Akhirnya, imposter syndrome adalah refleksi dari pergulatan batin kita terhadap standar-standar yang tidak realistis, baik dari diri sendiri maupun dari lingkungan. Daripada terus menerus membandingkan diri dengan orang lain, penting untuk menerima bahwa setiap orang memiliki perjalanan yang berbeda.
Kamu ada di posisi sekarang bukan karena kebetulan, tapi karena usaha yang nyata. Jadi, lain kali ketika perasaan tidak pantas muncul, ingatkan diri kamu: kamu di sini bukan karena keberuntungan, tapi karena kamu layak.
Penerimaan diri bukanlah tentang menjadi sempurna, tapi tentang menyadari bahwa kita cukup, dengan segala ketidaksempurnaan yang kita miliki. Teruslah melangkah, karena pada akhirnya, kita semua berhak berada di tempat kita sekarang, dengan segala kerja keras dan dedikasi yang telah kita lakukan.
Sumber:
- https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2873/mengenal-impostor-syndrome
- https://ugm.ac.id/id/berita/20226-psikolog-ugm-paparkan-fakta-impostor-syndrom/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK585058/
Pena Narr, Belajar Mencoret...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H