami dan menyenangkan untuk dilihat. Diharapkan pesan akan lebih masuk ke masyarakat.

Kampanye politik di Instagram semakin penting dalam politik hari ini, terutama untuk menjangkau pemilih Gen Z dan Milenial. Kunci kesuksesannya adalah bagaimana politisi membangun citra positif dan konsisten melalui personal branding, seperti yang dilakukan Anies Baswedan dalam pemilu 2024 pada platfrom Instagram. Memahami dan menggunakan media sosial dengan baik, politisi bisa lebih dekat dengan masyarakat dan mendapatkan dukungan yang lebih luas.

 

Referensi 

Sukma F, Cangara H, Saifulloh M. 2024. Kampanye Politik Sebagai Politik Pemasaran : Tinjauan Atas Pemilihan Umum Calon Presiden Indonesia Tahun 2019. Jurnal Pendidikan dan Agama Islam. 23(1): 368. https://journal.laaroiba.ac.id/index.php/mk/article/view/4329

Ardha B. 2014. Social Media Sebagai Media Kampanye Partai Politik 2014 di Indonesia. Jurnal Visi Komunikasi. 15(1):105. https://download.garuda.kemdikbud.go.id/article.php?article=2509937&val=23922&title=social%20media%20sebagai%20media%20kampanye%20partai%20politik%202014%20di%20indonesia

Qudsi M I E Q & Syamtar I A. 2020. Instagram dan Komunikasi Politik Generasi Z dalam Pemilihan Presiden 2019: Studi Pada Mahasiswa Universitas Pertamina. Jurnal Ilmu Komunikasi Politik dan Komunikasi Bisnis. 4(2):167-185. https://doi.org/10.24853/pk.4.2.167-185

Indrawan J, Efriza, Ilmar A. (2020). Kehadiran Media Baru (New Media) dalam proses Komunikasi Politik. Jurnal Medium. 8(1):1-17. https://doi.org/10.25299/medium.2020.vol8(1).4820

Elizamiharti, Nelfira. 2024. Demokrasi Di Era Digital: Tantangan Dan Peluang Dalam  Partisipasi Politik. Jurnal Riset Multidisiplin dan Inovasi Teknologi. 2(1):69.  https://risetpress.com/index.php/jimat/article/view/342/269

Hidayati A N. 2024. Personal Branding Anies Baswedan Calon Presiden Indonesia 2024 melalui Media Sosial Instagram. Jurnal Desain. 11(2):434-438. https://journal.lppmunindra.ac.id/index.php/Jurnal_Desain/article/view/21907/6403

Guervitch, Michael , Coleman, Stephen , Blumler, Jay G. 2009. "Political Communication -- Old And New Media Relationships" Dalam The ANNALS Of The Amreican Academy Of Political And Social Science 625, hal.164-182. http://www.ensani.ir/

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun