Mohon tunggu...
Narul Hasyim Muzadi
Narul Hasyim Muzadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Language education

Belajar mencoret

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Banyak Lowongan Tapi Sulit Masuk, Mengurai Masalah Pengangguran Terpelajar

9 Oktober 2024   17:11 Diperbarui: 12 Oktober 2024   17:02 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iluatrasi BPS terkait Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (Orang) 2024 | Image by Tangkapan Layar di web Bps.go.id

Mencari pekerjaan sering kali menjadi tantangan besar bagi para lulusan baru atau yang sering disebut sebagai fresh graduate. Di satu sisi, kita melihat banyaknya lowongan pekerjaan yang tersedia di berbagai sektor, baik di dunia industri, startup, pendidikan, hingga sektor publik.

Namun di sisi lain, banyak lulusan perguruan tinggi yang kesulitan mendapatkan pekerjaan sesuai dengan kualifikasi mereka. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara di seluruh dunia. Pertanyaannya adalah mengapa banyak lowongan pekerjaan, namun sulit sekali bagi lulusan terpelajar untuk memasukinya?

Paradoks Pasar Kerja

Kondisi ini dikenal sebagai "paradoks pasar kerja". Di tengah berkembangnya industri dan teknologi yang memerlukan lebih banyak tenaga kerja, justru semakin banyak lulusan yang menganggur.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terpelajar, khususnya di kalangan lulusan sarjana, cukup tinggi. Mereka yang memiliki kualifikasi akademik justru lebih sering mengalami kesulitan dalam menemukan pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan mereka.

Iluatrasi BPS terkait Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (Orang) 2024 | Image by Tangkapan Layar di web Bps.go.id
Iluatrasi BPS terkait Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (Orang) 2024 | Image by Tangkapan Layar di web Bps.go.id

Salah satu penyebab utama dari fenomena ini adalah ketidaksesuaian antara kompetensi yang diajarkan di institusi pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja.

Banyak perusahaan mencari tenaga kerja yang tidak hanya memiliki kualifikasi akademik, tetapi juga keterampilan praktis seperti kemampuan problem solving, komunikasi efektif, hingga keterampilan digital yang relevan. Sayangnya, tidak semua lulusan perguruan tinggi dibekali dengan keterampilan ini.

Ekspektasi Berlebihan dari Kedua Pihak

Selain masalah ketidaksesuaian keterampilan, ada juga permasalahan ekspektasi yang sering kali menjadi penghambat dalam proses perekrutan. Banyak lulusan baru yang memiliki harapan besar untuk langsung mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi, posisi yang strategis, dan lingkungan kerja yang ideal.

Namun, di sisi lain, perusahaan lebih cenderung mencari kandidat yang memiliki pengalaman kerja atau memiliki keterampilan khusus yang dibutuhkan di lapangan.

Perbedaan ekspektasi ini sering kali membuat proses perekrutan menjadi lebih sulit. Perusahaan mungkin merasa bahwa lulusan baru belum memiliki pengalaman yang cukup untuk mengemban tanggung jawab besar, sementara lulusan baru merasa bahwa kualifikasi pendidikan mereka seharusnya sudah cukup untuk mendapatkan posisi yang baik. Alhasil, banyak lowongan yang tetap terbuka, tetapi tidak diisi oleh kandidat yang tepat.

Masalah Pengangguran Terpelajar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun