Jika adab dan kebiasaan kentut tidak dilakukan di rumah, maka di luar rumah hal serupa akan dilakukan. Anggota keluarga kita akan terbiasa kentut sembarangan hingga terkenal sebagai tukang kentut.
Sebelumnya, antara kami sekeluarga menjadikan kentut sebagai bahan tertawaan dan celaan. Jika hati sedang baik, suara dan bau tidak enaknya kentut bisa jadi bahan bercandaan. Tapi jika hati sedang marah, suara dan bau kentut bisa jadi pemicu keributan dan pertengkaran di rumah.
Suatu hari akhirnya kami sepakat untuk menjalankan adab dan kebiasaan kentut sesuai agama. Kami berlakukan sanksi bagi anggota keluarga yang melanggar adab. Jika orang tua yang melanggar, maka si pelanggar harus mentraktir semua anggota keluarga dengan membelikan cokelat Silverqueen. Kalau anak-anak yang melanggar, mereka tidak akan dapat uang saku selama sepekan.
Syukurlah, sejak kesepakatan itu tidak ada lagi saling mengentuti, bercanda dengan kentut atau marah karena kentut. Sekeluarga akhirnya mampu menahan kentut lalu dibuang di tempat yang tidak mengganggu orang lain.Â
Adab dan kebiasaan tersebut akan menjadi kebiasaan di luar rumah. Dan secara kesopanan, menjaga adab dan kebiasaan dengan tidak kentut sembarangan lebih dihargai dalam pergaulan. (nra)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H