Mohon tunggu...
Narwan Eska
Narwan Eska Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemahat Rupadhatu

Berkelana di belantara sastra, berliterasi tiada henti

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Inilah 7 Upacara Adat Kalimantan Timur, Unik dan Lestari

11 September 2019   10:25 Diperbarui: 23 Juni 2021   16:19 24872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada upacara yang digelar selama 40 hari 40 malam nonstop lho.

Di tengah maraknya rencana tentang dipindahnya ibu kota Negara Republik Indonesia dari Jakarta ke Provinsi Kalimantan Timur, ada beberapa hal yang perlu kamu tahu. Salah satunya hal menarik tentang tradisi unik di Kalimantan Timur.

Upacara adat tradisional Provinsi Kalimantan Timur adalah salah satu tradisi yang perlu kamu ketahui. Tradisi yang menjadi bagian kekayaan bangsa Indonesia di samping ribuan tradisi di negara pluraris ini.

Agar kamu lebih paham, berikut 7 upacara adat di Provinsi Kalimantan Timur yang tetap dilestarikan masyarakatnya. Simak agar kamu makin kaya tentang tradisi asli Indonesia.

1. Ngehawa'k

Foto: nobertamebang.blogspot.com
Foto: nobertamebang.blogspot.com

Upacara adat ini menjadi tradisi yang sering dilaksanakan masyarakat Dayak dalam acara pernikahan. Dalam acara ini, banyak diperlihatkan benda-benda adat. Banyak sedikitnya benda yang ditampilkan tergantung dari keturunan kedua mempelai. Jika mempelai wanita keturunan bangsawan, maka pihak mempelai pria wajib menyediakan sesuai permintaan pihak mempelai wanita.

Menurut dictio.id (23/3/2018), dalam Ngehawa'k terkandung pula hukuman adat. Ini sebagai konsekuensi bila di kemudian hari terjadi perceraian. Konsekuensi hukuman adat ini bisa berupa denda benda adat dan hukum adat sesuai dengan kesalahan dari kedua belah pihak.

Denda atau hukuman adat ini tidaklah ringan, sebab ini sama halnya melanggar adat istiadat dari adat Dayak itu sendiri. Sehingga diharapkan masyarakat Dayak tidak melanggar adat istiadatnya sendiri.

Baca juga : Ditemukannya Cadangan Migas Baru di Kalimantan Timur, Bukti Jika Indonesia Masih "Raja" Minyak

2. Dahau

Foto: dictio.id
Foto: dictio.id
Dahau merupakan upacara adat pemberian nama anak di Kalimantan Timur. Namun upacara ini biasanya digelar oleh keluargaa keturunan bangsawan atau keluarga mampu dan terpandang di wilayah tempat tinggal.

Di laman mantabz.com (30/6/2019), dijelaskan pelaksanaan upacara Dahau biasanya digelar secara besar-besaran dan meriah. Keluarga penyelenggara mengundang warga suku Dayak dari berbagai wilayah. Uniknya, upacara Dahau ini berlangsung selama satu bulan penuh. Maka pantas bila hanya keturunan bangsawan dan keluarga mampu saja yang menggelar upacara ini.

Dalam upacara Dahau, banyak dilakukan kegiatan ritual adat yang dibuat selama upacara ini berlangsung. Meski demikian, upacara ini tetap merupakan upacara adat yang sering dilakukan masyarakat suku Dayak Kalimantan Timur.

3. Ngugu Tahun

Foto: jalan-jalan-kalimantan.blogspot.com
Foto: jalan-jalan-kalimantan.blogspot.com

Hingga saat ini, suku Dayak Bahau di Kalimantan Timur tetap melestarikan upacara adat Ngugu Tahun. Dilansir prokal.co (3/12/2012), upacara ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta atas pemberian kehidupan dan penghidupan. Selain suku Dayak Bahau, upacara ini juga dilakukan oleh suku Dayak Tunjung, Dayak Banuaq, dan Dayak Bentian.

Dalam upacara tradisi ini, banyak orang datang untuk melihat dan memeriahkan acara. Puncak upacara adat ini adalah pemotongan kerbau. Tradisi sejenis dapat ditemui juga dalam suku bangsa Melayu Kutai di daerah Kutai Kartanegara dengan nama Erau Pelas Tahun.

 4. Beliatn

Foto: antaranews.com
Foto: antaranews.com
Beliatn yaitu upacara adat berupa ritual penyembuhan yang biasa dilakukan oleh suku Dayak Benuaq di Kalimantan Timur. Upacara Beliatn yang paling populer dan sering diselenggarakan adalah Beliatn Bawo dan Beliatn Sentiyu.

Beliatn Bawo merupakan upacara penyembuhan yang dipimpin seorang tabib perempuan. Upacara ini biasanya dilaksanakan untuk pengobatan ringan seperti demam pada anak-anak. Sementara itu, Beliatn Sentiyu merupakan upacara Beliatn terbesar yang dipimpin oleh seorang tabib atau lebih. Upacara ini biasanya berlangsung hingga 4 hari 4 malam.

Baca juga : Perlukah Pemindahan Ibu Kota Negara ke Kalimantan Timur? Jika Perlu Apa Syaratnya?

Dilansir dari senibudayaku.com (11/12/2017), sebelum dilakukan upacara Beliatn didahului dengan penyembelihan beberapa ekor babi untuk diambil darahnya. Kemudian disiapkan patung-patung kecil yang melambangkan hantu pengganggu, ornamen janur, dan ramuan dari dadaunan. 

5. Nebe'e Rau

Foto: nobertamebang.blogspot.com
Foto: nobertamebang.blogspot.com
Upacara adat Nebe'e Rau merupakan upacara tahunan tanam padi di Kalimantan Timur. Upacara ini sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat Dayak atas ladang mereka yang bisa ditanami padi, dan berharap hasilnya berlimpah.

Menurut silontong.com (14/1/2019), upacara adat ini berlangsung selama satu bulan dengan menampilkan berbagai acara. Diawali dari memberi makanan kepada To'q atau sang raja kampung, untuk menjaga kampung tetap aman dan jauh dari kejahatan.

Dalam upacara adat Nebe'e terdapat beberapa tarian, seperti Lali Uga'l, yaitu sebuah tarian sakral. Kemudian ada tarian Hudo'q Apa'h dan tarian Henda'q Uling. Tarian tradisional ini hanya boleh ditampilkan didalam Lali Uga'l ini saja.

Hal ini disebabkan bahwa tarian ini merupakan cerita di masa lalu dijadikan sebagai pengusir hama, dari bentuk dan besarnya akan sangat membantu masyarakat Dayak dalam menjaga ladang dan hasil tanaman mereka.

Di Kalimantan Timur, upacara adat tanam padi juga dilakukaan di suku Dayak lainnya, dengan nama tersendiri. Seperti upacara Bob Jengau, yaitu upacara adat tanam padi suku Dayak Modang. Kemudian Hudoq dilakukan suku Dayak Kenyah, dan Dongei bagi suku Dayak Bahau.

6. Erau

Foto: jelajahsamboja.com
Foto: jelajahsamboja.com
Upacara adat Erau biasanya dilakukan sekali setahun. Upacara adat ini sebagai ungkapan syukur kepada Sang Pencipta atas melimpahnya hasil panen. Termasuk kedalam upacara adat tradisional Kalimantan Timur, tradisi Erau ini juga biasanya dilakukan sekali dalam setahun. Tujuan dari dilaksanakannya upacara ini sebagai bentuk dari rasa syukur mereka dengan hasil panenan yang berlimpah.

Istilah "erau" berasal dari kata "eroh" yang dalam bahasa Melayu Kutai Tenggarong bermakna keramaian pesta ria, secara umum dapat dimaknai sebagai pesta rakyat. Dahulu, Erau merupakan hajatan besar bagi Kesultanan Kutai dan masyarakat di seluruh wilayah kekuasaannya yang kini mencakup sebagian besar wilayah Kalimantan Timur.

Pada awalnya, dijelaskan di laman indonesiakaya.com (30/8/2019), perhelatan ini berlangsung selama 40 hari 40 malam dan diikuti oleh segenap lapisan masyarakat. Di mana dalam perhelatan tersebut, rakyat dari berbagai penjuru negeri berpesta ria dengan mempersembahkan sebagian dari hasil buminya untuk dibawa ke Ibukota Kesultanan.

Baca juga : Mengenal Upacara Adat Perkawinan Aso Sule' pada Suku Dayak Taman

Hal ini berkaitan dengan salah satu fungsi dari Erau sebagai wujud rasa syukur atas limpahan hasil bumi yang diperoleh rakyat Kutai. Keluarga besar Kesultanan pun menjamu rakyatnya dengan beraneka sajian sebagai bentuk rasa terima kasih atas pengabdian mereka kepada Kesultanan.

Menurut riwayat yang diyakini masyarakat Kutai secara turun temurun, Erau bermula sejak abad ke-12 Masehi. Catatan sejarah menyebutkan Erau pertama kali berlangsung saat Aji Batara Agung Dewa Sakti berusia belia. Ia dikemudian hari diangkat menjadi sultan pertama Kutai Kartanegara Ing Martadipura.

7. Ngerangka'u

Foto: bobo.grid.id
Foto: bobo.grid.id
Upacara adat Ngerangka'u yang berarti 'kematian' bagi masyarakat Dayak Tunjung merupakan upacara yang disakralkan. Mereka meyakini upacara ini bentuk dari kekeluargaan mereka untuk memberikan kenyamanan kepada arwah si mati yang telah berada di sisi Sang Pencipta.

Dilansir dari laman mantabz.com (30/6/2019), dikatakan upacara Ngerangka'u ini dilakukan pada hari ke-40 setelah kematian. Upacara digelar di rumah duka dan dihadiri sanak keluarga. Dalam upacara ini juga ditampilkan tarian adat dengan pakaian adat lengkap. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun