Mohon tunggu...
Nara Ahirullah
Nara Ahirullah Mohon Tunggu... Konsultan - @ Surabaya - Jawa Timur

Jurnalis | Pengelola Sampah | Ketua Yayasan Kelola Sampah Indonesia (YAKSINDO) | Tenaga Ahli Sekolah Sampah Nusantara (SSN) | Konsultan, Edukator dan Pendamping Program Pengelolaan Sampah Kawasan. Email: nurrahmadahirullah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Meneladani Sifat Rasulullah di Masa Sulit dan Ketika Elit

12 April 2022   21:47 Diperbarui: 12 April 2022   21:50 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fase kehidupan Rasulullah banyak ditulis ulama maupun peneliti untuk bisa diambil pelajaran. (Foto bukukita.com)

Sifat Rasulullah berupa sidiq, amanah, fathonah, dan tabligh  bukanlah pilihan untuk dijalankan atau tidak. Sifat ini seharusnya ada dalam setiap manusia. Bukan hanya pada umat muslim saja.

Sebab, empat sifat tersebut adalah sifat yang secara universal merupakan sifat yang terpuji. Sifat yang terbaik di antara sifat-sifat baik lainnya.

Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam adalah contoh paling nyata bagi seluruh manusia - meski merupakan ikon bagi umat muslim. Namun sama sekali tak salah jika secara umum menjadikan Nabi Muhammad sebagai teladan yang baik dalam hidup kesehariannya. 

Rasulullah adalah utusan Allah yang telah menjalani hidup sebagaimana manusia biasa. Berbagai kehidupan normal manusia terjadi pada Nabi Muhammad. Beliau mengalami banyak kesulitan sebagaimana sebagian besar umatnya mengalaminya. Dan mengalami kebahagiaan sebagaimana umatnya menikmati kebahagiaan.

Kehidupan Rasulullah mengalami naik turun sebagaimana umatnya. Bahkan, ketika masa sulit datang, Rasulullah mendapati masa sulit yang lebih sulit dari manusia kebanyakan. Sejak masa kecilnya Rasulullah sudah ditinggalkan ayahnya, kemudian ibunya, selanjutnya kakeknya dan pamannya. 

Namun, kondisi sulit itu bukan membuat kerusakan pada diri Rasulullah. Melainkan jiwa Rasulullah kian kuat dan dari berbagai ujian dan cobaan itu Rasulullah justru menjadi pribadi dengan akhlak yang terpuji. 

Rasulullah tetap jadi anak dan pemuda yang jujur (sidiq), mampu melaksanakan dan menyampaikan (amanah), mampu memberikan penjelasan yang terang (tabligh), dan cerdas dalam menyelesaikan berbagai persoalan (fathonah) dalam kesulitan yang menerpanya di masa muda hingga akhir hayatnya.

Karena sifat dan akhlak itulah Rasulullah sebelum datang masa kenabian begitu dicintai oleh masyarakat Mekkah hingga memberinya julukan Al-Amin. Seseorang yang dapat dipercaya. Sungguh kepercayaan adalah sesuatu yang berharga bagi manusia. Dan Rasullullah mencontohkannya untuk diteladani.

Setelah masa kenabian datang, di usianya yang ke-40 orang Mekkah sebenarnya sama sekali tidak punya argumentasi melawan kebenaran yang dibawa dan disampaikan Rasulullah tentang iman dan Islam. Sebab, mereka telah bersama-sama dengan Rasulullah selama 40 tahun lamanya. Dan selama itu, tidak ada satu kasus pun yang menyebabkan julukan Al-Amin dicabut dari Rasulullah.

Ketika datang perintah hijrah dari Mekkah ke Madinah, sifat shiddiq, amanah, fathonah, dan tabligh Rasulullah semakin tumbuh dan dewasa. Dengan sifat dan akhlaknya yang terpuji Rasulullah menjadi pemimpin yang mempersatukan Madinah hingga akhirnya mampu menghimpun kekuatan besar untuk akhirnya bisa menaklukkan Mekkah.

Dengan kekuatan yang sangat besar Rasulullah akhirnya mampu menaklukkan Mekkah. Dan yang penting dicatat : penaklukan itu tanpa pertumpahan darah setetes pun. Rasulullah akhirnya bisa kembali ke tanah kelahirannya, di mana dirinya terusir karena memperjuangkan kebenaran agama Allah.

Bukan hanya menaklukkan Mekkah tanpa darah, Rasulullah bahkan memaafkan semua orang yang pernah berbuat zalim kepadanya di masa lalu. Rasulullah bahkan memberi banyak hadiah pada orang-orang yang menyatakan beriman dan memeluk Islam setelah penaklukan itu.

Yang penting juga, Rasulullah usai penaklukan Mekkah ternyata kembali ke Madinah. Rasulullah Muhammad menaklukkan Mekkah bukan karena ingin kekuasaan, harga, tahta atau lainnya. Yang dilakukannya adalah perintah dari Allah agar orang Mekkah berhenti menyembah berhala.

Sikap Rasulullah sejak dalam keadaan sulit maupun setelah berbagai kemenangan sama sekali tidak berubah. Sifat dan akhlaknya tetap konsisten dalam situasi sulit maupun elit. Tidak berubah meski mengalami kondisi yang lebih baik dari sebelumnya.

Belajar dari Setiap Fase Hidup Rasulullah

Semua perjalanan hidup Rasulullah bisa menjadi pelajaran bagi semua orang. Yaitu, tentang bagaimana Rasulullah begitu dapat dipercaya ketika berbisnis, menyampaikan firman Allah, cerdas dalam menghadapi orang-orang yang memusuhinya, dan kemampuannya untuk terus menyampaikan kebenaran dengan cara yang baik.

Rasulullah telah menjalani hidup sebagaimana manusia biasa. Seluruh prosesnya begitu nyata dan jelas untuk bisa diambil hikmah dan pelajarannya. Dari masa mudanya, dari masa sulitnya, hingga masa dewasa kenabiannya, era kerasulan hingga masa-masa kemenangan di sepanjang hidupnya.

Sifat Rasulullah tidak berubah. Akhlaknya konsisten dalam keadaan apapun. Hal itulah yang seharusnya seluruh manusia teladani. Tidak merana dan mengemis-ngemis pada orang lain ketika dalam keadaan sulit, melainkan yakin percaya dan iman pada Allah pasti menolongnya.

Demikian pula ketika kaya, menang, dan mendapat posisi elit. Ketika berjaya Rasulullah tidak mengagungkan dirinya, membangga-banggakan dirinya, dan merasa berkuasa atas orang-orang yang ditaklukkannya. Rasulullah justru memberikan pengayoman pada orang-orang yang dulu membenci dan mengusirnya.

Seharusnya perilaku, sifat, dan akhlak Rasulullah ketiga berada di posisi "atas" juga memberi manusia pelajaran untuk tetap menahan diri dan sabar dari fitnah kekayaan dan kekuasaan. Ujian mendapatkan kekayaan, kekuasaan, dan kemenangan sedianya lebih besar daripada ujian susah dan sulit.

Banyak orang mampu melewati masa sulit dengan meneladani sifat Rasulullah dan bersabar hingga Allah memberinya kepercayaan untuk kaya, kuasa, dan menang atas sesuatu. Namun, ketika dalam posisi sebaliknya, manusia kemudian tergoda untuk meninggalkan sifat, perilaku, dan akhlak Rasulullah yang sebelumnya menjadi pedomannya.

Akhirnya, banyak orang yang justru menjadi nista dan hina bukan karena miskin, sulit, dan selalu kalah, melainkan sebaliknya. Banyak orang yang meskipun dalam keadaan kaya, kuasa, dan mendapat kemenangan justru lebih hina dan nista hidupnya karena sudah meninggalkan nilai-nilai moral kebaikan agama maupun nilai moral universal.

Untuk itu manusia memang harus senantiasa merefleksikan dirinya dan instrokpeksi diri agar tidak meninggalkan sifat dan akhlak Rasulullah dalam hidupnya. Baik dalam keadaan sulit maupun dalam keadaan elit. Dalam keadaan miskin atau kaya. Dalam kemenangan atau kekalahan.

Kita harus konsisten berpegang teguh pada Allah dan sifat Rasulullah untuk mendapatkan kebaikan di dunia maupun di akhirat nanti. Setiap fase hidup kita, pasti dan pasti juga telah dilalui oleh Rasulullah Muhammad shalallahu alaihi wassalam. Maka agar berhasil melalui setiap fase hidup itu, pelajari pula fase-fase hidup Rasulullah dan nilai-nilai di dalamnya. (nra)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun