Sesi terakhir adalah puncak acara: pembagian buku cerita gratis. Aisyah dengan hati-hati menyerahkan sebuah buku bergambar kepada Farhan. “Ini untuk kamu,” ucapnya lembut.
Farhan memeluk buku itu dengan erat, seolah itu adalah harta paling berharga yang pernah ia miliki. “Terima kasih, Kak. Aku janji akan baca setiap hari,” katanya dengan senyum yang begitu tulus.
Hati Aisyah bergetar. Ia menyadari bahwa buku kecil itu bukan sekadar tumpukan kertas. Bagi Farhan, itu adalah jendela menuju mimpi-mimpi yang lebih besar, peluang untuk melihat dunia di luar Kampung Harapan.
Ketika matahari mulai tenggelam, para relawan bersiap meninggalkan tempat itu. Namun, sebelum naik ke bus, Aisyah menoleh ke belakang dan melihat Farhan. Bocah itu duduk di sudut lapangan, membuka bukunya dengan penuh semangat, seolah dunia baru telah terbuka di hadapannya.
Di perjalanan pulang, Aisyah membuka buku catatannya, tempat ia menuliskan nama-nama anak yang ia temui hari itu. Di dalam hatinya, ia bertekad bahwa ini bukanlah akhir, melainkan awal dari perjalanan panjang untuk menyalakan lebih banyak cahaya harapan di tempat-tempat yang membutuhkan.
Hari itu, Aisyah belajar bahwa literasi adalah kekuatan. Sebuah buku sederhana dapat menjadi benih perubahan, membawa harapan di tengah keterbatasan, dan menerangi masa depan yang lebih baik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI