Mohon tunggu...
Naraya Syifah
Naraya Syifah Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan Penggembala Sajak

Tidak ada yang istimewa dari Naraya Syifah, ia hanya seorang gadis kampung yang sederhana, putri sulung dari keluarga sederhana yang disimpan banyak harapan di pundaknnya. Ia memiliki kepribadian mengumpulkan sajak di pelataran rumahnya. Pernah tergabung dalam beberapa komunitas literasi dan alhamdullilah saat ini sebagai penggerak literasi di kabupaten Subang. Ia menjalankan komunitas Pena Cita bersama teman-teman sehobinya. Kecintaannya pada literasi menghantarkannya sampai di sini. Semoga awal yang baru ini dapat lebih mengembangkan tulisannya dan merubah hidupnya. Selain menulis ia juga tergila-gila dengan K-drama yang dapat menginspirasi nya dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cemamat (Cerita Malam Jumat) Bocah Lelaki di Kamarku

5 Januari 2023   20:20 Diperbarui: 5 Januari 2023   21:03 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalian pasti berpikir bahwa aku ini sudah gila? Tapi hal ini tidaklah sering, aku hanya melakukannya saat bosan sama seperti yang sering dia lakukan.

Namun sesekali aku juga kesal, kejahilannya itu yang membuatku marah bahkan membuatku sampai geleng-geleng kepala. Dia menyukai semua mainan di kamarku. Dia memainkannya. Dia menggoyang-goyangkan boneka di kamarku, memutar radio sendiri, membesarkan volumenya semaunya, mencari lagu sinden bahkan pernah ketika tengah malam dia memutar lagu lengser wengi.

Siapa yang tak kesal dengan tingkahnya itu?

Setelah hampir dua minggu dia terus muncul di depanku, aku baru berbincang dengannya. Tetapi, aku melupakan namanya dan alasan kenapa dia meninggal. Yang aku ingat, dia selalu mengatakan kalau dia rindu dengan mami papinya. Saat pertama aku bertanya siapa namanya dan kenapa dia ada di kamarku, dia enggan menjawab. Dia lebih sering diam datang dengan wajah datar atau tiba-tiba menangis di sudut kamar.
Kedua kalinya aku bertanya, dia mau menjawabnya.

“Dek, kenapa kamu ada di sini? Bisa nggak, kamu cerita sama Kakak?” tanyaku.

Dia menjawab, “Aku di sini mengikuti Kakak. Aku suka sama Kakak. Boleh, Kakak jadi teman Adek?” tanyanya balik.

“Boleh, tapi Kakak boleh tau nggak, adek ini meninggalnya karena apa?”

Dia diam membisu kemudian menjawabnya dengan wajah menangis, “Kangen mami ... kangen papih.” 

Percakapanku dengannya hanya berlangsung sejauh itu.

Tentang dari mana dia bisa mengikutiku, aku pun tidak tahu. Tetiba saja dia ada di kamarku dan sering menampakkan wujudnya kapan saja yang ia mau, apalagi saat dia sedang kesepian. Bahkan di siang bolong pun, sekitar jam 12.00 dia pernah muncul. Biasanya, Jam 20.00 malam atau jam 02.00 pagi. Dia hampir menemaniku selama satu tahun lamanya. Dia bertingkah seperti anak kecil biasanya, jadi aku pun sama sekali tidak merasa takut ditambah dengan wujudnya yang tidak menyeramkan. Aku bahkan sempat memberinya nama.

Suatu hari, aku terbangun pukul 04.00 sebelum subuh karena ada janji untuk berangkat jogging bersama temanku, sontak dari arah depan jendela terdengar suara seorang lelaki paruh baya dan seorang perempuan tengah bertengkar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun