"Maaf pak, saya tidak tahu kalau bapak tidak merokok" buru-buru kasir tersebut menanggapi jawaban saya sambil sedikit terlihat malu dengan pelanggan dan rekan kerja lainnya.
Saya kebetulan aktif di salah satu media social, saya coba update ucapan saya ke dalam sebuah status. Ternyata, banyak komentar yang menanggapi dengan cerita yang hampir sama. Seperti cerita salah satu teman saya yang berprofesi sebagai wartawan ini, karena merasa kurang sehat dan kebetulan sakit batuk, teman saya mampir ke minimarket untuk beli obat batuk, saat dikasir justru malah ditawari rokok sekalian. Alamak...."tidak lihat apa orang lagi beli obat batuk masih saja ditawarin rokok?". Darimana mereka bisa menilai saya masuk kategori perokok? Atau teknik iseng-iseng berhadiah?.
Kasihan sang kasir jika harus kena semprot kemarahan atau emosi dari pelanggan, namun pihak manajemen minimarket terkesan asal memberikan perintah tanpa bekal bagaimana cara menawarkan atau menggunakan teknik cross sell dengan tepat sesuai kebutuhan pelanggan tentunya. Yang jelas rokok tidak akan pernah masuk kedalam daftar belanja saya, "Ingat ya mbak kasir".
Salam hidup bebas asap rokok!
Narwanto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H