Belum beres persoalan sampah di Indonesia akan ditambah lagi dengan "kemelut" komunitas persampahan. Kali ini tampak mulai kian memuncak antara Asosiasi Bank Sampah Indonesia (ASOBSI) dengan Silaturahim Nasional Bank Sampah (Silatnas BS).
Di awal orang-orang dari dua "kubu" ini sebenarnya berasal dari satu komunitas. Namun, kemudian muncul semacam ketidakpuasan pada komunitas sebelumnya sehingga muncul gerakan untuk memisahkan diri. Kemungkinan besar disebabkan oleh tidak meratanya perhatian pemerintah pada bank sampah yang ada.
Silatnas BS yang merupakan pertemuan kekerabatan tahunan menjadi seperti kubu baru dalam kancah perbank-sampahan yang mengakomodir mereka yang "mungkin" tidak puas pada ASOBSI atau kubu lain yang dianggap beda visi. Sementara itu hingga saat ini ASOBSI menjadi satu-satunya perkumpulan atau asosiasi bank sampah yang diakui dan dijadikan mitra oleh pemerintah, khususnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
ASOBSI Berdiri Sejak 2017
Dikutib dari klikhijau.com, ASOBSI resmi berdiri pada tanggal 15 Maret 2017. Tujuan berdirinya untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup di Indonesia melalui pengelolaan sampah dari sumber melalui bank sampah.
ASOBSI menjadi mitra KLHK terutama dalam hal pembinaan, pemantauan dan verfikasi program Adipura. Organisasi ini juga bersinergi dengan Pemerintah Kabupaten/kota dan provinsi dalam memberikan edukasi pada masyarakat mengenai tata kelola bank sampah.
Saat ini ASOBSI diketuai oleh Wilda Yanti yang dikenal dengan julukan Ratu Sampah yang sebelumnya merupakan Sekretaris ASOBSI periode sebelumnya. Berkantor pusat di Jakarta, ASOBSI sudah membentuk Dewan Pimpinan Daerah (DPD) di sejumlah daerah Indonesia.
Silaturahmi BS Sejak 2008
Silatnas BS (dikutip dari faktualnews.co) mulai tampak geliatnya pada Agustus 2020 lalu di Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Yakni, ketika sedikitnya 120 pelaku atau pegiat bank sampah berkumpul. Yang dalam waktu dekat akan melaksanakan kegiatan Silatnas BS 2 di Yogyakarta, DI Yogyakarta.
Meski baru tampak geliatnya, Silatnas BS mengklaim bahwa komunitas itu sudah dibentuk sejak 2008. Didahului dengan adanya Forum Silaturahmi BS di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Berarti Forum Silaturahmi sudah ada bahkan sebelum pemerintah melalui KLHK menjadikan bank sampah sebagai programnya dengan Permen LHK Nomor 13 Tahun 2012.
Kompetisi ASOBSI - Silatnas BS
Berdasarkan pengalamannya masing-masing, ASOBSI dan Silatnas BS sama-sama memiliki kekuatan. Namun, di sisi pengakuan dari pemerintah, ASOBSI memiliki kekuatannya sendiri karena sudah jadi mitra KLHK. Sementara Silatnas BS belum.Â
Kendati demikian, Silatnas BS didukung oleh PT Kemasan Ciptatama Sempurna (KCS) yang merupakan salah satu produsen styrofoam terbesar di Indonesia. Silatnas BS juga didukung oleh Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) yang diklaim sebagai salah satu perkumpulan atau asosiasi pedaur ulang plastik di Indonesia.
Secara kelembagaan, tidak perlu dipertentangkan apakah Silatnas BS yang mulai bergeliat itu akan bisa menyaingi ASOBSI. Namun, akan menarik untuk diperhatikan: Apakah Silatnas BS dapat menyaingi ASOBSI dalam upaya pengurangan sampah di Indonesia?Â
Namun demikian, banyak kalangan berharap agar persatuan di kalangan pegiat dan pengelola bank sampah tetap terjaga. ASOBSI yang menjadi mitra KLHK diharapkan menjadi pemersatunya dengan merangkul semua komunitas bank sampah demi tercapainya target Indonesia Bersih. (nra)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H