Mohon tunggu...
Nara
Nara Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pendiam dan lebih suka berkomunikasi lewat tulisan. Instruktur di PPPPTK bidang otomotif dan elektronika Malang

Selanjutnya

Tutup

Edukasi

2 Kali Ramadhan, 2 Kali Melahirkan

16 Agustus 2011   02:57 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:45 1785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saya menunggu dengan harap-harap cemas. Ditemani ibu di ruang persalinan. Sebentar-sebentar bidan masuk untuk melihat dan menanyakan kondisi saya. Mengecek kondisi cairan di kantong infus.

Belum sampai cairan itu habis, baru sekitar setengahnya saya mulai merasakan sakit yang luar biasa dipunggung saya. Rasanya mau patah. Saya ambil posisi miring sambil kedua tangan mencengkeram bantal. Saya minta ibu untuk mengelus dan memijit punggung saya. Rasa sakit itu sebentar hilang, lalu datang lagi. Demikian berulang-ulang. Setiap kali rasa sakit itu datang, saya menjerit, mengaduh. Bidan dan asistennya bolak-balik ke ruangan saya. Menyuruh saya untuk tak menjerit kala rasa sakit datang, melainkan mengambil nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya pelan-pelan.

Saya coba turuti, namun tak sampai dua helaan nafas dalam, nafas saya kembali tersengal-sengal menahan rasa sakit.

Ditengah deraan rasa sakit, saya merasakan ingin kencing. Saya teriak bilang pada ibu kalau saya ingin kencing. Bidan dan asistennya dengan sigap menelentangkan badan saya, memandu saya untuk menarik nafas dalam-dalam, dan kalau pengen kencing disuruh kencing saja disitu. What???  kencing ditengah-tengah mereka? Tak bolehkah aku ke toilet sebentar saja?

Namun tanya itu tak pernah tersampaikan, ditelan rasa sakit yang semakin sering datang. Bidan menyurhku untuk mengejan setiap kali rasa sakit itu datang. Setelah beberapa kali mengejan, akhirnya aku merasa seperti kencing dan banyak lagi, entah apa saja aku rasakan keluar dari kemaluanku. Setelah itu tak ada lagi rasa sakit. Lega rasanya, akupun memejamkan mata. Sayupsayup aku dengar suara tangisan bayi.

Ibu menepuk-nepuk pipiku. Bu bidan memanggil-manggil namaku, melarangku untuk memejamkan mata, aku harus tetap melek. Dia bilang, anakku lelaki. Aku menurut untuk tetap bertahan melek, walau mataku rasanya berat sekali dan ingin segera terpejam.

Alhamdulillah, proses persalinan telah selesai aku jalani. Tinggal memulihkan rasa sakitnya. Kala itu aku berjanji, cukup sekali ini saja melahirkan. Kapok dengan rasa sakitnya.

*****

Kapok lombok. Itu istilah untuk menggambarkan penyesalan yang hanya bersifat sementara. Begitulah keadaanku dalam soal melahirkan. Awal september 2009 melahirkan anak pertama, nyatanya di bulan januari 2010 aku telah mendapati diriku positif hamil lagi.

Hasil konsultasi dengan bidan yang sama dengan yang menangani persalinan pertamaku, anakku diperkirakan lahir 22 Agustus 2010. Waktu aku lihat kalender, itu kembali bertepatan dengan bulan ramadhan, dan hari minggu lagi. Wah kok bisa mirip dengan anak pertama dulu.

Aku lebih santai menjalani kehamilan kedua ini. Kan sudah punya pengalaman. Aku merencanakan mulai mengambil cuti tanggal 16 Agustus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun