Kata kunci dalam pengelolaan sampah adalah menyeluruh, sistematis, dan berkelanjutan.Â
Level ini merupakan komposisi terbaik antara kesadaran penyelamatan lingkungan, pemahaman regulasi dan penanganan sampah berbasis ekologi, ekonomi dan sosial. Semuanya diramu menjadi satu sehingga muncul konsep pengelolaan yang tepat.
Pengelolaan sampah yang baik dan benar sesuai regulasi adalah gotong royong. Itu berarti kolaborasi besar dengan konsep pengelolaan sampah yang efektif, efisien, terstruktur, sistemik, massif, komperhensif, Â proporsional dan berkelanjutan. Dalam pengelolaan sampah tidak boleh ada satu pun yang lepas dari tanggung jawab.
Semua pihak dalam pengelolaan sampah harus menjadi subjek, objek, dan aktif. Keterputusan satu pihak saja dalam lingkaran subjek pengelolaan sampah, maka terlepas semuanya.Â
Ini persis sebagaimana pasal 13, 15, 21, 44 dan 45 Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (UUPS) yang mengamanatkan semua pihak agar berjalan beriringan mengelola sampah.Â
Banyak Orang Stagnan di Level Pemula dan Menengah
Semua level pemerhati dan pegiat persampahan ada orang dan masanya. Masing-masing level memiliki daya tariknya sendiri-sendiri. Namun, banyak orang stagnan pada level pemula dan menengah, alih-alih terjebak di level itu.
Orang normal tentu tidak mau terus menerus ada pada level pemula pada bidang apapun. Namun, di dunia persampahan tidak begitu. Orang bisa berada di level pemula bahkan sampai akhir usianya. Dan itu bukan masalah yang besar, bahkan justru menjadi kebanggaan.
Demikian juga pada level menengah. Mereka yang ada di level ini sebenarnya sama saja dengan pemulung, pengepul, pelapak dan perosok. Yang membedakan hanya label "peduli lingkungan".
Kalau bisnisnya sama saja. Justru mereka yang berbisnis sampah dengan embel-embel "peduli lingkungan" ini bisa lebih banyak untungnya. Karena ada trik lain yang bisa dipakai pada level menengah ini. Mereka berbisnis tapi merengek minta bantuan pada pemerintah dan donatur lainnya karena mengaku sudah "peduli lingkungan"