Mohon tunggu...
Suhairi Umar
Suhairi Umar Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Treveler

hobi jalan-jalan, suka bertemu orang, senang sejarah, belajar menulis pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Gus Miftah dan Penjual Minuman, Bagaimana Sikap Kita?

4 Desember 2024   21:32 Diperbarui: 5 Desember 2024   18:01 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Pondok Ora Aji  (Sumber: suara.com))

Tragedi di sebuah pesantren di Magelang saat acara pengajian menjadi perhatian nasional. Bahkan, konon pihak istana juga memberikan respon akan peristiwa yang memalukan ini. 

Karena dari video yang beredar pelakunya adalah Gus Miftah seorang dai kondang, pengasuh pondok pesantren sekaligus Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan. Beliau disinyalir "merendahkan" penjual minuman yang belakangan diketahui bernama Pak Sunhaji.

 

Nasib orang tidak ada yang tahu. Kemarin, Gus Miftah di atas sekarang turun ke bawah. Kemarin, Pak Sunhaji si penjual minuman di bawah sekarang di atas. Bagi Pak Sunhaji, mungkin inilah yang disebut sengsara membawa nikmat. 

Malu di awal lalu tertawa kemudian. Siapa sangka Pak Sunhaji yang di "rosting" oleh Gus Miftah sekarang mendapatkan banyak keberkahan.

Pertama, kalau beliau sabar maka itu pahala baginya dan menggugurkan dosanya. Kedua, ada ustaz terkenal yang memberinya hadiah umroh. Ketiga, ada orang yang langsung memberinya bingkisan berisi uang. Nominalnya lumayan 50 juta rupiah. 

Keempat, ada selebgram yang mau membeli es tehnya sebanyak 1000 cup dan akan diinfakkah untuk jumat berkah. Kelima, donasi dari masyarakat yang simpati semakin deras, kabarnya sampai tulisan ini dibuat sudah mencapai 300-an juta rupiah. 

Keenam, yang bersangkutan datang langsung ke rumah "korban" dan meminta maaf. Meskipun permintaan maaf itu tidak bisa serta merta menghilangkan rasa malunya yang kadung tersebar.

Pak Sunhaji pasti tidak pernah menyangka akan mengalami peristiwa ini dan mendapatkan rezeki kaget sebanyak ini. Jumlahnya ratusan juta rupiah bahkan mungkin akan terus bertambah. Inilah rahasia Allah, jika Dia berkehendak maka segala sesuatu mudah bagi-Nya. 

Kita juga sama tidak pernah menyangka dan juga tidak kenal sebelumnya sosok pak Sunhaji. Tapi sekarang hampir seluruh jagad maya mengenalnya. Saya yakin bukan hanya di Indonesia tapi di belahan bumi lainnya.

Sekarang, bagaimana sikap kita? Apakah kita akan menghujat Gus Miftah habis-habisan dan membela Pak Sunhaji mati-matian?

 Saya tidak ingin larut dalam lautan simpati yang berlebihan dan juga tidak ingin tenggelam dalam lautan caci-maki kepada "terdakwa" yang sudah mengaku bersalah dan meminta maaf kepada "korban". 

Sekarang, saatnya kita mengambil hikmah dan pelajaran karena semua yang terjadi tidak ada yang kebetulan.

Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari peristiwa ini?

 

Pertama, manusia tempat salah dan lupa, siapa pun dia. Jangankan kita nabi saja pernah salah dan lupa. Namun bedanya salah dan lupanya nabi mendatangkan syariat untuk kita. 

Sabda nabi, "Setiap anak adam sering berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang bertaubat (kembali ke jalan yang benar")

Kedua, lidah itu lunak tidak bertulang, maka hati-hati ketika mengucapkan. Sekali kata terucap tidak bisa ditarik kembali. Jika yang keluar kata-kata baik maka kita selamat. 

Namun jika yang keluar jelek maka akibatnya bisa fatal. Pepatah arab mengatakan, "Tergelinjirnya kaki lebih selamat daripada tergelincirnya lidah"

Ketiga, bercanda ada tempatnya. Bercanda juga ada kadarnya. Jika berlebihan maka akan membuat suasana kurang bermakna. Canda dalam dakwah ibarat garam dalam makanan. 

Jika garam berlebih maka tidak ada yang mau makan. Begitu juga ketika canda berlebihan dalam suatu pengajian maka tidak semua orang menerimanya. Dan ilmu yang disampaikan akan tertutupi oleh candaan yang berlebihan.

Keempat, sungguh dalam satu kesulitan mengandung banyak kemudahan. Saat Pak Sunhaji mendengar kalimat candaan dari Gus Miftah tentu dia kaget dan malu karena menyangkut profesinya yang dianggap oleh orang kebanyakan adalah kelas bawah. 

Apalagi hal itu diucapkan di depan ribuan orang dan disiarkan. Namun, tidak lama dari "tragedi kemanusiaan" itu munculnya simpati yang bergelombang dan mendatangkan banyak kemudahan yang selama ini tidak pernah terbayangkan, "inna ma'al 'usri yusro"

Kelima, jaga lisan kita jangan sampai merendahkan martabat orang. Meskipun Gus Miftah salah tapi dia sudah meminta maaf dan mengakui kesalahannya.

 Jika beliau sudah meminta maaf kepada "korban" dan memohon ampun kepada Allah maka selesailah urusannya. Tapi jika kita terus menghinanya, saya khawatir dosa itu akan berpindah ke diri kita. Karena sebaik-baik muslim adalah yang berusaha menutup aib saudaranya.

 Wallahu A'lam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun