Sekarang, bagaimana sikap kita? Apakah kita akan menghujat Gus Miftah habis-habisan dan membela Pak Sunhaji mati-matian?
 Saya tidak ingin larut dalam lautan simpati yang berlebihan dan juga tidak ingin tenggelam dalam lautan caci-maki kepada "terdakwa" yang sudah mengaku bersalah dan meminta maaf kepada "korban".Â
Sekarang, saatnya kita mengambil hikmah dan pelajaran karena semua yang terjadi tidak ada yang kebetulan.
Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari peristiwa ini?
Â
Pertama, manusia tempat salah dan lupa, siapa pun dia. Jangankan kita nabi saja pernah salah dan lupa. Namun bedanya salah dan lupanya nabi mendatangkan syariat untuk kita.Â
Sabda nabi, "Setiap anak adam sering berbuat salah, dan sebaik-baik orang yang berbuat salah adalah yang bertaubat (kembali ke jalan yang benar")
Kedua, lidah itu lunak tidak bertulang, maka hati-hati ketika mengucapkan. Sekali kata terucap tidak bisa ditarik kembali. Jika yang keluar kata-kata baik maka kita selamat.Â
Namun jika yang keluar jelek maka akibatnya bisa fatal. Pepatah arab mengatakan, "Tergelinjirnya kaki lebih selamat daripada tergelincirnya lidah"
Ketiga, bercanda ada tempatnya. Bercanda juga ada kadarnya. Jika berlebihan maka akan membuat suasana kurang bermakna. Canda dalam dakwah ibarat garam dalam makanan.Â
Jika garam berlebih maka tidak ada yang mau makan. Begitu juga ketika canda berlebihan dalam suatu pengajian maka tidak semua orang menerimanya. Dan ilmu yang disampaikan akan tertutupi oleh candaan yang berlebihan.