Sebagai contoh, kata "qara'a", yang berarti "membaca", mungkin terdengar oleh siswa pertama kali di kelas. Namun, jika siswa kemudian mendengar kata ini digunakan di rumah, misalnya ketika orang tua berkata "iqra' al-kitab"Â (Bacalah buku), pemahaman mereka terhadap kata tersebut akan semakin berkembang. Ini adalah contoh sederhana bagaimana interaksi di mikrosistem, yaitu lingkungan terdekat siswa, membantu memperkaya pemahaman semantik.
Namun, pengaruh lingkungan tidak hanya berhenti pada interaksi langsung. Teori Bronfenbrenner juga mengajarkan bahwa mesosistem, yaitu hubungan antar lingkungan, seperti hubungan antara rumah dan sekolah, juga memengaruhi perkembangan bahasa.
Ketika guru dan orang tua berkomunikasi dan menyelaraskan pendekatan mereka dalam mengajarkan bahasa, siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih utuh. Ini bisa dalam bentuk percakapan antara guru dan orang tua tentang bagaimana siswa memahami kata kataba atau qara'a di rumah dan di sekolah.
Pembelajaran Bahasa Sebagai Bagian dari Ekosistem Sosial
Salah satu hal yang kami garis bawahi dalam artikel kami adalah bahwa pembelajaran bahasa tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial dan ekosistem yang lebih luas. Lingkungan belajar seseorang, baik itu keluarga, sekolah, maupun masyarakat, semuanya memainkan peran penting dalam membangun pemahaman bahasa.
Kata-kata bukan hanya simbol abstrak yang dihafalkan, tetapi maknanya dibentuk oleh bagaimana kata-kata itu digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, kata "darasa" yang berarti "belajar", mungkin awalnya dipelajari di kelas melalui buku teks. Namun, jika siswa mendengar orang-orang di sekitarnya menggunakan kata tersebut dalam percakapan sehari-hari, seperti dalam kalimat "darasa al-talmidhu alyawm" (Siswa belajar hari ini), mereka akan memahami makna kata tersebut lebih dalam dan dapat menggunakannya dengan lebih alami.
Lingkungan yang Mendukung Pembelajaran Bahasa
Sebagai pendidik atau orang tua, bagaimana kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran bahasa? Salah satu caranya adalah dengan menciptakan suasana yang kaya akan interaksi sosial dan bahasa.
Guru bisa memanfaatkan metode interaktif, seperti diskusi kelompok atau simulasi, yang memungkinkan siswa menggunakan kata-kata baru dalam konteks nyata. Sementara itu, orang tua bisa mendukung proses belajar dengan menggunakan kata-kata yang sama yang dipelajari anak di sekolah dalam percakapan sehari-hari di rumah.
Selain itu, eksosistem, atau faktor luar seperti media dan teknologi, juga memiliki peran. Di era digital ini, siswa memiliki akses ke berbagai sumber pembelajaran bahasa melalui internet, mulai dari video berbahasa Arab hingga aplikasi belajar bahasa.
Ini membuka kesempatan bagi siswa untuk mendengar dan menggunakan kata-kata seperti kataba atau darasa dalam berbagai konteks, baik formal maupun informal.