Mohon tunggu...
Narul Hasyim Muzadi
Narul Hasyim Muzadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Language education

Belajar mencoret

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menghadirkan Kritisisme di Ruang Kelas, Pendidikan yang Menjawab Realitas

10 Oktober 2024   08:36 Diperbarui: 10 Oktober 2024   16:03 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan adalah salah satu pilar penting dalam membentuk generasi yang siap menghadapi tantangan zaman. Namun, sering kali pendidikan terjebak dalam formalitas yang kaku, jauh dari kenyataan yang dihadapi oleh masyarakat sehari-hari.

Banyak siswa belajar hanya untuk memenuhi tuntutan kurikulum, bukan untuk memahami dunia di sekitar mereka. Di sinilah pentingnya menghadirkan kritisisme di ruang kelas, menjadikan pendidikan sebagai alat yang dinamis dan relevan untuk menjawab realitas sosial.

Mengapa Pendidikan Harus Kritis?

Pendidikan yang kritis bukanlah sesuatu yang baru. Paulo Freire, seorang pendidik dan filsuf terkenal, telah memperkenalkan konsep pendidikan kritis sebagai jalan menuju pembebasan dari penindasan sosial.

Menurut Freire, pendidikan harus memungkinkan siswa untuk berpikir secara mandiri, menganalisis struktur sosial, dan akhirnya berkontribusi dalam perubahan masyarakat. Ini berarti bahwa siswa tidak hanya menjadi penerima pasif informasi, tetapi juga agen perubahan yang mampu mengenali dan menghadapi ketidakadilan dalam masyarakat.

Namun, di banyak sekolah, pendekatan ini sering terabaikan. Pendidikan masih dipandang sebagai proses satu arah, di mana guru adalah pemberi pengetahuan dan siswa adalah penerima.

Dalam model ini, ruang untuk berpikir kritis sangat terbatas, dan siswa lebih banyak diarahkan untuk menghafal daripada merenungkan. Siswa belajar untuk lulus ujian, bukan untuk memahami konteks sosial, ekonomi, dan politik yang membentuk dunia mereka.

Ruang Kelas sebagai Laboratorium Sosial

Ruang kelas seharusnya menjadi laboratorium sosial, di mana siswa belajar tidak hanya dari buku teks, tetapi juga dari kehidupan nyata. Menghadirkan kritisisme di ruang kelas berarti memperkenalkan siswa pada isu-isu yang relevan dengan dunia nyata, baik lokal maupun global.

Hal ini bisa dilakukan dengan mendorong diskusi tentang isu-isu seperti kesenjangan sosial, perubahan iklim, hak asasi manusia, dan ketidakadilan ekonomi. Siswa diajak untuk berpikir kritis tentang peran mereka di dalam masyarakat dan bagaimana mereka bisa memberikan kontribusi yang bermakna.

Ilustrasi pentingnya berpikir kritis | Image by Kompas.id/SUPRIYANTO
Ilustrasi pentingnya berpikir kritis | Image by Kompas.id/SUPRIYANTO

Pendekatan ini tidak hanya mengubah cara siswa belajar, tetapi juga cara mereka melihat diri sendiri. Siswa yang terlibat dalam pendidikan kritis cenderung memiliki rasa kepedulian sosial yang lebih tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun