Dua porsi sate klatak yang masing-masing berisi potongan-potongan besar daging kambing yang ditusuk pakai besi jeruji sepeda serta kuah gulai yang nikmat dan seporsi kicik balung langsung ludes kami sikat. Walau sempat kebingungan karena tangan kami yang berlepotan kecap, kuah, dan bekas-bekas makanan lain tidak bisa dibersihkan karena warung sederhana ini tidak menyediakan tisu apalagi wastafel, tapi tetap saja saya memberi nilai 8 untuk rasa makanan dan suasanan yang aneh dari tempat makan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H