Akhirnya, Gus Miftah mundur dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan.
Hal ini disebabkan karena candaan beliau yang viral dengan penjual es teh saat pengajian. Candaan yang menurut masyarakat berlebihan karena terkesan merendahkan seseorang.
Dalam Islam, bercanda tidak dilarang asal memenuhi syarat yang telah ditentukan. Nabi Muhammad saw dulu juga bercanda dengan umatnya. Seperti ketika ada orang yang ingin ikut rombongan nabi naik unta. Nabi berkata,
"Boleh, nanti kamu akan saya naikkan anak unta."
"Ya Rasulullah, saya sudah dewasa, apakah bisa anak unta membawa saya?"
"Bukankah unta dewasa juga anak unta?" Jawab nabi tersenyum.
Bercanda seperti ini tentu tidak mengurangi kemulian nabi sekaligus tidak membuat orang yang diajak bercanda malu atau marah.
Untuk melengkapi pengetahuan kita tentang adab dalam bercanda maka perlu kita baca panduan yang telah disusun para ulama.
Rambu-Rambu Dalam Bercanda Â
Pertama, Agama tidak boleh dibuat bahan candaan. Allah berfirman, Katakanlah, "Apakah terhadap Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya kamu selalu mengolok-olok?" Â "Tidak perlu kamu membuat-buat alasan karena kamu telah kufur sesudah beriman" (Q.S. At Taubah: 65-66)
Kedua, materi candaan harus benar. Tidak boleh berdusta untuk membuat orang tertawa. Rasulullah saw bersabda, "Celaka bagi orang yang berkata dan berdusta agar orang tertawa, maka celaka ia." (H.R. Abu Dawud)
Ketiga, candaan tidak boleh menakut-nakuti orang. Suatu hari para sahabat bepergian bersama nabi. Satu orang kemudian tertidur. Datanglah satu orang lainnya membawa tali dan menariknya hingga sahabat yang tertidur kaget dan terbangun.
Kemudian Nabi bersabda, "Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti muslim lainnya." (H.R. Abu Dawud)
Keempat, candaan tidak boleh mengandung unsur ejekan, celaan atau umpatan. Manusia diciptakan berbeda-beda. Ada yang sempurna ada yang kurang fisiknya. Ada yang bagus pendidikannya dan ada yang tidak lulus sekolah.
Ada yang kaya dan ada pula yang miskin. Janganlah orang yang sempurna mengejek yang kurang fisiknya. Jangan pula yang pandai mengejek yang bodoh atau yang kaya mengejek yang miskin.
Allah berfirman dalam Al-Quran, "Wahai orang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok)...(Q.S. Al-Hujurat: 11) Â Â
Kelima, candaan tidak berlebihan. Imam Nawawi rahimahullah berkata, "Bercanda yang dilarang adalah yang berlebihan yaitu yang terus menerus dilakukan. Karena hal demikian dapat menyebabkan tawa berlebihan, kerasnya hati dan melupakan dari zikir kepada Allah. Bercanda berlebihan juga menghilangkan wibawa dan menyebabkan kebencian."
Keenam, menjaga harkat dan martabat orang. Sebagian orang ketika bercanda tidak memperhatikan siapa yang dia bercandakan. Padahal di situ ada hak orang yang harus dijaga kehormatannya.
Umar bin Abdul Aziz berkata, "Hati-hati ketika bercanda karena hal itu bisa merusak kehormatan seseorang."
Ketujuh, candaan tidak boleh mengandung usur gibah. Sayangnya, hal ini sudah menjadi kebiasaan sebagian orang. Padahal menggunjing orang untuk bahan candaan adalah dosa yang berlipat-lipat.
Kedelapan, memilih waktu yang tepat. Ada waktu dimana kita serius dan ada pula waktu kita bercanda.
Misalnya, saat berwisata, pesta, kumpul bareng teman, saat santai suami istri, maka bercanda di waktu seperti ini sangat dimaklumi. Agar dapat menyegarkan suasana dan membuat teman lebih akrab.
Inilah beberapa rambu dalam bercanda yang harus diperhatikan agar semuanya selamat, nyaman dan tetap terhormat.
Rasulullah saw bersabda, "Jika kalian tahu apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis." (H.R. Bukhari) Â
Wallahu A'lam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI