Ketiga, bercanda ada tempatnya. Bercanda juga ada kadarnya. Jika berlebihan maka akan membuat suasana kurang bermakna. Canda dalam dakwah ibarat garam dalam makanan. Jika garam berlebih maka tidak ada yang mau makan. Begitu juga ketika canda berlebihan dalam suatu pengajian maka tidak semua orang menerimanya. Dan ilmu yang disampaikan akan tertutupi oleh candaan yang berlebihan.
Keempat, sungguh dalam satu kesulitan mengandung banyak kemudahan. Saat Pak Sunhaji mendengar kalimat candaan dari Gus Miftah tentu dia kaget dan malu karena menyangkut profesinya yang dianggap oleh orang kebanyakan adalah kelas bawah. Apalagi hal itu diucapkan di depan ribuan orang dan disiarkan. Namun, tidak lama dari "tragedi kemanusiaan" itu munculnya simpati yang bergelombang dan mendatangkan banyak kemudahan yang selama ini tidak pernah terbayangkan, "inna ma'al 'usri yusro"
Kelima, jaga lisan kita jangan sampai merendahkan martabat orang. Meskipun Gus Miftah salah tapi dia sudah meminta maaf dan mengakui kesalahannya. Jika beliau sudah meminta maaf kepada "korban" dan memohon ampun kepada Allah maka selesailah urusannya. Tapi jika kita terus menghinanya, saya khawatir dosa itu akan berpindah ke diri kita. Karena sebaik-baik muslim adalah yang berusaha menutup aib saudaranya.
 Wallahu A'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H