Mohon tunggu...
NASHIH ULWAN
NASHIH ULWAN Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Stai Al-Anwar Sarang Rembang

Hobi membaca buku dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menganalisis Krisis Identitas dan Konflik Antaretnis di Sampit dengan Teori Konflik Idetitas

3 November 2024   00:33 Diperbarui: 4 November 2024   22:57 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://startfmmadina.com/teragedi-kerusuhan-sampit-vs-madura-yg-mengerikan/Input sumber gambar

Hal ini membuat Suku Dayak tidak menyukai perbuatan mereka dikarenakan sifat ambisinya dan sikap mereka tidak bisa menghargai budaya dari Suku Dayak.  Bukan hanya itu, adanya konflik yang disebabkan Suku Madura antara lain: menguasai perekonomian orang Dayak, dan menguasai industri komersial seperti perkayuan, penambangan, dan perkebunan. 

Selain itu, mereka juga membuat kerusuhan dengan membakar rumah orang Dayak. Di kemudian hari, rumah-rumah orang Madura terbakar sebab warga Dayak yang membalaskan dendam, Profesor Usop dari Asosiasi Masyarakat Dayak mengklaim bahwa penyerangan warga Dayak terhadap migrasi Madura bertujuan untuk mempertahankan diri, dikutip dari www.kompas.com.

Pada keterangan Jurnal Masyarakat dan Budaya, volume 5 no.2 tahun 2003 menyatakan bahwa Kab. Kotawaringin Timur memang merupakan wilayah terbanyak warga keturunan Madura di Kalimantan Tengah. Sebelum terjadinya kerusuhan, terdapat 75 riibu jiwa penduduk Madura di daerah itu. 

Mungkin karena jumlah mereka terlalu besar, warga Dayak merasa dikuasai. Saat melakukan pawai keliling di Kota Sampit, tanggal 18-19 Februari 2002, mereka Suku Madura menunjukkan kekuatanya dengan membawa senjata tajam (clurit) dan membawa spanduk yang bertuliskan "Selamat Datang di Sampang II". 

Seakan-akan mereka mendeklarasikan  Sampit atau Kotawaringin Timur sebagai Sampang ke-2 (Sampang I tentunya di Pulau Madura). Mereka pun membakar dan membunuh warga Dayak.

 Mengutip dari Jurnal  Penelitian Ilmu Sosial, bahwa puncaknya  perang sampit terjadi pada tanggal 20 Februari 2001, kondisi ini berbalik arah dengan kedatangan jumlah besar orang Dayak dari berbagai daerah menuju ke Sampit dengan tujuan menyatakan perang dengan Suku Madura. 

Suku Dayak dalam peperangan ini menggunakan senjata-senjata tradisional seperti, Mandau, lunju atau tombak, dan senjata api, tetapi ada juga yang menggunakan senjata tradisional seperti, clurit dan sejumlah bom rakitan. Selama terjadinya sejarah tersebut, dalam kurun waktu yang tidak begitu lama , telah menewaskan 600 orang (Marry, 2014).

Pembersihan etnis yang dilakukan oleh Suku Dayak terus dilakukan hingga beberapa minggu ke seluruh Kalimantan Tengah hingga wilayah ujung jalan raya Trans Kalimantan dan Kuala Kapuas disebelah Tenggara, bahkan sampai ke Pangkalan Bun di sebelah barat. Besarnya jumlah korban yang tewas dalam perang sampit karena, orang Dayak melampiaskan kemurkaanya dengan mempraktekan ritual perburuan kepala (Ngayau dan Kayau). 

Akhirnya para Suku Dayak slalu mengincar kepala-kepala Suku Madura untuk dijadikan sebagai alat ritual agar kesaktiannya semakin tambah, sebenarnya ritual ini sudah dihentikan sejak tahun 1884 dengan perjanjian Tumbang Anoy. Pemenggalan kepala terjadi, didahului dengan ketidak sadarnya bagi pelaku dalam melakukan ritual. Maka tidak lagi mengejutkan bahwa saat itu sangat banyak korban yang bergelimpangan tanpa kepala.

Dari kejadian tersebut menimbulkan banyaknya kerusakan, baik dari sektor ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain. Banyak ruko dan pasar tutup saat terjadinya kerusuhan, hal ini dilakukan untuk menghindari tindakan serupa dan penjarahan. 

Namun, akibat dari keganasan peristiwa tersebut akhirnya tetap mengalami penjarahan terutama harta benda dan aset milik Suku Madura. Bahkan banyak warga yang kehilangan rumah, mata pencaharian yang nantinya timbul suatu kesenjangan sosial di daerah Sampit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun