[caption id="attachment_80286" align="aligncenter" width="300" caption="Kutu gajah sebesar anak ayam?"]
Dari pertanyaan bodohku itu, aku malah mendapat pengetahuan baru dari para mahot. Bang Junjung bercerita padaku, "Kalau gajah sedang birahi, antara mata dan telinganya keluar cairan. Mereka cenderung sensitif." Lahir adalah harapan Saban sore, Ucok dan Heri mengajakku ke menara pantau. Dari bangunan menjulang tinggi itu, aku bisa mendengar lagi kicau burung, lalu membidik dengan kamera. Tak hanya itu, seekor tapir lewat dekat menara saat kami tengah berada di atas.
Tiga orang kawan mahot mengantar kami pulang. Belum setengah jam berjalan, mobil bak terbuka tiba-tiba direm bang Junjung. "Jejak harimau. Masih hangat nih. Masih di sekitar sini," katanya padaku yang duduk di sebelahnya. Tak terkira rasanya bertemu jejak 'nenek' yang baru saja melintas. Berkhayal, seandainya lebih pagi, kami bisa jadi bertemu dengannya. Ucok dan Heri langsung menyimpan koordinat jejak si belang. Berlibur di Taman Nasional Tesso Nilo, selain mendapat pengetahuan tentang gajah, aku juga mendapat kabar baik. Lisa tengah hamil. Sedangkan Teso dan Nela mulai 'sekolah'. Lahirnya anak-anak gajah menjadi harapan lahirnya anak-anak gajah lain di habitatnya.
[caption id="attachment_80288" align="aligncenter" width="512" caption="Aku semakin menyayangimu"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H