Paradigma sampah sekarang sudah berubah. Sampah bukan lagi kotoran yang harus disingkirkan jauh-jauh. Sampah sekarang sudah ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia sebagai bahan baku ekonomi. Penetapan itu dijadikan tema Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) Tahun 2021 lalu.
Karena paradigmanya sudah berubah, maka setiap kilogram (kg) sampah sekarang sudah bisa dikonversi ke mata uang. Itu berarti, setiap Anda membuang sampah, sama saja Anda membuang uang.Â
Meski belum ada rumus baku yang bisa dipakai untuk menghitung jumlah uang yang dibuang saat membuang sampah, setidaknya kita bisa membuat asumsi ekonomisnya. Dimulai dari potensi volume sampah yang ditimbulkan setiap orang per harinya.
Berdasarkan SNI 19-3983-1995 tentang Spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang di Indonesia, besaran volume timbulan sampah per orang adalah 0,8 kg per hari. Kita asumsikan volume sampah dibulatkan menjadi 1 kg/orang/hari. Untuk memudahkan perhitungan.
Dalam satu keluarga atau rumah tangga (RT) rata-rata terdiri dari 5 orang. Itu berarti setiap hari timbul 5 kg sampah dari RT tersebut. Sebulan berarti timbul 150 kg sampah.Â
Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), komposisi sampah didominasi oleh sampah organik. Yaitu, mencapai 60% dari total sampah. Sampah plastik menempati posisi kedua dengan 14% disusul sampah kertas 9% dan karet 5,5%. Sampah lainnya terdiri atas logam, kain, kaca, dan jenis sampah lainnya.
Hitung sampah persentase terbesar saja. Dalam 1 kg/orang/hari berarti ada 0,6 sampah organik, 0,14 kg sampah plastik, dan 0,09 sampah kertas. Jika dihitung satu RT selama sebulan dihasilkan 90 kg sampah organik, 21 kg sampah plastik, dan 13,5 kg sampah kertas.
Sekarang kita masuk ke konversi keuangan dari sampah organik, plastik, dan kertas. Untuk nilai konversi rupiah dari sampah sesungguhnya tidak ada patokan yang jelas.Â
Kita bisa dipakai asumsi nilai rupiah yang paling konservatif. Tidak terlalu tinggi, tidak terlalu rendah, dan untuk perhitungan ini tidak memandang kategori khusus jenis sampah organik, plastik maupun kertas. Dengan catatan sudah ada perlakuan. Minimal pemilahan sesuai jenisnya.
Untuk sampah organik yang sudah dikelola di RT dengan komposter dan dekomposisinya benar, sampah itu bisa dihargai relatif tinggi. Tapi untuk perhitungan ini minimal kita harga sampah organik itu Rp 500/kg. Sampah plastik yang sudah dipilah dan bersih bisa dihargai rata-rata Rp 1.000/kg. Dan sampah kertas/karton yang sudah dipilah dan bersih bisa dihargai Rp 1.500/kg.Â
Per bulan satu RT penimbul sampah bisa menghasilkan uang dari sampah organik Rp 45.000, sampah plastik Rp 21.000, dan sampah kertas Rp 20.250. Totalnya uang yang bisa dihasilkan RT per bulan jika mengelola sampahnya adalah Rp 86.250.
Sekarang kita coba hitung potensi rupiah dari sampah se kabupaten/kota yang jumlah RT-nya bisa mencapai 300.000 unit. Dalam sebulan, potensi uang dari sampah terkelola mencapai Rp 25.875.000.000.Â
Di Indonesia ada 514 kabupaten/kota. Itu artinya potensi uang dari pengelolaan sampah se Indonesia dalam 1 bulan sebesar Rp 13.299.750.000.000 atau Rp 13 triliun. Jika demikian, berarti dalam 1 tahun potensi perputaran uang dari pengelolaan sampah mencapai Rp 160 triliun.Â
Angka-angka potensi rupiah tersebut  tentu bukan jumlah yang main-main. Jika kita, terutama pemerintah mau serius mengelola sampah dengan komperhensif, menyeluruh, sistematis, dan berkesinambungan.Â
Jumlah dari angka-angka tersebut itulah yang kita buang sehari-hari bersama sampah dari rumah. Ditambah lagi, kita harus membayar sejumlah uang untuk membuang sampah itu. Dan pemerintah juga menghabiskan uang bermiliar-miliar untuk membuang "rupiah" bersama sampah dan menumpuk jadi gunung sampah sia-sia di TPA.
Jika dihitung, potensi rupiah dari sampah memang mencengangkan. Namun di dalam jumlah yang mencengangkan itu butuh kerja yang sepadan. Untuk itulah mengapa sejumlah negara maju sangat menghargai sampah dan menghormati masyarakat penimbul sampah. Karena dari sampah juga menyumbang pergerakan ekonomi negara itu. (nra)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H