Kuncinya ada pada keseimbangan. Dunia virtual ada untuk dinikmati, tetapi kita juga harus tetap ingat bahwa hidup kita berlangsung di dunia nyata. Bukan berarti kamu harus berhenti total dari semua aktivitas virtual, tetapi cobalah menggunakannya dengan bijak.
Tentukan waktu tertentu untuk "melarikan diri"Â dan pastikan kamu juga memberi ruang untuk menghadapi tantangan di dunia nyata. Misalnya, setelah bermain game atau berselancar di media sosial, tanyakan pada diri sendiri, "Apa yang bisa aku lakukan sekarang untuk menghadapi masalah yang ada?"
Dengan begitu, kamu tidak hanya mengandalkan dunia virtual sebagai pelarian, tetapi juga membangun kebiasaan untuk menghadapi kenyataan dengan lebih berani.
Jadi, virtual escapism, apakah kita benar-benar melarikan diri atau menghindari realita? Jawabannya mungkin tergantung pada bagaimana kita memanfaatkannya.Â
Dunia virtual bisa menjadi tempat yang aman untuk sejenak, tetapi jangan biarkan dirimu tenggelam terlalu lama di dalamnya. Dunia nyata, dengan segala tantangannya, adalah tempat kita tumbuh dan belajar. Jangan lupa untuk kembali.
Pena Narr, Belajar Mencoret...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H