Mungkinkah? Lagi-lagi itu hanya sebatas pertanyaan dalam benak, tidak menjadi perhatian khusus ku l, tergantikan dengan optimis "besok juga sembuh" tanpa ada penanganan apapun, Â yang justru menyebabkan sesal yang teramat dalam buatku.
Maret 2021
Aku mulai tidak mengenali tubuhku. Rasanya makin rapuh, wajah memucat dan mengecil. Tapi perutku makin besar dengan sensasi gerak di dalamnya. Aku mulai penasaran, ada apa denganku?Â
Payudaraku semakin sakit setiap harinya, hingga di bulan ini aku tak mampu lagi menggunakan sekedar bra untuk menutupinya. Aku hanya bergantung pada baju yang berlapis-lapis.Â
Lalu aku mulai tidak tahan, hingga suamiku memanggil layanan rumah sakit untuk merawatku dirumah. Hampir semua perawat yang datang dan melihat kondisi payudaraku bergidik ngeri.Â
"Bu, segera periksakan, ini bukan luka biasa" ucapnya. Aku mulai takut, mulai penasaran, mulai ingin melihat apa yang terjadi pada tubuhku. Dan benar saja, tak lama setelah USG Mammae kulakukan, hasilnya keluar dan membuatku ketakutan.Â
Ada indikasi keganasan di sana. Aku mulai bingung harus berbuat apa. Aku pulang kerumah orang tuaku, bercerita dengan takut-takut, memperlihatkan hasilnya. Dan kedua orangtuaku terpekur.Â
April 2021
Aku ditarik pulang kerumah orangtuaku, tentunya seizin suami dan anak-anak ku. Keluarga besar tak pernah lelah mendukung, menyemangatiku hampir setiap hari.Â
Aku dipersiapkan untuk berangkat ke kota Denpasar yang menurut pengalaman kedua orangtuaku sangat  berpengalaman dalam menyelesaikan kasus-kasus tumor. Sebelumnya salah satu keluargaku menyarankan untuk memeriksakan kondisi perutku yang semakin besar dan terus bergerak.Â
Aku sudah tidak bisa berfikir apapun, hanya bisa menuruti saran-saran yang aku yakin memang itulah yang terbaik. Dan kejutan Tuhan belum selesai, ketika memeriksakan kondisi peruku ke Spesialis Penyakit Dalam, beliau menemukan gerakan bayi disana.Â