Mohon tunggu...
Narul Hasyim Muzadi
Narul Hasyim Muzadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Language education

Belajar mencoret

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Suicide Prevention Month, Kita Ada untuk Saling Mendukung

9 September 2024   19:32 Diperbarui: 13 September 2024   08:46 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pita kuning adalah simbol upaya pencegahan bunuh diri. (SHUTTERSTOCK via KOMPAS.com)

Setiap bulan September, dunia memperingati Suicide Prevention Month (bulan pencegahan bunuh diri).

Ini adalah momen penting di mana kita diingatkan bahwa kesehatan mental bukan hanya sekadar masalah pribadi, melainkan sebuah isu kolektif yang membutuhkan perhatian, dukungan, dan aksi nyata dari semua lapisan masyarakat.

Bunuh diri bukanlah solusi, namun, pada kenyataannya banyak orang yang merasa bahwa itu adalah satu-satunya jalan keluar dari penderitaan mereka. Di sinilah peran kita sebagai sesama manusia sangat diperlukan. Kita ada untuk saling mendukung.

Mengapa Kita Harus Peduli?

Mungkin beberapa dari kita pernah berpikir, "Mengapa saya harus peduli?" atau "Ini kan masalah pribadi seseorang". Namun, kesehatan mental dan risiko bunuh diri adalah isu yang lebih besar dari itu.

Setiap tahunnya, lebih dari 700.000 orang di seluruh dunia mengambil nyawa mereka sendIri (World Health Organization, Citation 2023). Di Indonesia, angka ini terus meningkat seiring dengan berbagai tekanan hidup yang dihadapi masyarakat, baik dari sisi ekonomi, hubungan sosial, hingga krisis identitas dan harapan.

Bunuh diri menjadi masalah serius yang memerlukan upaya pencegahan dari seluruh elemen masyarakat.Ketika seseorang memilih untuk mengakhiri hidupnya, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh individu tersebut. Keluarga, teman, bahkan komunitas mereka turut merasakan luka yang mendalam.

Mungkin, jika ada satu orang saja yang mau mendengarkan atau memberikan dukungan di saat-saat kritis, keputusan tragis tersebut bisa dicegah.

Tanda-Tanda Seseorang Membutuhkan Bantuan

Tidak semua orang yang berpikir untuk bunuh diri akan menunjukkan tanda-tanda yang jelas. Namun, ada beberapa indikator umum yang bisa kita perhatikan. Mengetahui tanda-tanda ini adalah langkah awal dalam memberikan dukungan kepada mereka yang membutuhkan.

1. Perubahan Perilaku yang Drastis

Apakah teman atau anggota keluarga Anda tiba-tiba menjadi lebih tertutup, mudah marah, atau sebaliknya, tampak terlalu bahagia setelah sebelumnya mengalami depresi? Perubahan emosi yang ekstrim ini bisa jadi tanda bahwa seseorang sedang berada di titik kritis.

2. Berbicara tentang Kematian atau Bunuh Diri

Apakah seseorang pernah secara terang-terangan berbicara tentang kematian atau mengisyaratkan bahwa hidup mereka tidak berarti lagi? Walaupun terlihat sepele, ucapan seperti ini perlu ditanggapi dengan serius.

3. Menarik Diri dari Lingkungan Sosial

Jika seseorang tiba-tiba menarik diri dari keluarga, teman, atau aktivitas yang biasanya mereka nikmati, ini bisa menjadi sinyal bahwa mereka sedang menghadapi kesulitan mental yang mendalam.

4. Memberikan Barang-Barang Berharga

Ketika seseorang mulai memberikan barang-barang berharga atau membuat rencana "penutupan", ini bisa menjadi tanda bahwa mereka sedang mempersiapkan diri untuk bunuh diri.

Dengan mengenali tanda-tanda ini, kita bisa lebih peka terhadap orang-orang di sekitar kita. Namun, ingat, tanda-tanda ini bisa berbeda-beda pada setiap orang, dan tidak ada salahnya untuk selalu menawarkan telinga yang siap mendengar ketika seseorang membutuhkan.

Ilustrasi hari pencegahan buni diri | Image by Halodoc.com
Ilustrasi hari pencegahan buni diri | Image by Halodoc.com

Bagaimana Kita Bisa Membantu?

Mendekati seseorang yang sedang berada di ambang bunuh diri memang tidak mudah. Kita sering kali takut berkata atau bertindak salah, khawatir bahwa langkah kita malah memperburuk keadaan.

Namun, ingatlah, tidak ada satu "kata ajaib" yang bisa menyelamatkan seseorang. Yang paling penting adalah kita menunjukkan kepedulian dan kesediaan untuk mendengarkan tanpa menghakimi.

1. Berikan Dukungan Emosional

Kadang-kadang, seseorang hanya butuh didengarkan. Jangan merasa perlu memberikan nasihat atau solusi dengarkan saja dengan penuh perhatian. Biarkan mereka merasa dipahami dan tidak sendirian.

2. Jangan Menghakimi atau Mengecilkan Perasaan Mereka

Kalimat seperti "Kamu hanya terlalu sensitif" atau "Masalahmu tidak sebesar itu" bisa membuat seseorang merasa lebih terisolasi. Alih-alih, coba katakan, "Saya tidak bisa membayangkan betapa sulitnya ini untukmu, tapi saya ada di sini kalau kamu butuh bicara".

3. Ajak Mereka Mencari Bantuan Profesional

Berbicara kepada seorang profesional, seperti psikolog atau konselor, bisa menjadi langkah penting dalam proses penyembuhan. Bantu mereka menemukan akses ke layanan kesehatan mental, jika diperlukan. Di Indonesia, kita sudah mulai memiliki layanan telepon atau hotline yang dapat dihubungi dalam situasi darurat.

4. Jangan Biarkan Mereka Sendirian

Jika Anda merasa seseorang berada dalam bahaya langsung, jangan biarkan mereka sendirian. Tetaplah di dekat mereka dan, jika perlu, hubungi bantuan profesional seperti petugas kesehatan atau lembaga terkait yang mampu memberikan penanganan darurat.

Peran Keluarga dan Lingkungan Sosial

Dalam budaya kita, seringkali masalah mental dianggap sebagai sesuatu yang tabu atau memalukan. Padahal, peran keluarga dan lingkungan sosial sangatlah penting dalam mendukung seseorang yang sedang berjuang dengan kesehatan mentalnya. Keluarga, sahabat, dan rekan kerja bisa menjadi garis pertahanan pertama dalam pencegahan bunuh diri.

Sebagai keluarga atau teman, cobalah untuk selalu menciptakan lingkungan yang aman dan penuh dukungan. Jangan takut untuk memulai percakapan tentang kesehatan mental.

Misalnya, jika Anda melihat seseorang yang terkesan tidak baik-baik saja, coba tanyakan dengan lembut, "Bagaimana perasaanmu akhir-akhir ini?" atau "Aku perhatikan kamu tampak lebih tertekan belakangan ini, ada yang bisa aku bantu?"

Percakapan ini mungkin tampak sederhana, tetapi bisa membuka pintu bagi seseorang untuk mengungkapkan perasaan mereka. Jika kita bisa membiasakan diri untuk lebih terbuka tentang perasaan dan kesehatan mental, kita juga membantu mengurangi stigma yang sering kali menghalangi seseorang untuk mencari bantuan.

Menghapus Stigma Tentang Kesehatan Mental

Salah satu alasan utama mengapa banyak orang enggan untuk berbicara tentang kesehatan mental adalah stigma yang masih sangat kuat di masyarakat. Orang-orang takut dihakimi, takut dianggap lemah, atau takut menjadi bahan gosip. Namun, inilah yang perlu kita ubah bersama.

Kesehatan mental adalah bagian dari kesejahteraan manusia secara keseluruhan, sama seperti kesehatan fisik. Jika seseorang merasa sesak napas, kita pasti akan menyuruh mereka pergi ke dokter. Lalu mengapa kita menganggap seseorang yang merasa tertekan secara mental tidak membutuhkan pertolongan yang sama?

Sebagai individu, kita bisa mulai mengubah cara kita memandang kesehatan mental dengan berbicara lebih terbuka, mendukung teman atau keluarga yang sedang menghadapi masalah, dan berhenti menghakimi mereka. Semakin kita terbuka dan peduli, semakin mudah bagi orang-orang untuk mencari bantuan yang mereka butuhkan.

Bulan Pencegahan Bunuh Diri, Waktunya Bertindak

Suicide Prevention Month bukan sekadar waktu untuk memperingati, melainkan waktu untuk bertindak. Kita semua memiliki peran dalam menjaga kesehatan mental, baik untuk diri kita sendiri maupun untuk orang lain.

Dengan menjadi lebih peka terhadap tanda-tanda bunuh diri, memberikan dukungan emosional, serta membantu mengarahkan mereka yang membutuhkan ke bantuan profesional, kita bisa menyelamatkan hidup seseorang.

Jadi, mari kita jadikan September ini sebagai pengingat bahwa kita ada untuk saling mendukung. Tidak ada yang terlalu kecil untuk memberikan dampak besar. Satu kata baik, satu telinga yang mendengar, bisa menjadi penyelamat bagi mereka yang merasa tak berdaya.

Pena Narr, Belajar mencoret...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun