Mohon tunggu...
Narul Hasyim Muzadi
Narul Hasyim Muzadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Language education

Belajar mencoret

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ketika Mahasiswa Menghadapi Akhir Tahun dengan Beragam Ekspektasi

8 Desember 2024   13:55 Diperbarui: 9 Desember 2024   12:02 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir tahun bagi mahasiswa selalu memiliki nuansa yang kompleks. Di satu sisi, ada kegembiraan menyambut liburan atau momen refleksi bersama keluarga. Tapi, di sisi lain, ada tumpukan tugas, deadline, dan ekspektasi yang menggantung seperti awan gelap di atas kepala.

Desember, bagi banyak mahasiswa, bukan hanya akhir sebuah tahun, melainkan juga cermin yang memantulkan segala pencapaian atau mungkin kekecewaan yang telah mereka alami sepanjang perjalanan.

Sebagian mahasiswa mungkin memiliki ekspektasi yang tinggi di akhir tahun. Mereka ingin mengakhiri semester ini dengan sempurna IPK yang gemilang, proposal skripsi yang diterima, atau pekerjaan magang yang akhirnya menghasilkan sesuatu.

Tapi ekspektasi, sebagaimana sifatnya, sering kali menjadi pedang bermata dua. Ia bisa menjadi motivasi, tetapi juga bisa menyulut kecemasan yang membakar dari dalam. Ada yang merasa dirinya harus terus bergerak maju, tanpa jeda, tanpa ruang untuk berhenti, seolah kegagalan adalah dosa terbesar yang bisa mereka lakukan.

Seberapa realistis sebenarnya ekspektasi itu? Akhir tahun, bagi mahasiswa, tidak jarang menjadi periode yang melelahkan secara fisik maupun mental. Kalender akademik yang padat sering kali membuat mereka sampai di penghujung tahun dengan energi yang hampir habis.

Mahasiswa bukanlah robot, mereka bisa lelah, salah, bahkan kalah. Tapi ironisnya, banyak dari mereka yang terus memaksakan diri untuk mencapai kesempurnaan di tengah kondisi yang serba terbatas.

Di saat-saat seperti ini, muncul tekanan sosial yang tidak kalah kuatnya. Lingkungan sekitar, baik itu teman, keluarga, maupun media sosial, sering kali menjadi cermin yang memperbesar kekurangan diri.

Ketika orang lain memamerkan pencapaian mereka, mahasiswa yang merasa tertinggal hanya bisa terdiam, meragukan setiap langkah yang telah diambil.

Padahal, apa yang terlihat dari luar sering kali hanyalah sebagian kecil dari kenyataan. Di balik senyum kebahagiaan yang mereka lihat, mungkin ada perjuangan yang sama beratnya, jika tidak lebih.

Tetapi apakah ekspektasi harus selalu menjadi beban? Dalam momen refleksi di akhir tahun, mahasiswa perlu bertanya kepada dirinya sendiri, apakah semua target itu benar-benar berasal dari dalam hati, atau hanya sekadar memenuhi tuntutan eksternal?

Tidak ada salahnya untuk menurunkan sedikit standar, bukan karena menyerah, tetapi karena memahami bahwa perjalanan hidup tidak selalu tentang kecepatan atau hasil instan.

Akhir tahun juga seharusnya menjadi waktu untuk mengapresiasi hal-hal kecil yang sering terlupakan. Tidak semua pencapaian harus berupa penghargaan besar atau nilai sempurna.

Kadang-kadang, bangkit dari tempat tidur pada hari yang sulit pun adalah kemenangan tersendiri. Mengakui bahwa diri sudah bertahan sejauh ini di tengah segala rintangan adalah bentuk pencapaian yang tidak kalah berharga.

Tidak semua mahasiswa mampu melihat sisi positif dari akhir tahun. Bagi sebagian orang, Desember justru menjadi momen yang mempertegas ketakutan dan kegagalan. Kalender yang terus bergerak ke depan terasa seperti pengingat bahwa waktu tidak akan menunggu mereka yang tertinggal.

Mereka yang masih berkutat dengan skripsi, nilai yang belum memuaskan, atau rencana yang belum terealisasi, sering kali merasa bahwa tahun ini hanyalah rangkaian kesalahan yang berulang.

Tetapi, perlu diingat bahwa hidup bukanlah perlombaan dengan orang lain. Tidak ada aturan baku tentang seberapa banyak yang harus dicapai dalam satu tahun. Mahasiswa harus belajar menerima bahwa perjalanan hidup setiap orang berbeda, dan itu tidak apa-apa.

Gagal di satu aspek tidak berarti gagal sepenuhnya. Ada banyak waktu untuk memperbaiki diri, untuk mencoba lagi, dan untuk menemukan jalan yang lebih sesuai.

Di penghujung tahun, mungkin inilah saat yang tepat untuk berhenti sejenak dan bertanya kepada diri sendiri, apa yang benar-benar penting? Apakah kita hanya mengejar validasi dari orang lain, ataukah kita benar-benar memahami apa yang membuat kita bahagia?

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini mungkin tidak langsung ditemukan, tetapi setidaknya, itu adalah langkah awal menuju penerimaan diri.

Akhir tahun seharusnya bukan hanya soal pencapaian, tetapi juga tentang merenungkan bagaimana kita bertahan di tengah segala kesulitan. Tentang bagaimana kita tetap melangkah meskipun jalan di depan tidak selalu jelas.

Tentang bagaimana kita belajar untuk memaafkan diri sendiri atas kesalahan yang telah dibuat, dan memberikan ruang untuk mencoba lagi.

Ketika kalender berganti dan tahun baru tiba, mari kita memasuki fase berikutnya dengan hati yang lebih ringan. Tidak ada yang salah jika langkah kita kecil, selama kita tetap bergerak maju.

Hidup tidak harus selalu sempurna, yang penting adalah bagaimana kita menemukan kebahagiaan dalam setiap perjalanan yang kita lalui, sekecil apa pun itu.

Akhir tahun bagi mahasiswa adalah waktu yang berharga. Bukan karena semua target harus tercapai, tetapi karena ini adalah momen untuk mengingat bahwa kita tidak sendiri dalam perjuangan ini.

Bahwa setiap usaha, sekecil apa pun, adalah bentuk keberanian yang patut dirayakan. Dan di tahun yang baru, mungkin kita belum tahu akan seperti apa perjalanan yang menanti. Tetapi satu hal yang pasti, selama kita mau mencoba, harapan akan selalu ada.

Pena Narr, Belajar Mencoret...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun