Mohon tunggu...
Nara Ahirullah
Nara Ahirullah Mohon Tunggu... Konsultan - @ Surabaya - Jawa Timur

Jurnalis | Pengelola Sampah | Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) | Tenaga Ahli Sekolah Sampah Nusantara (SSN) | Konsultan, Edukator dan Pendamping Program Pengelolaan Sampah Kawasan. Email: nurrahmadahirullah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Memahami Konstruksi, Kapasitas, dan Skala Komposter Sampah

27 November 2023   16:35 Diperbarui: 28 November 2023   04:04 866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi sampah tanpa komposter akan tercampur baur dan sulit untuk diolah. (Dokumentasi pribadi)

Nyaris di seluruh Indonesia komposter sampah menjadi mubazir. Banyak faktor menyebabkan komposter-komposter itu akhirnya mangkrak dan hanya jadi pajangan belaka. Yang paling parah, begitu banyak juga yang akhirnya hanya menumpuk di gudang-gudang dinas lingkungan hidup (DLH) hingga di balai-balai desa/kelurahan.

Begitu banyak model komposter dibuat oleh para pihak yang memenangkan tender/proyek pengadaan komposter. Bahkan, pengadaan komposter kadang dilakukan setiap tahun di suatu daerah. Namun, meski proyek pengadaan komposter ada terus setiap tahun, tapi sampah masih terus menjadi masalah.

Bisa dibilang komposter adalah kunci dari solusi permasalahan sampah di Indonesia. Kalau setiap rumah, dapur, kantin, rumah makan, kantor, hotel, industri, tempat wisata, sekolah, kampus, apartemen, dan lainnya sudah ada komposternya, maka 50% dari masalah sampah susah selesai. Sisanya hanya tinggal bagaimana mengumpulkan dan mengolah sampah organik/anorganik agar naik nilainya dan tidak dibuang ke TPA.

Tapi komposternya juga harus komposter yang benar. Sebab, di lapangan begitu banyak model komposter yang asal-asalan, aneh-aneh, dan tidak sesuai dengan kaidah komposting. Inilah yang mengakibatkan komposter tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Konstruksi komposter harusnya seragam sesuai dengan kaidah komposting dan harus standard seperti itu semua.

Komposter harus benar secara konstruksi agar proses komposting sesuai kaidah. 
Komposter harus benar secara konstruksi agar proses komposting sesuai kaidah. 

Konstruksi Komposter

Setelah serangkaian pengalaman, berbagai komposter yang ada di Indonesia telah diuji di lapangan. Terutama komposter yang dibeli oleh pemerintah atau swasta sebagai bantuan umumnya mangkrak. Mangkraknya komposter tentu tidak berdiri sendiri, karena ada faktor lain yang mendukung. Namun, sejak dari komposternya sendiri sudah salah secara konstruksi.

Komposter secara umum adalah alat untuk mendekomposisi sampah organik dengan metode aerob dengan memanfaatkan mikro bakteri. Metode ini diterapkan supaya proses dekomposisi tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK). Sehingga proses dekomposisi aman secara lingkungan dan kesehatan. Sebaliknya, proses dekomposisi yang terjadi di TPA adalah proses anaerob. Dari proses anaerob inilah terbentuk gas metana dan senyawa beracun lainnya yang menyebabkan pencemaran udara, air dan tanah.

Karena komposter menggunakan metode aerob, maka harus banyak ventilasi agar oksigen masuk. Jika tidak begitu, proses komposting di komposter bisa mengarah ke reaksi anaerob. Kalau material organik dalam komposter bereaksi anaerob, maka proses dekomposisi bisa gagal. Kegagalan itu menyebabkan komposter cepat penuh karena proses dekomposisi lambat sekali.

Begitu banyak komposter yang minim ventilasinya sehingga mengarah ke reaksi anaerob. Di beberapa lokasi ditemukan komposter yang diberi ventilasi menggunakan pipa menjulang ke atas seperti cerobong asap. Rupanya cerobong itu berfungsi untuk mengeluarkan bau busuk sampah organik di dalam komposter. Padahal, jika konstruksi komposternya benar, bau sampah di dalam komposter sangat minim.

Selanjutnya, dalam proses dekomposisi yang benar maka akan terjadi pematusan. Yaitu proses pemisahan air dari material padatnya. Proses ini terjadi karena kerja dan reaksi mikroba yang melakukan tugas sebagai dekomposer. Hasil dari pematusan inilah yang bisa dipakai sebagai pupuk cair organik (POC) untuk pemakaian sendiri.

Maka itu, komposter yang benar harus dan wajib ada pemisah antara material padat dan cairnya. Supaya dua-duanya bisa dimanfaatkan kembali. Kalau tidak ada pemisahnya, jangan macam-macam. Karena hampir bisa dipastikan sisa cairan dari proses tanpa pemisahan cair dan padat itu adalah lindi. Benda cair bernama lindi itu akan mencemari udara karena bau, merusak tanah karena beracun, dan mencemari air jika masuk ke badan air.

Jadi jangan sembarang menggunakan komposter jika menginginkan hasil yang baik. Kecuali hanya untuk seremonial dan formalitas saja, komposter apa saja bisa dipakai. Mau pakai komposter bolong di bawahnya, bolong di samping atau komposter bag yang dari terpal itu tidak ada masalah. Tapi jika serius untuk mengurai masalah sampah, komposter yang benar yang harus digunakan. Karena jika menggunakan komposter salah, meskipun sama-sama komposternya, masalah bukan makin selesai, namun justru makin besar.

Kapasitas Komposter

Komposter pada dasarnya adalah kebutuhan fundamental dalam pengelolaan sampah. Alat ini adalah kebutuhan individual setiap tempat yang menghasilkan sampah. Karena setiap tempat menghasilkan volume sampah yang berbeda-beda, maka kapasitas komposter harus terukur. Jika tidak, lagi-lagi keberadaan komposter akan sia-sia karena tidak bisa sinkron dengan manajemen pengelolaan dan pengolahan selanjutnya.

Berdasarkan pengalaman di lapangan mendampingi pengelolaan sampah kawasan, kapasitas komposter setidaknya dapat dibagi empat kategori. Yaitu kapasitas kecil, sedang, besar, dan jumbo. Komposter kapasitas kecil untuk rumah tangga dengan jumlah anggota keluarga 4-5 orang. Kapasitas sedang untuk warung, restoran, tempat ibadah, sekolah, kantor atau kantin. Kapasitas besar untuk hotel, apartemen, wisata, dan industri. Dan komposter kapasitas jumbo digunakan untuk pasar dan sumber sampah lain yang volumenya besar.

Komposter besar untuk skala kawasan dengan kapasitas 200 liter. (Dokumentasi pribadi)
Komposter besar untuk skala kawasan dengan kapasitas 200 liter. (Dokumentasi pribadi)

Mengukur kapasitas komposter harus disesuaikan dengan kondisi lapangan. Dalam kondisi tertentu dibutuhkan lebih dari satu komposter untuk bisa mengatasi sampah organik di suatu kawasan. Atau bisa juga dipakai berbagai kapasitas komposter disesuaikan dengan volume sampah dan kompleksitas timbulan sampah organik.

Kapasitas komposter perlu diukur dengan cermat agar komposter tersebut bisa optimal fungsinya sebagai penahan sampah organik. Menahan sampah organik selama mungkin dengan komposter akan sangat menghemat biaya pengangkutan. Di samping itu pematangan sampah organik sebagai bahan baku pupuk organik berbahan baku sampah organik domestik akan makin baik jika sampah lebih lama dalam komposter.

Skala Komposter

Sebagai kebutuhan fundamental pengelolaan sampah, komposter tidak sepatutnya dipakai untuk skala komunal. Sudah sangat banyak bukti bahwa komposter skala komunal berakhir sia-sia. Komposter bahkan tidak bisa dibagi seperti 1 komposter untuk 2 rumah sumber timbulan sampah. Apalagi sampai 1 komposter untuk dipakai ramai-ramai.

Komposter untuk skala rumah tangga berguna menahan sampah organik untuk bahan baku pupuk. (Dokumentasi pribadi)
Komposter untuk skala rumah tangga berguna menahan sampah organik untuk bahan baku pupuk. (Dokumentasi pribadi)
Berdasarkan pengalaman itu, sebaiknya kita semua belajar bahwa komposter tidak bisa dibagi penggunaannya. Satu lokasi, satu komposter. Sebisa mungkin skala penggunaan komposter sesempit mungkin. Sebab, komposter ini berfungsi sangat internal.

Sebagai contoh, para ibu jika sehabis memasak akan malas keluar rumah untuk sekadar membuang sampah organik. Maka, komposter harus sangat dekat dengan dapur. Begitu juga jika ada anggota keluarga yang sehabis makan ada sisa, mereka sangat enggan ke tempat yang jauh untuk membuang sampah organik. Dengan demikian komposter harus sedekat mungkin dengan ruang makan atau dapur.

Apakah jika komposter diletakkan di dapur atau dekat ruang makan tidak menimbulkan bau?

Hanya sampah organik di dalam komposter yang salah konstruksi dan salah reaksi yang menimbulkan bau tidak sedap. Bau tidak sedap itu berasal dari proses anaerob yang menghasilkan gas metana. Gas metana inilah yang baunya busuk.

Kalau komposternya benar secara kontruksi dan reaksi mikrobanya sesuai kaidah komposting aerob, sampah organik tidak akan bau. Tapi tidak bau itu maksudnya bukan harum. Yang penting tidak ada bau sampah menyebar di ruangan dan mencemari udara. Dengan konstruksi komposter yang benar, vektor penyakit seperti lalat, tikus atau hewan lain yang bisa menyebarkan penyakit juga bisa dihindari dan aman.

Dengan memahami konstruksi, kapasitas, dan skala komposter diharapkan di masa mendatang tidak ada lagi kesia-siaan. Komposter sebagai kunci dari pengelolaan sampah belum tergantikan hingga saat ini. Terbukti, banyak sampah anorganik akhirnya tidak bernilai dan hanya jadi residu gara-gara tercampur sampah organik. Demikian juga berbagai peralatan dan mesin-mesin canggih pengolah sampah tidak maksimal kinerjanya karena sampah pada umumnya tercampur.

Singkat kata, kualitas dan kuantitas pengelolaan sampah di Indonesia rendah gara-gara sampah tercampur antara organik dan anorganik. Sekali lagi, jika setiap sumber sampah sudah ada komposternya, dan komposter itu yang benar sesuai kaidah komposting, maka 50% masalah sampah sudah beres. Selanjutnya tinggal menjalankan manajemen pengelolaan dan pengolahannya saja. (nra)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun