”Enam tahun, masih TK, Bu!”
”Oh, beruntungnya Ibu memiliki anak. Sudah enam tahun menikah, saya belum juga dikaruniai momongan. Ah, tentu dia cantik seperti ibunya.” Aku berusaha menyegarkan raut mukanya yang mulai dihiasi garis-garis umur itu.
Sebuah senyum tersungging menghapus kedukaan di wajahnya. Tiba-tiba dia balik bertanya.
”Suami Ibu, belum pulang?”
”Oh, belum. Mungkin sebentar lagi”
”Bekerja di mana?”
”Di kota ini. Di perusahaan milik ayah saya”
”Oh, begitu? Wah, pasti suami Ibu juga baik seperti Ibu” Ah, perempuan ini pintar juga membalikkan pujian.
”Beruntunglah Ibu memiliki suami yang tentu sangat baik dan Ibu tentu merasa terlindungi, tidak seperti saya.”
Murni menunduk setelah mengucapkan kata-kata itu. Gerimis sore ini benar-benar menambah pedih di hatinya.
***