MASA AWALÂ
Hari santri selalu memiliki tiga situasi , pertama adalah masa lalu yang penuh dengan kenangan dan pengalaman yang menyenangkan, teringat pertama kali mondok di Pondok Pesantren Nurul Huda Munjul Cirebon, tepatnya bulan agustus 1995, diantar oleh Emak dari Desa kalibuntu Losari Brebes Jawa Tengah. Kesedihan dan takut ditinggal adalah benak santri waktu itu, kebiasaan baru akan dimulai dan menggantikan kebiasaan lama yang selama ini telah eksis.Â
Wajah Emakpun terlihat sedih dan meneteskan air mata ketika pertama kali akan meninggalkan anak laki-laki sulungnya. Selama tiga bulan setelahnya tetap menangis setiap malam, merindukan pulang kampung hanya saja, hanya saja komitmen antara emak dan anaknya bahwa tidak boleh pulang kampung selama 3 bulan adalah pembatas yang sejati, seperti ada larangan kuat untuk dipatuhi bersama diantara keduanya.Â
Pada tahun pertama adalah tahun bagaimana beradaptasi dengan peraturan dan sistem pesantren, pada tahun kedua amanah sebagai Lurah santri yang diperbaiki adalah (1). Membangun visi dan misi organisasi yang sama serta bagaimana visi tersebut sampai kepada pengurus santri sehingga dijadikan sebagai kompas untuk mereka, (2). Membangun tim yang berpikir kritis terhadap situasi pondok sehingga selalu ada hal baru yang diciptakan , (3). Membangun personal mastery yang kuat dari setiap pengurus santri sehingga diteladani oleh para santri , (4). Membangun support system yang kuat dengan melibatkan semua tim merasa memiliki pondok dan santri-santrinya, (5). Membuat kekuatan bersama dengan persepsi satu pondok dan satu santri.Â
Pada tahun ketiga dipilih kembali menjadi ketua santri selama 2 periode dan waktu ini adalah bagaimana mencetak penerus dan pengganti, membentuk kaderisasi  selama setahun sehingga ketika waktunya lulus akan memberikan tongkat kepemimpinan kepada adik-adik penerus yang memiliki vibrasi yang sama.Â
Alhasil ketika proses selanjutnya sekretaris santri menjadi ketua santri ditahap berikutnya, kepemimpinan yang berhasil adalah yang menciptakan pemimpin berikutnya. Karena pemimpin sejati bukan mengganjal orang lain untuk menjadi pemimpin namun dirinya adalah seorang pembimbing yang akan mendorong penerusnya menjadi yang terbaik.Â
Tiga tahun di Pondok Pesantren Nurul Huda Munjul memberikan banyak motivasi, inspirasi dan kedisiplinan ilmu agama yang kuat serta akhlak, yang terakhir adalah adalah yang terpenting , bagaimana akhlak santri bisa memberikan pengaruh kuat kepada masyarakat, karena sehebatnya ilmu santri apabila akhlaknya buruk akan diberikan pelebelan buruk oleh masyarakat.
Ilmu bagaikan dasar lautan yang tidak ada yang tahu sementara akhlak adalah tampilan yang paling terlihat oleh orang lain, ketika seseorang memiliki dalamnya ilmu agama dan akhlak terpuji hal ini menunjukan kesamaan vibrasi yang kuat, sementara ketika seseorang memiliki dasar ilmu yang kuat namun memiliki akhlak yang buruk akan membuat ilmu semakin terbebeni oleh keburukan perilaku.Â
MASA PERTENGAHANÂ
Terbiasa menjadi santri yang tidur di masjid menjadi modal hidup di jakarta melewati masa krisis, sebuah situasi dimana kejamnya Ibukota Jakarta menjadi tantangan terberat ketika menjadi mahasiswa di FITK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA, Selama 4 tahun  menjadi marbot dengan pekerjaan membersihkan kamar mandi dan WC, salah satu manfaat besar dari menjadi santri adalah bersiap menghadapi situasi yang buruk.Â
Di Masjid Fathullah UIN Jakarta mental dan kebiasaan hidup dibentuk oleh ketua DKM Masjid yaitu Prof.Dr.H.Nasarudin Umar,MA , Beliau ikut terlibat langsung bagaimana proses masa pertengahan dimana mahasiswa lainya aktif berbagai organisasi di kampus dan diluar kampus sementara saya selama 24 jam dari sebelum sholat subuh sampai menjelang tidur telah mewakafkan diri untuk selamanya di Masjid.Â
Masa pertengahan adalah masa pembentukan karakter dan keilmuan yang dalam, selain di Masjid fathullah Jakarta aktivitas sebagai tim di ICNIS, Intensive Cource and Networking for Islamic Scientic , sebuah lembaga kursus keislaman dan psikologi di Masjd Fathullah UIN Jakarta, selama 4 tahun di masjid terbagi menjadi dua sesi yang berbeda, sesi pertama yaitu tahun 1997-1999 adalah marbot yang bertugas sebagai penjaga dan petugas kebersihan di area kamar mandi masjid, sementara sesi kedua tahun 1999-2001 adalah menjadi asisten Prof.Dr.Nasarudin Umar,MA di lembaga ICNIS yang ada di lantai 2 Â Masjid Fathullah UIN Jakarta.Â
Seperti layaknya bidan  dan dokter yang akan membantu seseorang dalam proses persalinan yang kelak bernama NAQOY, para bidan dan dokter diantaranya adalah Dr.Budhy Munawar rachman, Dr.Rani A.Dewi, Dr. Pamugari Widyastuti,Psi, Prof.Dr. Komarudin Hidayat,MA  serta Prof.Dr.H.Nasarudin Umar,MA .Â
Berbagai disiplin ilmu dari mereka membuat kumpulan pengetahuan dan kearifan menjadi satu, lembaga ICNIS dan PARAMADINA menjadi ikut andil dalam pembentukan keilmuan Naqoy kedepan tentu saja dengan latar belakang agama yang dibentuk di pesantren dan di kampus islam ternama yaitu UIN Jakarta. Di ICNIS sendiri setiap hari sabtu dan minggu terkumpul para peserta yang belajar ilmu agama dan psikologi yang datang dari berbagai kota untuk mendalami ilmu yang dibutuhkan.Â
Masa pertengahan adalah masa keilmuan yang memberikan intisari , ilmu pondok pesantren diperkuat kembali dengan ilmu kuliah dan kursus kajian keislaman dan psikologi.Â
Berinteraksi dengan para pakar dibidangnya membuat mozaik ilmu yang didapatkan tidak hanya dari dunia kampus namun juga 'softskill" diluar kampus. Justru kelak inilah yang akan membuat seseorang siap berdaya guna dalam kiprahnya bermasyarakat. Â Para bidan kehidupan yang membimbing NAQOY adalah para penulis laris yang kuat literasinya sehingga membimbing muridnya mencetak kesuksesan di 10 tahun berikutnya.Â
MASA KEMATANGANÂ
Tahun 2017 ketika ada hari santri  beberapa Kementerian mengadakan perayaan Hari Santri Nasional yang mengadakan pengangugrahan kepada santri di berbagai bidang seperti wirausaha, politik, pondok pesantren dan sebagainya. Setelah diseleksi dan divoting oleh para dewan juri akhirnya memutuskan bahwa pemenang santri of the year 2017 adalah NAQOY (klik)Â
https://www.youtube.com/watch?v=wwUFt32YLDU
Dari titik nol melakukan perjalanan panjang menuju sukses, dari mahasiswa yang diberikan uang modal berangkat 65.000,- untuk naik bis dari Kampung menuju jakarta akhirnya mengubah nasibnya. Pada tahun 2007 sebenarnya semuanya dimulai tepatnya ketika menulis buku pertama kali di Gramedia berjudul The7Awareness, The Heart of 7Awareness, One Minute Awareness dan 21 Days to be Transhuman, sampai tulisan ini diturunkan sudah 14 buku ditulis dan dibaca oleh  masyarakat. Masa-masa ketika perjalanan panjang sejak menjadi santri sampai akhirnya menjadi konsultan transformasi leadership di BUMN.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H