Menariknya, banyak mahasiswa yang mungkin tidak menyadari bahwa dospem tidak hanya memberikan dukungan intelektual, tetapi juga dukungan emosional. Terkadang, di akhir pertemuan, dospem mungkin akan mengatakan, "Semoga sukses, ya.Saya doakan skripsinya lancar."Â Kalimat ini mungkin terdengar biasa saja, tetapi bagi mahasiswa yang sedang dilanda kecemasan, kata-kata tersebut bisa menjadi penyemangat luar biasa.
Doa dari seorang dospem, meskipun sederhana, memiliki arti yang dalam. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak hanya peduli pada hasil akademis, tetapi juga pada kesejahteraan mahasiswa secara keseluruhan.
Bagi mahasiswa, ini bisa menjadi momen di mana mereka merasa dihargai sebagai individu, bukan hanya sebagai "pembuat skripsi." Dospem tidak jarang menjadi sosok yang lebih dari sekadar pembimbing akademis mereka adalah mentor yang peduli dengan perjalanan hidup mahasiswa di luar kampus.
Pelajaran Tentang Tanggung Jawab
Obrolan dengan dospem sering kali menjadi ajang refleksi bagi mahasiswa tentang tanggung jawab. Menghadapi dospem dengan pekerjaan yang setengah jadi, tidak rapi, atau bahkan belum dikerjakan, bisa membuat seorang mahasiswa merasa bersalah.
Dari sini, mahasiswa belajar tentang konsekuensi dari menunda-nunda pekerjaan dan pentingnya menyelesaikan tanggung jawab tepat waktu. Dalam dunia kerja nantinya, hal ini akan menjadi pelajaran berharga. Skripsi, meskipun terlihat sebagai tugas akademik adalah miniatur dari tanggung jawab yang lebih besar di dunia nyata.
Selain itu, dospem mengajarkan pentingnya kesabaran. Skripsi bukanlah sesuatu yang bisa diselesaikan dalam semalam. Ada proses panjang, revisi berkali-kali, dan diskusi yang tidak berkesudahan.
Dospem sering kali mengatakan, "Jangan terburu-buru. Selesaikan dengan baik." Di sini mahasiswa diajarkan bahwa kualitas lebih penting daripada sekadar cepat selesai. Kesabaran dan ketelitian menjadi kunci.
Interaksi yang Mengubah Cara Pandang
Obrolan dengan dospem juga sering kali mengubah cara pandang mahasiswa terhadap proses belajar. Mereka belajar bahwa skripsi bukan sekadar syarat kelulusan, tetapi sebuah proses pembelajaran yang mendewasakan.
Ketika dospem memberikan masukan, mahasiswa belajar untuk tidak melihatnya sebagai kritik yang menjatuhkan, tetapi sebagai kesempatan untuk berkembang.
Interaksi ini juga mengajarkan tentang bagaimana menghadapi otoritas dengan cara yang profesional. Dospem bukan sosok yang harus ditakuti, tetapi dihormati. Ketika mahasiswa mampu berkomunikasi dengan baik, menerima kritik dengan lapang dada, dan terus berusaha memperbaiki diri, di situlah mereka tumbuh menjadi individu yang lebih matang.
Lebih dari Sekadar Mahasiswa
Pada akhirnya, obrolan paling mahal ini bukan tentang seberapa cepat mahasiswa bisa lulus atau seberapa sempurna skripsi mereka. Ini tentang perjalanan menjadi lebih dewasa, lebih bijaksana, dan lebih bertanggung jawab.