Mohon tunggu...
Nara Ahirullah
Nara Ahirullah Mohon Tunggu... Konsultan - @ Surabaya - Jawa Timur

Jurnalis | Pengelola Sampah | Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) | Tenaga Ahli Sekolah Sampah Nusantara (SSN) | Konsultan, Edukator dan Pendamping Program Pengelolaan Sampah Kawasan. Email: nurrahmadahirullah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Kebangkitan Kota Bekasi Menghadapi 10.000 Ton Sampah Setiap Hari

10 Desember 2023   05:22 Diperbarui: 10 Desember 2023   08:12 698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Simposium nasional sebagai langkah awal Kota Bekasi memulai kebangkitan pengelolaan sampah, Jumat 8 Desember 2023. (Dokumentasi pribadi)

Tidak ada daerah sekuat Kota Bekasi. Sebab, kota inilah satu-satunya daerah di Indonesia yang paling berat beban lingkungannya. Setiap hari dia harus menghadapi kurang lebih 10.000 ton sampah. 

Yaitu, 8.500-an ton sampah dari warga Jakarta dan 1.700-an ton sampah dari warga Kota Bekasi sendiri. Selain kuat, Kota Bekasi tentu memiliki kesabaran yang besar untuk menanggun beban lingkungan yang sedemikian besar itu.

Sampah dengan volume 10.000 ton per hari itu mengalir ke dua tempat pembuangan/pemrosesan akhir (TPA) sampah. Yaitu, ke TPA Bantar Gebang dan ke TPA Sumur Batu. 

TPA Bantar Gebang menampung 8.500-an ton per hari sampah dari Jakarta dan dikelola oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Sementara TPA Sumur Batu menampung sampah dari warga Kota Bekasi sebanyak 1.700-an ton per hari.

TPA Bantar Gebang sejatinya bukanlah TPA. Statusnya TPA Bantar Gebang itu sesungguhnya Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST). Banyak mesin dan peralatan di sana yang mengupayakan untuk mempertahankan status Bantar Gebang sebagai TPST. Namun, apa boleh buat, sebagian besar mesin dan alat pengelolaan sampah itu tak bisa bekerja optimal bahkan ada yang mangkrak.

Sebagai TPST, inovasi di Bantar Gebang antara lain dibangun instalasi untuk Refused Derived Fuel (RDF). Hasilnya, target produksi 2.000 ton per hari meleset jadi hanya 700 ton per hari. Itu pun berdasarkan pengakuan dari pihak pengelola RDF sendiri. Jika ditelusuri kemungkinan produksinya lebih kecil dari 700 ton per hari.

Ada juga Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) atau Pengolah Sampah jadi Energi Listrik (PSEL) Merah Putih. Kabarnya, PLTSA atau PSEL ini bakal bisa mengubah 1.000- 1.500 ton sampah menjadi energi listrik. Namun, akhirnya pasti hanya bisa mengolah 50-100 ton sampah setiap hari untuk jadi listrik 400 kWh. Tapi sampai sekarang pun belum optimal, masih terus uji coba dan pengembangan.

Lain lagi, di Bantar Gebang juga ada program Power House. Yaitu, pemanfaatan sampah menjadi energi. Caranya dilakukan penangkapan gas untuk energi listrik yang terkoneksi dengan PLN. Dari program ini diharapkan tercipta listrik mencapai target 26 Megawatt, tapi hanya mampumenghasilkan 1-5 Megawatt.

Lanjut lagi ada program komposting dan pengolahan sampah kresek. Program ini termasuk yang awal-awal dibuat. Dimulai tahun 2008 tapi kini sudah tak terlihat kegiatan itu lagi.

Akhirnya, apa boleh buat. Terpaksa Bantar Gebang yang statusnya TPST itu, lebih dekat fungsinya sebagai TPA. Itupun bukan TPA yang "P-nya" mengandung frasa "pemrosesan". Tapi "P" yang difrasanya "pembuangan". 

Sama seperti Bantar Gebang pada awal beroperasinya pada tahun 1989, yakni sebagai tempat pembuangan sampah. TPA ini memiliki luas 113,15 hektar dan menerima sampah sebanyak hingga mencapai 8.500 ton per hari ini. Sampah yang dibuang ke TPA Bantar Gebang berasal dari rumah tangga, perkantoran, dan industri.

Sementara itu, sampah yang ditimbulkan dari warga Kota Bekasi sendiri tercatat 1.700 ton per harinya. Sampah dari Kota Bekasi sendiri mengalir ke TPA Sumur Batu yang luasnya 11,6 hektare. Kondisinya sama dengan TPA lain di Indonesia. TPA Sumur Batu mengalami overload.

Jadi Pusat Riset dan Kajian Pengelolaan Sampah Nasional

Sebuah langkah cerdas diambil Pemkot Bekasi. Banyaknya sampah yang menjadi bebannya dijadikan momentum untuk berbenah dan melangkah maju. Pemkot Bekasi menginisiasi kota ini menjadi Pusat Riset dan Kajian Pengelolaan Sampah Nasional. 

Sebuah visi yang berani sekaligus menantang karena kondisi Kota Bekasi sendiri sedang berjuang menghadapi persoalan sampah.

Kota Bekasi memang harus punya prestasi dengan memanfaatkan ketabahan dan kekuatannya yang setiap hari menanggung tambahan beban lingkungan 10.000 ton. Itu sebagai reaksi positif atas kondisi yang kurang menguntungkan. Biasanya, kondisi terpuruk melahirkan kebangkitan besar dan menakjubkan.

Para penggerak dan pegiat bank sampah di Kota Bekasi dalam FGD membahas rekomendasi pengelolaan sampah. (Dokumentasi pribadi)
Para penggerak dan pegiat bank sampah di Kota Bekasi dalam FGD membahas rekomendasi pengelolaan sampah. (Dokumentasi pribadi)

Jika dalam kondisi saat ini Pemkot Bekasi sudah dapat penghargaan sebagai Pemkot Pembina Lingkungan Hidup Terbaik tingkat Provinsi Jawa Barat, maka upaya lebih tentu akan melahirkan prestasi yang lebih hebat lagi. 

Apalagi jika Pemkot Bekasi secara serius menjalankan Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (UUPS) dan menjalankan prinsip pengelolaan sampah yang sistematis, menyeluruh dan berkelanjutan.

Keterpurukan harus dijawab dengan prestasi. Itu yang harus dipegang teguh oleh Pemkot Bekasi dan seluruh unsur terkait di Kota Bekasi. Di mana Kota Bekasi sesungguhnya sudah memiliki banyak bekal untuk bisa melahirkan prestasi di pengelolaan sampah yang bisa menjadikan kota ini rujukan untuk mempelajari pengelolaan sampah yang baik dan benar sesuai regulasi.

Konsorsium inovasi pengelolaan sampah yang direncanakan dibentuk untuk bisa mencapai prestasi itu sudah siap dibentuk. Saat menghadiri pertemuan hingga perumusan program konsorsium tersebut, sangat terasa semangat semua orang dan unsur yang hadir. Semua punya ide dan masukan kritis untuk bagaimana Kota Bekasi menjadi kota yang bersih dan maju dalam pengelolaan sampahnya.

Adanya konsorsium itu diharapkan dapat jadi solusi kebuntuan pengelolaan sampah di Kota Bekasi dari sisi teknis, ekologis, sosiologis, dan ekonomis. Unsur pentahelix yang akan terlibat dalam konsorsium itu mestinya bisa berinvestasi dalam kapasitasnya masing-masing.

Investasi Hijau Pengelolaan Sampah

Perumusan konsorsium inovasi pengelolaan sampah Kota Bekasi, Sabtu 9 Desember 2023. (Dokumentasi pribadi)
Perumusan konsorsium inovasi pengelolaan sampah Kota Bekasi, Sabtu 9 Desember 2023. (Dokumentasi pribadi)

Penggunaan diksi investasi dalam konsorsium inovasi tersebut dipakai untuk mengubah mindset seluruh unsur yang terlibat, bahwa sampah yang selama ini jadi beban bisa berubah jadi kesempatan investasi yang relevan bagi siapa saja. 

Bukan  hanya kesempatan investasi bagi mereka yang selama ini sering bergelut dengan sampah. Sebab, semua orang, lembaga, institusi, aktivitas pasti menghasilkan dan menimbulkan sampah secara langsung maupun tidak langsung.

Melihat sampah sebagai kesempatan investasi, maka semua pihak akhirnya bisa berkontribusi. Karena diksinya investasi berarti harus dan wajib ada keuntungan atas investasi yang diberikan oleh semua pihak. 

Di titik ini akan tampak letak perbedaan antara pengelolaan sampah yang relevan sebagai investasi dengan pengelolaan sampah yang hanya menghabiskan anggaran.

Maka PR besar konsorsium inovasi pengelolaan sampah Kota Bekasi ke depan adalah membuat skenario investasi hijau pengelolaan sampah yang profitable. Dengan betul-betul mempelajari pola-pola investasi pengelolaan sampah yang sudah ada sebelumnya di seluruh Indonesia. Sehingga, kegagalan-kegagalan investasi pengelolaan sampah yang berinvestasi  pada sistem sentralisasi tidak terulang lagi di Kota Bekasi.

Kota Bekasi punya sumber daya dukungan yang besar untuk bisa membereskan persoalan sampah dengan sistem desentralisasi hingga tapak rumah tangga. Banyak potensi investor hijau di Kota Bekasi. Dan yang terutama adalah dukungan sumber daya manusia (SDM). Mulai dari SDM yang ada di pemerintahan, akademisi, komunitas, dan penggerak pegiat pengelolaan sampah.

Banyak bank sampah di Kota Bekasi yang maju dan berkembang dengan upaya sendiri maupun dibantu pemerintah. Itu adalah modal besar yang sangat menguntungkan dan akan mendapatkan keuntungan dari investasi hijau. Dan jika banyak bank sampah yang berkembang, itu berarti masyarakat Kota Bekasi sudah banyak juga yang peduli akan pengelolaan sampah.

Yang perlu dilakukan di Kota Bekasi dalam pengelolaan sampah cukup sederhana. Bukan perubahan yang revolusioner. Kota Bekasi hanya perlu kembali ke UUPS dan menjalankannya dengan metode yang tepat. 

Metode yang tepat untuk semua hal adalah pola yang dapat menguntungkan semua pihak. Jika metode investasi hijau bisa menguntungkan semua pihak secara ekologis dan ekonomis, Kota Bekasi tidak punya alasan untuk tidak menjalankannya. (nra)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun