Mohon tunggu...
Nara Ahirullah
Nara Ahirullah Mohon Tunggu... Konsultan - @ Surabaya - Jawa Timur

Jurnalis | Pengelola Sampah | Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) | Tenaga Ahli Sekolah Sampah Nusantara (SSN) | Konsultan, Edukator dan Pendamping Program Pengelolaan Sampah Kawasan. Email: nurrahmadahirullah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Kampanye dan Ujung Sampah Visual Politik

29 November 2023   08:55 Diperbarui: 29 November 2023   14:08 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jejeran alat kampanye berderet di persimpangan jalan protokol di Surabaya. (Dokumentasi pribadi)

Biasanya banner-banner itu akan ditertibkan, diturunkan, dan disimpan oleh Satuan Polisi Pamong Praja (Sat Pol PP) jika sudah masuk masa tenang atau waktu akhir kampanye. 

Namun, itu hanya alat kampanye kecil-kecil yang bisa mereka jangkau. Untuk media kampanye besar yang dipasang di billboard-billboard, Sat Pol PP sangat jarang menertibkannya. Panitia pengawas pemilu (Panwaslu) yang akan mencatatnya sebagai pelanggaran jika pihak pemilik media kampanye tak segera menurunkannya.

Selanjutnya, ke mana Sat Pol PP dan pemasang alat kampanye itu mengeksekusi semuanya?

Sampah Visual jadi Beban Lingkungan

Berbagai jenis bahan spanduk dan banner digital printing saat ini umumnya terbuat dari bahan anorganik. Mayoritas mengandung plastik dengan serat benang untuk menjaga stabilitasnya. Hingga saat ini belum ada teknologi daur ulang untuk sisa penggunaan spanduk dan banner digital printing itu.

Spanduk dan banner sisa biasanya dipakai ulang (reuse) untuk alas dan penahan panas di warung-warung kecil. Tapi itu pun tak bisa tahan lama. Bahan spanduk dan banner digital printing biasanya hanya kuat bertahan 3 bulan sampai 1 tahun saja. Setelah masa tahannya habis, spanduk dan banner itu retak, sobek, dan rusak.

Sebuah armada membawa alat kampanye untuk dipasang di titik-titik strategis. (Dokumentasi pribadi)
Sebuah armada membawa alat kampanye untuk dipasang di titik-titik strategis. (Dokumentasi pribadi)

Ada pula pegiat sampah yang mengguna ulang spanduk dan banner sisa untuk dijadikan tas. Ada juga dengan kreativitasnya, spanduk dan banner sisa dibuat sebagai pot vertikultur untuk tanaman hias dan sayur. 

Namun, semua itu juga tak bisa tahan lama. Sebab masa tahan spanduk dan sisa banner digital printing tidak lama. Bahan plastiknya memang bisa tahan lama, tapi cat atau tinta printing membuatnya terdegradasi lebih cepat.

Jadi, sisa spanduk dan banner bekas media kampanye politik maupun yang lainnya pada akhirnya jadi beban lingkungan. Karena tidak ada sistem daur ulang dan teknologi yang bisa memanfaatkan ulang, maka biasanya benda itu dibakar. 

Jika tak dibakar, biasanya diletakkan begitu saja di tempat seperti gudang atau lainnya yang semacam itu. Saat tiba waktunya, bisa dipastikan spanduk dan banner sisa itu akhirnya dibuang juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun