Mohon tunggu...
Nara Ahirullah
Nara Ahirullah Mohon Tunggu... Konsultan - @ Surabaya - Jawa Timur

Jurnalis | Pengelola Sampah | Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) | Tenaga Ahli Sekolah Sampah Nusantara (SSN) | Konsultan, Edukator dan Pendamping Program Pengelolaan Sampah Kawasan. Email: nurrahmadahirullah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Penyebab "Lain" Kebakaran Sampah di TPA

1 Oktober 2023   08:46 Diperbarui: 28 Oktober 2023   19:55 508
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maka kejadian TPA kebakaran akan menjadi inspirasi untuk merencanakan "sesuatu" pada perubahan anggaran atau penyusunan anggaran tahun depan. "Sesuatu" yang paling umum adalah membangun TPA baru atau perluasan TPA.

Bersama pembangunan atau perluasan TPA baru itulah terkandung rencana pengadaan lahan, pembangunan, pembelian mesin, pembelian armada, pembelian alat berat, serta belanja-belanja lainnya. Yang mana, semua perencanaan itu masih tertuju untuk bagaimana mengelola sampah secara sentralistik serta memberikan beban tambahan pada lingkungan.

Perluasan dan pembangunan TPA baru sama saja. Keduanya akan memberikan beban baru pada lingkungan. Karena sampah akan dibuang di situ, alih-alih sebagai tempat pemrosesan akhir.

Bertahan pada Sentralisasi Sampah

Konsep sentralisasi pengelolaan sampah yang selama ini sudah dijalankan dan mendatangkan masalah tidak pernah dijadikan pelajaran. Selalu dan selalu, jalan keluar dari masalah sampah adalah membuka lahan TPA baru. Bukan mengurai permasalahan sampah yang sesungguhnya berasal dari hulunya.

Pemerintah pada umumnya tidak mengikuti UUPS dan regulasi pendukung lainnya yang nyata-nyata mengamanatkan untuk mengelola sampah secara menyeluruh, sistematis, dan berkelanjutan. Hampir semuanya stagnan pada pemikiran menangani sampah.

Menangani sampah itu sebenarnya hanya memindahkan masalah dari hulu ke hilir. Yaitu, dari sumber sampah ke TPA. Jika dikatakan sudah ada pengolahan, iya itu benar tapi sangat amat kecil sekali. Andai volume sampah yang diolah sudah besar, tidak mungkin mereka keranjingan ingin memperluas TPA atau membangun TPA baru.

Tapi memang demikianlah yang terjadi. Pemerintah lebih suka membeli mesin dan alat yang mahal-mahal untuk ditempatkan di TPA, daripada membeli infrastruktur untuk masyarakat bisa mengelola sampah secara mandiri dan membangun suprastruktur agar sistem persampahan minim residu.

Ada pihak yang mengira pemerintah tidak mengerti dan paham regulasi persampahan. Jelas pernyataan dan pandangan itu salah. Pemerintah bukanlah diisi dengan orang-orang bodoh yang tidak mau membaca dan memahami regulasi. Namun, langkah yang diambil dan dilakukan memang itu-itu saja. Entah sampai kapan? (nra)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun