Mohon tunggu...
Narda M Sinambela
Narda M Sinambela Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Mass and Digital Communications UAJY

Hanya seorang Introvert yang bercita Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Bincang Seru 'Jurnalisme Multimedia di Kompas.Id', Migrasi yang Harusnya Tak Menurunkan Kualitas Jurnalistik

21 April 2020   20:54 Diperbarui: 22 April 2020   09:36 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Haryo Damardono dan keris (dok. Instagram/haryodamardono)

YOGYAKARTA - Deputy Managing Editor Surat Kabar Harian (SKH) Kompas Haryo Damardono berbicara mengenai Jurnalisme Multimedia di Kompas.Id melalui video konferensi bersama mahasiswa S1 dan S2 Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta pada Rabu Siang (15/04/2020). 

Hal ini berdampak pada sisi bisnis dari media yang membuat terjadinya perebutan iklan digital sebesar 10-20% oleh 40.000 media daring di Indonesia.  

Apakah ini akan menurunkan kualitas jurnalistik?

Bila kepercayaan masyarakat terhadap jurnalisme runtuh maka demokrasi juga runtuh. Sebaliknya, makin bermutu jurnalisme dalam masyarakat, makin bermutu pula masyarakat tersebut. --Andreas Harsono-

Pengerjaan berita di era digital ini sangat berbeda dengan zaman dulu. Saat ini, jurnalis tidak hanya menulis, akan tetapi dituntut untuk serba bisa dalam mengambil gambar dan membuat video. 

Selain itu, jurnalis kini harus mengerjakan berbagai platform media perusahaannya, mulai dari media visual (cetak) hingga media audiovisual (tv). "Ya, ini sesuai dengan konsep yang telah diusung Kompas, yaitu 3M ada Multimedia, Multichannel dan Multiplatform," kata Haryo.


Kompas.id menyajikan berita berkualitas yang terbit di harian Kompas setiap hari dalam platform digital, sedangkan Kompas.com merupakan portal berita daring yang menyajikan berita dengan pemutakhiran terkini. 

Tampilan Kompas.Com
Tampilan Kompas.Com

Haryo mengatakan, "Berita di Kompas.Id harus tayang paling lama empat jam setelah proses liputan untuk menjaga keaktualitasannya".

Langkah yang berani dipilih Kompas.Id dalam menciptakan gebrakan baru sebagai surat kabar yang menerapkan model digital subscription pertama di Indonesia. 

 Tampilan Kompas.Id
 Tampilan Kompas.Id

Alasannya, karena media di Indonesia terpengaruh clickbait dengan membuat berbagai macam pemberitaan yang bombastis untuk mendapatkan iklan.

Mereka tak lagi menaruh kepedulian pada kepentingan publik, berita di media daring gratis didominasi oleh berita menarik dan mengesampingkan berita yang penting diketahui publik.

Jurnalis Kompas.Id tidak mengejar kuantitas, akan tetapi terus berinovasi dalam menyajikan jurnalistik yang berkualitas dengan mengedepankan Amanat Hati Nurani Rakyat. 

Mengulas fenomena dari berbagai sudut dengan metode jurnalistik dan penelitian yang profesional. Terbukti bahwa dalam sehari jurnalis Kompas.Id dituntut menghasilkan berita yang mendalam sebanyak satu hingga 2 berita.

"Kita tidak ingin jurnalis Kompas clickbait," ungkap Haryo.  

Inilah yang membuat Kompas.Id menjadikan The New York Times (NYT)sebagai anutannya. Jurnalis NYT melakukan peliputan berita satu untuk satu minggu dengan mengandalkan 1.600 jurnalisnya. 

Tampilan NYT
Tampilan NYT

Sedangkan, media daring di Indonesia diwajibkan 10 berita dalam sehari. Menurut Haryo, bagaimana jurnalis dapat mengecek kebenaran atas apa yang ditulisnya.

Oleh karena itu, Kompas.Id mengambil garis tengah untuk jurnalisnya leluasa mengerjakan peliputan satu hingga dua berita dalam sehari. 

"Makanya kita bisa membuat berita yang pertama minimal benar dan yang kedua mencerdaskan," tambah Haryo.

Ini dia, kriteria jurnalis yang baik menurut Haryo Damardono (dok. Narda M Sinambela)
Ini dia, kriteria jurnalis yang baik menurut Haryo Damardono (dok. Narda M Sinambela)

Proses peliputan mengharuskan berita diulas secara mendalam dan meluas. Selain itu mampu menempatkan konteks dan latar belakang, akurat, verifikatif, komprehensif, sumber-sumbernya relevan 

Sedangkan, proses penulisannya yang dinilai adalah bahasa, gaya, dapat dipercaya, pembukaan menarik, jernih, fokusnya kuat dan terstruktur untuk membangkitkan rasa penasaran pembaca dari awal hingga akhirnya.

Kriteria semacam ini tidak ditemukan dalam penyajian pemberitaan yang serba mengejar kecepatan seperti kebanyakan media daring di Indonesia. 

Kehadiran Kompas.Id justru memberi angin segar bagi dunia jurnalisme Indonesia, karena memiliki kanal digital yang berbeda dan mengedepanan mutu dari jurnalisme.

Faktor penting yang dapat dicapai dari para pembaca saat pendapatan iklan datang dari pelanggan atas reviewnya di Kompas.Id. 

"Maka pelanggan sendiri yang membiayai kerja jurnalistik bukan perusahaan ataupun iklan. Pada akhirnya yang kita bela itu kepentingan pembaca," tutur Haryo.

Adanya konsep berlangganan membuat investasi serius di media daring, ukuran mengejar trafik semata terkikis demi memberdayakan kualitas jurnalisme di era media baru.

Silakan simak video lengkapnya : Jurnalisme Multimedia di Kompas.Id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun