Mohon tunggu...
Nargis Mahdiyah
Nargis Mahdiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - University

Sebagai mahasiswa Ilmu Perpustakaan dan Sains Informasi, saya memiliki minat yang mendalam dalam dunia penulisan artikel yang beragam dan inspiratif. Penulisan bagi saya adalah salah satu cara untuk menyampaikan informasi yang relevan, mendidik, dan tentunya menginspirasi pembaca dalam menyikapi perubahan dunia yang semakin dinamis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Niat Mulia, Satu Misi di Desa Kalibambu

24 Oktober 2024   18:42 Diperbarui: 25 Oktober 2024   09:10 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pasien pertama yang mereka periksa adalah seorang ibu tua yang mengeluh sering pusing dan lemas. Sari, yang memang cermat dan sabar, segera memeriksa tekanan darahnya.

"Ibu, sepertinya tekanan darah Ibu tinggi sekali. Ibu harus mengurangi makanan yang terlalu asin dan lebih banyak istirahat," ujar Sari dengan lembut sambil memberikan beberapa vitamin.

"Terima kasih, Dokter. Saya tak punya uang untuk beli obat di kota, tapi sekarang saya bisa tahu apa yang harus saya lakukan," ucap si ibu tua dengan penuh haru.

Sementara itu, Desi dan Bima sedang memeriksa seorang anak kecil yang batuk-batuk sejak beberapa hari lalu. Bima memberikan obat, sementara Desi menjelaskan kepada ibunya tentang pentingnya menjaga kebersihan dan cara mengatasi batuk anak dengan ramuan herbal yang bisa dibuat di rumah.

Di pojok lain, Aldi dan Rina tengah menangani seorang pria tua yang kakinya bengkak karena diabetes yang tak terkontrol. Aldi, yang tenang dan teliti, memeriksa kondisi luka pria itu dan memberikan perawatan luka sederhana. Rina menjelaskan kepada pria itu pentingnya mengontrol gula darah, sementara mereka memberikan beberapa obat dan saran mengenai pola makan.

Hari yang Penuh Makna

Sepanjang hari, lima dokter muda itu sibuk menangani berbagai keluhan dari sekadar periksa tekanan darah hingga masalah kesehatan yang lebih serius. Meskipun kelelahan, senyum mereka tak pernah pudar. Mereka bekerja bukan untuk bayaran atau pujian, melainkan untuk kebahagiaan melihat masyarakat desa Kalibambu mendapatkan akses kesehatan yang layak, meski hanya dalam satu hari.

Menjelang sore, ketika antrean pasien mulai berkurang, mereka duduk di balai desa sambil menikmati teh hangat yang disuguhkan warga. Leher mereka pegal, kaki terasa lelah, namun hati mereka penuh kebanggaan.

"Aku rasa ini adalah Hari Dokter Nasional terbaik yang pernah kita rasakan," ucap Rina sambil menatap teman-temannya. Mereka semua mengangguk setuju.

"Betul, kita tidak hanya merayakan profesi kita, tapi kita benar-benar menjalankan esensi dari menjadi seorang dokter," tambah Aldi.

Mereka semua terdiam sejenak, menikmati momen itu. Di desa yang jauh dari hiruk pikuk kota, mereka menemukan makna sejati dari profesi yang mereka pilih. Bukan sekadar merawat tubuh, tetapi juga menyentuh hati manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun