MUNGKIN karena bapakku hanya seorang mantan anggota Hansip kemudian diperlakukan semena-mena oleh Pak Kades. Padahal bapakku cuma ingin melebarkan jalan di tanah sendiri. Tapi sudah belasan tahun tak kunjung terlaksana. Gara-gara terhalang sebatang tiang listrik yang ditanam pas di samping rumah, di sebelah teras.
"Menulis surat untuk siapa, Pak?"
Aku coba beranikan diri saat suatu sore bapak sedang menulis surat di meja depan. Berpuluh tahun aku tak melihat bapak seserius ini menulis surat. Bahkan jarang sekali menulis saat di rumah. Bapak hanya asyik merawat tanaman di sekitar rumah. Rumah tempat anak-anaknya -termasuk aku- dibesarkan.
"Bapakmu ini meskipun hanya lulusan SR namun tidak pernah melakukan hal yang merugikan desa, apalagi negara. Cuma minta tolong Pak Kades untuk menguruskan ke perusahaan listrik agar memindah togor kok sulit sekali."
Bapak menjawab dengan nada kesal. Mungkin karena bapak sudah lama lapor ke Pak Kades, namun belum terealisasi.
 "Sudah lima kali. Tapi tetap saja nihil. Bahkan sepertinya Pak Kades enggan menanggapi laporan bapakmu yang pensiunan Hansip ini."
Bapak melipat surat dan memasukkannya ke dalam amplop. Dituliskannya tujuan surat di sisi depan amplop, 'Kepada Yth. Bapak Gubernur ...' dan dibawanya ke dalam kamar.
Dahulu petugas listrik memasang pengait kabel di gunungan atap rumah bapak. Lama-kelamaan gunungan itu patah dan akibatnya atap rumah bapak rawan runtuh. Akhirnya petugas mengganti dengan tiang listrik yang ditanam. Syaratnya para pelanggan iuran untuk membeli sebatang tiang sebagai pengait kabel utama. Bapakku sempat menjual beberapa ekor ayam untuk ikut iuran.
***
Seminggu berlalu ayah jatuh sakit. Kami-anak-anaknya- berupaya membawa ke rumah sakit. Sempat beberapa hari opname. Meski belum sehat benar, bapak kami bawa pulang. Sampai di rumah bapak menanyakan surat yang ditulisnya.
"Mau dikirim sekarang Pak?"
 "Bapak ingin membawa dan menyerahkan sendiri surat ini kepada Pak Gubernur. Bapak yakin, Pak Gubernur akan meluluskan permintaan bapak."
"Inggih Pak, tapi Bapak sehat dulu nggih?"
Sudah sebulan surat kepada gubernur dari bapak tertunda dikirim atau diserahkan. Tak kunjung juga kesehatan bapak membaik. Bahkan kondisinya makin hari makin menurun. Aku sebagai anak terdekat dengan rumah bapaklah yang merawatnya. Saudara-saudaraku tinggal jauh di luar kota.
"Bila kamu mendengar berita Pak Gubernur mau datang ke kota, kamu kasih tahu bapak ya? Bapak ingin menyerahkan surat ini..."
"Inggih Pak."
***
Siang itu sepulang merumput dan membersihkan kandang. Seperti biasa aku hendak memapah bapak ke kamar mandi. Aku masuk kamar tampak bapak masih pulas tidurnya. Tangannya mendekap surat itu lagi. Kucoba membangunkan perlahan-lahan.
Badan bapak telah dingin. Rupanya bapak telah menghadap Sang Pencipta. Tak kuasa menahan air mata. Aku segera memberitahu tetangga untuk menyusul istriku di ladang. Sejurus kemudian rumah bapak telah penuh orang.
Lunas sudah pengabdian bapak. Mendidik anak-anaknya. Selesai pula tugas bapak memimpin keluarga. Mengabdi kepada negara meski hanya sebagai anggota Hansip, sejak masih bernama OPR.
 "Semoga Pak Kades berkenan menerima surat dari bapak untuk Pak Gubernur ini. Terserah Pak Kades mau diapakan. Yang jelas bapak kami hanya ingin tiang listrik ini dipindah atau digeser agak jauh dari rumah. Meski masih di tanah kami. Kami tetap rela meski tidak ada sewa."
"Maafkan saya Mas... saya sangat menyesal dengan tindakan kami pihak desa yang tidak menindaklanjuti laporan bapak Panjenengan, Mas."
Riuh pembicaraan orang-orang di sekitar rumah duka sambil sekali-sekali mereka memandang Pak Kades. Aku masuk rumah dan menuju kamar bapak yang dindingnya hanya tertempel almanak dan piagam penghargaan atas pengabdian bapak 40 tahun sebagai anggota Hansip. Aku berdoa untuk Bapak, semoga mendapat tempat terbaik di sisi Sang Pencipta. (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI