Seperti biasa, Trimo pulang kerja dijemput isterinya naik motor. Sore itu pun demikian, Trimo dijemput istrinya dan kali ini diajaknya Trimo memutar kota membelikan susu untuk sang cucu.
Saat melintas jalan alun-alun suara orang berteriak-teriak menarik perhatian para pengendara atau pejalan kaki, pun demikian Trimo dan isterinya. Betapa tidak, seorang laki-laki tanpa busana itu sedang dikejar beberapa anggota Satpol-PP untuk ditutup auratnya. Aksi kejar-kejaran di alun-alun itulah yang menarik perhatian banyak orang.
"Kenapa orang itu Pak?" Isteriku menghentikan motor dan bertanya kepada seseorang di tepi alun-alun.
"Orang gila, Bu. Edan anyaran mungkin."
"Anyaran? Maksudnya?"
"Anyaran, baru saja menjadi gila. Stres mungkin Bu."
Orang itu menjawab demikian, anyar itu baru maksunya. Tapi sepertinya Trimo mengenal orang gila itu. Sungguh tidak asing baginya.
Ya, dia yang menagih utang kepada Trimo dengan selembar surat meskipun bisa berbicara baik-baik. Dialah yang berlagak senior di tempat kerjanya.
"Sekarang yang gila siapa? Tuhan tidak pernah tidur." Trimo pun mengajak isterinya menjalankan motor.
"Mas kenal dengan orang itu?" tanya isteriku tiba-tiba.
"Iya!"