Paginya seperti biasa, Bulan berangkat sekolah diantar Papahnya dengan sepeda motor.
"Belajar yang pintar," Ucap Dio.
"Siap Pah, Hati-hati." Jawab Bulan.
Sampai kelas, Bulan selalu menjadi target bully dan ejekan teman-temannya. Sampai saat dimana teman-temannya mengejek pekerjaan Ayahnya, Bulan sedikit malu entah apa yang dikirannya Ia lelah terus-terusan diejek seperti itu, Ia akan membicarakan pada Papahnya.
Sepulang sekolah, Bulan mencari Papahnya yang ternyata sedang duduk di bangku ruang tamu.
"Pah Bulan malu kalau Papah jadi kuli bangunan." Ucapnya langsung tanpa basa-basi.
"Kenapa nak? Kan pekerjaan halal, Papah mau kerja apa lagi selain kuli bangunan?," Ucap Dio.
"POKOKNYA AKU GAK MAU LIAT PAPAH JADI KULI BANGUNAN LAGI!!, Aku malu Pah sama temen-temen," Teriak Bulan dan memelan diujung ucapannya. Lalu Ia langsung masuk kedalam kamar, meninggalkan Papahnya yang terkejut dengan sikapnya.
Dio menghela napas, dan mengusap mukanya dengan telapak tangan. Ia sedih ketika anaknya berbicara seperti itu, tapi ia memaklumi dan mengerti perasaannya. Baiklah kalau itu mau anaknya ia akan berhenti dan mencari pekerjaan lain.
Didalam kamarnya Bulan menangis sambil memeluk foto masa kecilnya bersama Papah dan Mamahnya. Membuka beberapa surat-surat yang Papahnya tulis dihari ulang tahunnya. Bertuliskan kata-kata semangat untuk dirinya dan ungkapan kasih sayang Papahnya.
Bulan keluar dari kamarnya dan langsung memeluk Sang Papah yang masih di tempat yang sama.