Mohon tunggu...
Narul Hasyim Muzadi
Narul Hasyim Muzadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Language education

Belajar mencoret

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tafsir Moral di Tengah Suara yang Bising

10 Desember 2024   18:41 Diperbarui: 10 Desember 2024   18:41 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi moral | Image by Kompas.id

Kita sering lupa bahwa moral bukan hanya tentang teori. Melainkan praktik yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari. Tidak perlu hal besar, kadang cukup dengan tidak menghakimi, tidak mengolok, atau bahkan sekadar mendengarkan tanpa menggurui. Tindakan sederhana seperti itu bisa menjadi perbedaan besar bagi orang lain.

Mungkin ada pertanyaan, mengapa kita harus peduli? Dunia ini sudah cukup keras. Tidakkah lebih mudah untuk ikut saja dalam arus?

Jawabannya sederhana, karena moral bukan tentang apa yang dunia ajarkan kepada kita, melainkan tentang bagaimana kita memilih untuk bertindak di dunia ini.  

Kisah seorang pelajar yang terus belajar meski menghadapi keterbatasan adalah contoh nyata. Ia mungkin tidak punya banyak, tapi ia berjuang untuk memiliki sesuatu yang lebih berharga, yakni ilmu dan budi.

Ia tidak menuntut belas kasih, tapi ia juga tidak menyerah pada hinaan. Perjuangan seperti ini adalah cerminan moral sejati, di mana penghormatan terhadap diri sendiri menjadi dasar untuk menghormati orang lain.

Perjuangan terbesar bukan melawan hinaan orang lain, tetapi melawan godaan untuk menjadi seperti mereka. Mudah sekali terjebak dalam lingkaran balas dendam atau rasa ingin membalas. Tapi itu bukanlah jalan yang memberi makna. Moral sejati adalah tetap memilih untuk baik, bahkan ketika dunia di sekitar kita lupa caranya.

Ketika kita berbicara tentang moral, kita sebenarnya sedang berbicara tentang harapan. Harapan bahwa meskipun dunia penuh dengan ketidaksempurnaan, masih ada ruang untuk kebaikan.

Harapan bahwa meskipun kita pernah salah, selalu ada kesempatan untuk memperbaiki diri. Harapan bahwa kata-kata kita, sekecil apa pun, bisa menjadi cahaya kecil di tengah kegelapan.

Jadi, mari kita berhenti sejenak dan bertanya pada diri sendiri, apakah kata-kata dan tindakan kita membawa kebaikan atau justru menyakiti? Dan jika jawabannya adalah yang kedua, maka mungkin saatnya kita belajar kembali tentang moral. Bukan untuk orang lain, tetapi untuk diri kita sendiri.

Karena, dunia yang sering kali tak punya wajah empati ini tetap membutuhkan orang-orang yang memilih untuk peduli. Bukan mereka yang sempurna, tetapi mereka yang berusaha.

Bukan mereka yang tak pernah salah, tetapi mereka yang mau belajar dari kesalahan. Dunia ini mungkin tidak berubah sepenuhnya karena satu tindakan baik, tetapi itu tidak berarti tindakan kita tidak berarti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun