Mohon tunggu...
Narul Hasyim Muzadi
Narul Hasyim Muzadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Language education

Belajar mencoret

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Fenomena Perundungan di Lingkungan Pendidikan, Potret Kelam di Balik Ruang Kelas

20 Oktober 2024   05:27 Diperbarui: 20 Oktober 2024   06:07 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Guru | Image by Kompas.id/Didie SW

Budaya senioritas ini juga diperkuat oleh sistem yang enggan mengakui adanya permasalahan tersebut. Dalam banyak kasus, perundungan di tempat kerja dibiarkan karena dianggap sebagai bagian dari dinamika kerja.

Institusi pendidikan, terutama yang konservatif, cenderung menutup mata terhadap perilaku ini, menganggapnya sebagai "proses belajar" atau "bentuk disiplin". Padahal, dampak psikologis yang ditimbulkan terhadap korban sangat signifikan, mulai dari kecemasan, hilangnya rasa percaya diri, hingga gangguan kesehatan mental yang lebih serius.

Dampak yang Tak Terlihat, Hancurnya Produktivitas dan Kualitas Pengajaran

Perundungan di tempat kerja bukan hanya menyakiti individu yang menjadi korban, tetapi juga menggerogoti kualitas institusi pendidikan itu sendiri. Seorang guru yang merasa tertekan karena perundungan akan mengalami penurunan motivasi dalam mengajar.

Akibatnya, proses belajar-mengajar yang seharusnya berjalan dengan dinamis dan interaktif menjadi terhambat. Murid-murid yang menjadi penonton pasif dalam situasi ini tanpa disadari turut terkena dampaknya, karena mereka diajar oleh sosok yang tertekan secara emosional dan psikologis.

Dampak lain yang sering kali luput dari perhatian adalah tingginya angka turnover atau pengunduran diri tenaga pengajar. Guru-guru yang kompeten dan berpotensi memilih untuk hengkang karena tidak tahan menghadapi situasi kerja yang toksik.

Hal ini tentu menjadi kerugian besar bagi institusi pendidikan, mengingat proses rekrutmen dan pelatihan guru baru membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya yang tidak sedikit.

Mengapa Masalah Ini Terus Berlangsung?

Meski dampak perundungan di tempat kerja sangat merugikan, mengapa fenomena ini masih sulit diatasi? Salah satu penyebab utamanya adalah kurangnya pemahaman bahwa perundungan juga bisa terjadi di lingkungan pendidikan.

Banyak pelaku perundungan tidak sadar bahwa perilaku mereka melanggar norma-norma etis. Mereka merasa tindakan seperti mengkritik dengan keras, memberikan tugas yang berlebihan, atau mengisolasi rekan kerja merupakan bagian dari proses adaptasi yang wajar.

Di sisi lain, korban perundungan sering kali memilih diam. Mereka takut dianggap lemah atau tidak profesional jika mengungkapkan keluhan. Selain itu, ada juga ketakutan bahwa melaporkan perundungan akan memperburuk situasi atau, dalam beberapa kasus, korban khawatir justru akan menjadi target serangan yang lebih parah.

Kekhawatiran ini semakin diperparah dengan sikap pasif manajemen yang enggan campur tangan dalam konflik personal, sehingga perundungan dianggap sebagai masalah individu yang tidak memerlukan intervensi institusi.

Strategi Menghadapi dan Mencegah Perundungan

Mengatasi perundungan di tempat kerja dalam lingkungan pendidikan membutuhkan upaya kolektif dan pendekatan strategis yang komprehensif. Langkah pertama yang harus diambil adalah dengan mengakui bahwa masalah ini ada dan merugikan banyak pihak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun