Gowes 300 km? Dilakukan dalam satu hari? Jawaban untuk dua pertanyaan itu ialah "Ya benar". Bagi sebagian orang, gowes alias bersepeda dalam jarak yang demikian jauh dan ditempuh dalam satu hari saja adlah hal  yang tidak masuk di akal. Namun, dengan persiapan yang cukup dan perencanaan yang baik, even gowes itu pun sukses digelar.Â
Adalah komunitas gowes yang cukup disegani wilayah Timur Indonesia, Jayapura Cycling Club (JCC) berkolaborasi dengan komunitas gowes lokal Bumi Animha, julukan khas Kota Merauke, sukses menggelar even bertajuk Tour de Barki 300 Â km. Tak tanggung-tanggung dua komunitas gowes kenamaan bumi Animha terjun langsung membidani lahirnya even ini. Kedua komunitas itu ialah Animha Bike Merauke dan Army Cycling Club Merauke.
Jayapura ke Kawasan Sawit Jaya, Kabupaten Keerom. Meski start tepat di jam 06.00 WIT, even 350 km akhir tahun 2022 itu baru finish di sekitar pukul 22.00 WIT. Sementara Tour de Barki 300 km kali ini digelar di Kota Rusa Merauke.Â
Bagi JCC, ini adalah even kedua untuk jarak tempuh gowes terjauh. Sebelumnya JCC sukses menutup  tahun 2022 dengan gelaran gowes 350 km dengan melakukan loop pada rute Kota
Pagi itu, Sabtu, 16 Januari 2021 tepat pukul 05.30 para peserta yang terdiri dari 29 goweser asal JCC dan puluhan goweser lokal Merauke dari Animha Bike Merauke dan Army Cycling Club Merauke, telah bersiap untuk melakukan start di depan Tugu Libra (Lingkaran Brawijaya), salah satu ikon kenamaan di Kota Merauke. Start demikian pagi bisa dilakukan karena para peserta berdisiplin mengikuti arahan panitia agar telah bersiap sedini mungkin.
Para goweser mandi jauh sebelum subuh tiba. Goweser muslim diminta shalat subuh dengan kondisi telah mengenakan jersey dan telah sarapan sebelum subuh tiba. Rasa mual atau begah yang timbul terutama bagi mereka yang tidak terbiasa makan di awal hari seperti ini harus dikesampingkan. Makanan harus terus dipaksa masuk ke dalam tubuh agar menjadi energi aktivitas gowes yang tidak biasa ini. Bagi  yang telah terbiasa makan sahur untuk berpuasa, tentu tidak menjadi soal. Start demikian pagi dilakukan mengingat rute yang demikian jauh dan agar finish tidak terlalu larut malam.
Setelah mendapatkan arahan detil terkait dengan rute yang dilalui dan dilanjutkan dengan foto bersama di depan Tugu Libra, rombongan goweser itu pun dilepas tepat pukul 05.30 pagi.  Tour kali ini melewati sejumlah titik penting di kota rusa Merauke, seperti Monumen Kapsul Waktu, Taman Nasional Wasur dan Titik Nol  KM di Sota yang merupakan wilayah yang langsung berbatasan dengan negara tetangga Papua Nugini.Â
Belum merasa cukup dengan mencapai Titik Nol KM, yang ternyata baru berjarak 78 km dari pusat kota Merauke, rombongan goweser pun melanjutkan rute ke Barki yang berjarak sekitar 72 km dari Titik Nol KM ini, sehingga total jarak yang dicapai para goweser dari titik start adalah sejauh 150 km.Â
Setelah perjuangan cukup melelahkan, para peserta tiba di Barki menjelang waktu Dzuhur. Di Barki ini atau tepatnya di Pos Satgas Pamtas RI PNG Barki, para peserta berkesempatan menikmati shalat Dzuhur di mushola Pos, makan siang dan beristirahat sejenak. Merebahkan tubuh sejenak di atas kursi-kursi panjang di bawah rindang pepohonan merupakan saat istirahat ternyaman yang dirasakan para peserta siang itu. Namun, tak berapa lama pimpinan rombongan memberi aba-aba, "Sepeda di tangan, rute masih jauh, istirahat secukupnya saja."Â
Para peserta pun bersiap menempuh rute yang merupakan separuh perjalanan yang tersisa. Rute kali ini adalah jalan yang berkebalikan dari rute awal yakni menuju ke Kota Merauke yang berjarak 150 km dari Pos Barki. Perjalanan menguras tenaga, waktu dan emosi pun dimulai kembali.Â
Selain menaklukkan jarak yang demikian jauh, para cyclist juga harus bertahan melawan teriknya mentari yang juga tak kalah menghabiskan energi. Beruntung sang raja siang baru bersinar begitu terik sekitar pukul 10.00 hingga menjelang Asar. Namun, gowes di bawah terik mentari dengan lama waktu yang demikian betul-betul menguji ketabahan untuk memilih antara melanjutkan gowes yang tentu saja dengan mengurangi kecepatan atau tarikan untuk 'loading'. Hehe. Gowes di tengah tekanan seperti ini, jarak 'Water Station' sekitar 40-an km terasa lebih jauh berkali-kali lipat. Namun, sebagian besar goweser lolos dalam ujian ini. Alhamdulillah, mantap!
Gowes dengan relly panjang seperti ini harus tetap dilakukan dengan konsentrasi tinggi dengan tetap menyesuaikan ritme pedal dan kecepatan yang sama dengan goweser lain dalam pleton di tengah terus menurunkan ketahanan fisik. Sempat ada insiden jatuhnya seorang goweser dari Animha di tengah pleton ketika rombogan baru keluar beberapa kilometer dari Sota dalam perjalanan menuju Barki.Â
Beruntung goweser ini jatuh ke arah luar, ke bahu jalan, sehingga tidak tertabrak oleh rekan gowes lainnya dari belakang. Meski mengalami luka yang cukup serius di kaki dan lengan, setelah beristirahat sejenak, ia bisa kembali mengaspal. Konsentrasi yang tinggi ini diperlukan untuk keselamatan bersama.
Upaya menaklukkan jarak yang demikian jauh, tentu tidak bisa dilakukan dengan memacu sepeda dalam kecepatan biasa. Sebagai gambaran kecepatan rata-rata saat start adalah di atas 37 km/jam di rute pertama dari kota Merauke ke Sota, dan kecepatan rata-rata 32 km/jam di rute terakhir dari Taman Wasur ke garis finis di malam hari.
Jangan dibayangkan bagaimana rasa penat, lelah, sesekali keram di kaki menempuh jarak gila seperti ini. Anggap saja semua adalah persekot untuk bisa menikmati keindahan dan keunikan setiap jengkal bumi Animha yang memang menarik untuk ditilik dan diulik. Seorang sahabat sekaligus guru dan ustadz saya yang baru kali ini gowes jarak jauh mengatakan, "Saya saja ke Sota (dari Merauke) naik mobil sudah sangat melelahkan, ini bersepeda?! Bagaimana rasanya?"
"Gak usah dibayangkan ustadz, dijalanin saja. Insya Allah bisa!" demikian jawabku. Benar saja beliau pun bisa menaklukan rute ini. Dan, saya pun yakin dengan persiapan sebelumnya yang luar biasa, beliau pasti bisa. So, untuk teman2 yg belum pernah mencoba rute gila seperti ini, jangan ragu untuk bergabung, asal persiapan sebelumnya memadai dan bersedia mengupgrade terus kemampuan bersepedanya.
Gowes panjang ini pun akhirnya mencapai finish jua. Ketika azan isya berkumandang dari sejumlah masjid Kota Merauke sekitar pukul 19.00 malam, para goweser nampak memasuki pelataran sebuah kafe yang dijadikan tempat pemberhentian sekaligus tempat jamuan makan malam para goweser tangguh dari dua kota di ujung timur negeri itu. Akhirnya, target tour sejauh 300 km pun tertunai. Alhamdulillah
Sahabat, banyak pengalaman, banyak suka duka yang dialami oleh masing-masing peserta dalam gowes bersama seperti ini. Teriring harapan besar agar kegiatan gowes seperti ini bisa menjadi ajang promosi wisata yang akan berkelindan dengan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dan peningkatan taraf ekonomi masyarakatnya, terutama pelaku UMKM. Paling tidak, warung-warung makan, lapak-lapak buah, usaha dendeng rusa, dan pempek Palembang terenak di Merauke menjadi laris manis, baik untuk dikonsumsi langsung maupun dijadikan tentengan oleh-oleh. Dan, hampir semua goweser pulang ke Jayapura dengan tentengan oleh-oleh seperti ini.
Semoga event gelaran olahraga seperti ini bisa meningkatkan kebugaran dan kesehatan tubuh, menambah tali silaturahim, dan tentunya menjadi cerita indah untuk anak cucu kita kelak.
Akhirnya, selamat atas capaian semua teman-teman dan sampai jumpa di event gowes menantang berikutnya.
Salam cyclist, salam sehat dari Bumi Animha Merauke.
Merauke, 17 Januari 2021 (Direpro ulang 17 Januari 2024 pukul 23:00 WIT)
Nardi elkhayr
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H