Mohon tunggu...
Nara Ahirullah
Nara Ahirullah Mohon Tunggu... Konsultan - @ Surabaya - Jawa Timur

Jurnalis | Pengelola Sampah | Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) | Tenaga Ahli Sekolah Sampah Nusantara (SSN) | Konsultan, Edukator dan Pendamping Program Pengelolaan Sampah Kawasan. Email: nurrahmadahirullah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Faktor Kegagalan Maggot BSF Mengatasi Sampah Organik

18 Oktober 2023   22:51 Diperbarui: 19 Oktober 2023   09:12 2370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banyak instalasi budidaya maggot BSF mangkrak di tempat pengelolaan sampah. (Dokumentasi Pribadi)

Maggot BSF merupakan sumber protein yang baik untuk ikan. Kandungan protein maggot BSF dapat mencapai 40-48%. Namun, maggot BSF juga mengandung lemak yang tinggi, yaitu sekitar 25-32%.

Kandungan lemak yang tinggi pada maggot BSF dapat menyebabkan ikan tumbuh lebih cepat, terutama di bagian kepala. Hal ini karena lemak merupakan sumber energi yang lebih mudah dicerna dibandingkan protein.

Atas pengalaman itu, pegiat sampah yang membudidayakan maggot BSF tahu pasti bahwa maggot BSF tidak bisa jadi pakan utama perikanan. Untuk mencegah ikan tumbuh besar hanya di bagian kepala, pemberian maggot BSF harus diseimbangkan dengan pemberian pakan lain yang memiliki kandungan lemak lebih rendah. Pakan lain yang dapat diberikan kepada ikan antara lain pelet, tepung ikan, dan dedak. 

Mengeluarkan lagi biaya untuk pakan ikan campuran jelas bukan hal yang sepele. Perlu diperhitungkan lagi secara cermat. Dan ketika dihitung tidak sesuai dengan sumber daya keuangan, maka perikanan dengan pakan maggot BSF pun akhirnya gagal.

Demikian pula pada unggas ayam. Ketika diberi makan maggot BSF, ayam-ayam menderita sakit bisul-bisul di tubuhnya. Dari pengalaman itu juga akhirnya diketahui bahwa maggot BSF dapat membawa bakteri patogen, seperti Salmonella dan Escherichia coli. Bakteri-bakteri ini dapat menginfeksi ayam dan menyebabkan bisul.

Ayam juga rentan alergi terhadap maggot BSF dapat mengalami reaksi alergi yang menyebabkan bisul. Ayam yang hanya diberi pakan maggot BSF juga renta kekurangan nutrisi seperti zinc dan selenium sehingga rentan terhadap infeksi bakteri.

Lagi-lagi, maggot BSF tidak bisa dijadikan pakan utama untuk peternakan unggas ayam. Agar tidak menjadi penyebab penyakit maggot BSF harus diberikan sebagai pakan dengan bahan lain yang dapat memenuhi nutrisi pertumbuhan dan bebas alergi. Itu pun harus maggot BSF yang berkualitas dan mendapat perlakuan steril sebelum dicampurkan pada bahan lainnya.

Dengan kebutuhan semacam itu, ditambah kesibukan mengurus sampah yang harus dikelola setiap waktu, akhirnya peternakan unggas ayam dengan pakan maggot BSF tertinggal. Maka sistem integrasi budidaya maggot BSF, perikanan, dan peternakan unggas ayam dalam pengelolaan sampah akhirnya gagal semua. 

Akhirnya, pengelolaan sampah kembali seperti semula. Angkut dan buang ke tempat pemrosesan/pembuangan akhir (TPA) sampah. (nra)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun