Tidak ada bisa mengalahkan bahagianya orang yang menunggu-nunggu Ramadhan karena tahu keutamaannya. Yaitu, adanya kesempatan untuk menjadi bersih kembali, diampuni segala dosanya, mendapat limpahan pahala, dan didekatkan dengan surga. Itulah fasilitas yang ada di bulan Ramadhan, tidak ada di bulan lainnya.
Ramadhan adalah acara prasmanan dari Allah pada hamba-Nya untuk mencicipi dan menikmati berbagai kenikmatan di dalamnya. Terutama kenikmatan 114 menu dari Al-Qur'an. Makanan dan minuman bagi jiwa dan rohani untuk menundukkan dan menjinakkan hawa nafsu yang senantiasa mengaum-ngaum serta untuk menghidupkan jiwa.Â
Itulah 114 surat dari Al-Qur'anul Karim untuk dicicipi dan dinikmati supaya menjadi hudan, bayyinah, dan furqon bagi kita semua. Hanya dengan makanan dan minuman dari Al-Qur'an inilah kita bisa menjadi muslim yang bertaqwa sebagaimana tujuan puasa yang diperintahkan Allah pada Surat Al-Baqarah ayat 183.
Al-Qur'an sebagai hudan berarti petunjuk bagi manusia. Caranya, menjadikan Al-Qur'an sebagai hidayah dan ilmu. Selama Ramadhan perbanyaklah membaca, mendengarkan, dan memikirkan isi Al-Qur'an.Â
Mata digunakan untuk membaca Al-Qur'an, telinga digunakan untuk mendengarkan ayat-ayat suci Al-Qur'an, dan otak digunakan untuk memahami Al-Qur'an. Dengan begitu, kita telah menggunakan mata, telinga, dan otak sebagai wasilah untuk mendapatkan hidayah dari Al-Qur'an.
Jika ilmu atau hidayah itu masuk pada dalam hati seorang muslim, maka jadilah khosiyah. Dia akan menjadi seorang yang paling takut dan hanya berharap hanya pada Allah semata. Dari sinilah kita bisa memahami bahwa hanya orang yang berilmu yang memiliki perasaan semacam pada Allah. Yaitu, mereka yang mendapat ilmu dan hidayah dari Allah.
Muslim dengan khosiyah akan berperilaku khusuk, tertib, patuh, dan taat. Dalam sholat dia akan khusuk, pandangannya pada tempat sujudnya. Dan dalam ibadah lainnya seorang yang khosiyah selalu tertib, patuh, dan taat dengan cara terbaik.
Maka dalam kesehariannya, perbuatan seorang dengan khosiyah akan tampak sebagai taqwa. Ketaqwaannya tampak begitu nyata, tidak dibuat-buat atau dipalsukan untuk mendapatkan simpati dari sesama manusia.
Bukan hanya sekadar membaca, mendengarkan, dan memikirkan surat dan ayat-ayat dalam Al-Qur'an, selama Ramadhan kita juga dianjurkan untuk mencari bukti. Bukti tentang kekuasaan Allah dan bukti tentang bahwa Al-Qur'anul Karim memang merupakan firman Allah yang disampaikan melalui Rasulullah Muhammad SAW.
Yang diinginkan Al-Qur'an bukan hanya agar kita membacanya tapi juga agar kita memahaminya sehingga menjadikannya sebagai bayyinah atau bukti atas kekuasaan Allah. Dengan demikian, tidak ada lagi keraguan pada diri tentang kekuasaan Allah.
Dalam hal ini, telah banyak kita ketahui kisah tentang orang non-muslim yang awalnya ingin membuktikan bahwa Al-Qur'an hanyalah karangan Nabi Muhammad, namun akhirnya mendapatkan bayyinah yang tak terpatahkan. Kemudian orang tersebut akhirnya memeluk agama Islam karena telah menemukan kebenaran religius di dalam Al-Qur'an.
Justru sebenarnya di antara kita yang jarang menggali dan memikirkan Al-Qur'an. Yaitu, muslim yang pada umumnya telah memeluk Islam sejak lahir. Padahal, bagaimana pun Al-Qur'an, seorang muslim harus tetap dipahami untuk memperkuat iman, kepatuhan, dan ketaatannya pada agama Allah. Sehingga tidak berlaku menyimpang dari ajaran dan petunjuk Al-Qur'an.
Jika Al-Qur'an sudah dijadikan hudan dan bayyinah, maka selanjutnya Al-Qur'an akan menjadi Al Furqon bagi seorang muslim. Yaitu, sebagai pembeda antara yang baik dengan yang buruk, yang salah dengan yang benar, yang haram dengan yang halal, serta hukum-hukum lain yang berkenaan dengan kehidupan. Baik kehidupan yang berkaitan dengan dunia maupun akhirat.
Dengan menjadikan Al-Qur'an sebagai hudan, bayyinah, dan furqon, maka jiwa seseorang akan pelan-pelan hidup. Dan jiwa yang hidup itu hanya senantiasa mengagungkan Allah di atas segala-galanya.Â
Jika seorang muslim jiwanya hidup saat Ramadhan maka jiwa itu akan terus hidup hingga melampaui bulan suci. Sebagaimana bayi yang terlahir dalam fitrahnya, segala dosanya diampuni, dan mendapat keistimewaan didekatkan dengan surga dan hidup dalam kenikmatan ibadah yang terus-menerus.
Sungguh, bagi mereka yang bisa menikmati nyamannya beribadah, dia akan melakukan apapun untuk mempertahankannya. Karena kenikmatan beribadah itu kerap datang dan pergi sesuai gerak hati dan fluktuasi keadaan seseorang.Â
Jadikan Ramadhan Ini yang Terakhir
Sebagai motivasi maka perlu selalu mengingatkan diri bahwa belum tentu seorang muslim bisa mencapai Ramadhan yang akan datang. Bagaimana jika ini adalah Ramadhan terakhir kita?
Mau tidak mau kita pasti akan meningkatkan kesungguhan beribadah. Jika perlu dan bisa tanpa istirahat sedikitpun selama Ramadhan. Semuanya diisi dengan ibadah yang sungguh-sungguh. Sebagaimana seseorang diberi waktu sejenak untuk makan sepuasnya sebelum tiba ajalnya.
Semua dari kita sama sekali tak ada yang tahu kapan akan datangnya kematian. Maka di setiap kesempatan, kiai maupun ustadz selalu mengingatkan kita agar menjalankan ibadah di bulan suci dengan sungguh-sungguh. Karena belum tentu kita sampai akan menjalani ibadah yang sama di Ramadhan yang akan datang.
Satu sisi kita belum tentu mendapat umur untuk sampai pada Ramadhan selanjutnya, namun di sisi lain Allah memberi kesempatan untuk sepuasnya menikmati menu prasmanan-Nya di Ramadhan saat ini. Semua permohonan ampun akan dipenuhi, dosa-dosa akan diampuni, dan doa-doa akan diijabah sesuai kehendak-Nya jika dilakukan dengan sungguh-sungguh saat Ramadhan ini.
Bisa jadi di antara muslim pada Ramadhan ini mendapatkan kebaikan yang lebih baik dari 1.000 bulan sebagaimana dijanjikan Allah dalam Al-Qur'an surat Al-Qdar. Di mana seorang hamba Allah bisa meraih Lailatul Qadar dan mendapatkan kemuliaan di malam diturunkannya Al-Qur'an tersebut.
Malam di mana Malaikat Jibril beserta malaikat lainnya turun ke bumi atas izin Allah untuk menemui hamba-Nya. Yaitu, hamba yang memiliki kesamaan dengan malaikat. Hamba yang selalu tunduk, patuh, dan taat pada perintah Allah serta mampu mengalahkan hawa nafsunya dengan petunjuk Allah.
Malaikat-malaikat itu akan datang ke rumah-rumah dan ke masjid-masjid di mana ada hamba sedang bermunajat pada Allah. Para malaikat akan mengamini doa hamba Allah tersebut, menyalaminya, bahkan memeluk hamba Allah itu. Maka tak mengherankan jika bergetar tubuh seorang hamba dan memancar cahaya darinya sebagai salah satu tanda seseorang meraih Lailatul Qadar.
Itulah malam yang diharapkan oleh semua muslim, terlebih jika Ramadhan itu adalah Ramadhan terakhir baginya. Seorang muslim akan berjuang melawan kelelahannya untuk mendapatkan kemuliaan di malam turunnya Al-Qur'an tersebut.
Apabila malam dan Ramadhan itu adalah benar-benar yang terakhir baginya, maka Allah menjamin surga untuk muslim itu. Jika Allah  memberinya umur panjang, maka bekal itu akan menjadikannya seorang yang bertaqwa dalam  hidup.
Seseorang yang selalu memiliki kesadaran ada kehadiran Allah. Sehingga selalu melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan Allah serta mampu menahan diri untuk tidak berbuat sesuai kemauannya sendiri. Karena dia juga meyakini adanya Hari Kiamat atau Hari Akhir yang akan memindahkan kehidupan fisik ke kehidupan ruh yang kekal. (nra)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI