Mohon tunggu...
Naraya Syifah
Naraya Syifah Mohon Tunggu... Penulis - Perempuan Penggembala Sajak

Tidak ada yang istimewa dari Naraya Syifah, ia hanya seorang gadis kampung yang sederhana, putri sulung dari keluarga sederhana yang disimpan banyak harapan di pundaknnya. Ia memiliki kepribadian mengumpulkan sajak di pelataran rumahnya. Pernah tergabung dalam beberapa komunitas literasi dan alhamdullilah saat ini sebagai penggerak literasi di kabupaten Subang. Ia menjalankan komunitas Pena Cita bersama teman-teman sehobinya. Kecintaannya pada literasi menghantarkannya sampai di sini. Semoga awal yang baru ini dapat lebih mengembangkan tulisannya dan merubah hidupnya. Selain menulis ia juga tergila-gila dengan K-drama yang dapat menginspirasi nya dalam menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cemamat (Cerita Malam Jumat) Bocah Lelaki di Kamarku

5 Januari 2023   20:20 Diperbarui: 5 Januari 2023   21:03 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entahlah ... Entah kapan tepatnya dia hadir di sini. Sekarang dan saat ini, dia ada bersamaku ... Di depan mataku.

Aku ... Tentu saja aku mati kutu. Apa aku harus menjerit atau menangis? Aku tidak tahu.

Satu hal yang pasti, bibirku terkatup rapat. Seluruh tubuhku menegang hampir tak bisa kugerakkan. 

Sett ... Gerakannya sangat cepat seperti angin yang entah tiba-tiba saja berdesir. Aku masih merasakan takut dan bergidik bahkan ketika aku menceritakannya. 

Tapi apa yang bisa kulakukan? Dia bahkan sudah tahu bahwa aku melihatnya. 

Aku hanya bisa menatapnya dan memperhatikannya sambil menahan gemetar di tubuhku. Bagaimanapun juga, aku tetaplah manusia yang diliputi perasaan takut saat dihadapkan dengan hal-hal yang gaib.

Seorang anak kecil yang sangat tampan, kulitnya putih, matanya sipit seperti orang cina. Bila kutaksir mungkin usianya sekitar 4 - 5 tahun, dan dia memakai jas hitam.

Pertama kali aku melihatnya, dia memiliki sedikit darah di bagian mata dan tangannya. Aku dapat merasakan jantungku yang berdebar dan bulu kudukku yang merinding hebat.

Saat itu, entahlah ... aku juga tidak tau apa dia datang dengan menembus pintu atau tembok kamarku. Dia sudah ada di dalam kamarku sambil terduduk memainkan boneka yang ada di sana. Setelah lima hari dia datang, aku jadi semakin terbiasa. Apalagi dia selalu menunjukkan diri dengan wajah tampannya itu. Bukan lagi wajah berlumurkan darah yang ia perlihatkan pertama kali.

Awalnya aku mengabaikan dia, aku juga berpikir bahwa aku dan dia punya tempatnya masing-masing di sini. Mau nggak mau, ya, tentunya kami ini berbeda. 

Dia juga tidak datang setiap hari atau datang di jam-jam tertentu. Kadang dia datang dua kali dalam seminggu, kadang seminggu berturut-turut, kadang aku yang memanggilnya untuk datang sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun