Pendidikan adalah salah satu pilar penting dalam membentuk generasi yang siap menghadapi tantangan zaman. Namun, sering kali pendidikan terjebak dalam formalitas yang kaku, jauh dari kenyataan yang dihadapi oleh masyarakat sehari-hari.
Banyak siswa belajar hanya untuk memenuhi tuntutan kurikulum, bukan untuk memahami dunia di sekitar mereka. Di sinilah pentingnya menghadirkan kritisisme di ruang kelas, menjadikan pendidikan sebagai alat yang dinamis dan relevan untuk menjawab realitas sosial.
Mengapa Pendidikan Harus Kritis?
Pendidikan yang kritis bukanlah sesuatu yang baru. Paulo Freire, seorang pendidik dan filsuf terkenal, telah memperkenalkan konsep pendidikan kritis sebagai jalan menuju pembebasan dari penindasan sosial.
Menurut Freire, pendidikan harus memungkinkan siswa untuk berpikir secara mandiri, menganalisis struktur sosial, dan akhirnya berkontribusi dalam perubahan masyarakat. Ini berarti bahwa siswa tidak hanya menjadi penerima pasif informasi, tetapi juga agen perubahan yang mampu mengenali dan menghadapi ketidakadilan dalam masyarakat.
Namun, di banyak sekolah, pendekatan ini sering terabaikan. Pendidikan masih dipandang sebagai proses satu arah, di mana guru adalah pemberi pengetahuan dan siswa adalah penerima.
Dalam model ini, ruang untuk berpikir kritis sangat terbatas, dan siswa lebih banyak diarahkan untuk menghafal daripada merenungkan. Siswa belajar untuk lulus ujian, bukan untuk memahami konteks sosial, ekonomi, dan politik yang membentuk dunia mereka.
Ruang Kelas sebagai Laboratorium Sosial
Ruang kelas seharusnya menjadi laboratorium sosial, di mana siswa belajar tidak hanya dari buku teks, tetapi juga dari kehidupan nyata. Menghadirkan kritisisme di ruang kelas berarti memperkenalkan siswa pada isu-isu yang relevan dengan dunia nyata, baik lokal maupun global.
Hal ini bisa dilakukan dengan mendorong diskusi tentang isu-isu seperti kesenjangan sosial, perubahan iklim, hak asasi manusia, dan ketidakadilan ekonomi. Siswa diajak untuk berpikir kritis tentang peran mereka di dalam masyarakat dan bagaimana mereka bisa memberikan kontribusi yang bermakna.
Pendekatan ini tidak hanya mengubah cara siswa belajar, tetapi juga cara mereka melihat diri sendiri. Siswa yang terlibat dalam pendidikan kritis cenderung memiliki rasa kepedulian sosial yang lebih tinggi.