Mohon tunggu...
Naqoy The7Awareness
Naqoy The7Awareness Mohon Tunggu... Penulis - Trainer & Konsultan Leadership SDM di BUMN
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis buku laris The7awareness, Pemecah rekor MURI 2009, Master Trainer dan Sang Penutur Kesadaran indonesia

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kaya Kok Bohong-bohongan?

22 Maret 2022   10:12 Diperbarui: 22 Maret 2022   10:20 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Flexing, mengapa banyak terjadi

Kakak beradik bernama Rae Sremmurd, menciptakan lagu viral berjudul "No Flex Zone" , yang berarti area untuk orang-orang yang santai, bersikap seperti dirinya sendiri, dan tidak pamer atau pura-pura menjadi pribadi yang berbeda. Zaman sekarang ini dalam media sosial istilah "Flexing" menjadi kata yang sering diucapkan, Dalam bahasa gaul atau slang words, kata 'flexing' merupakan kata yang memiliki arti untuk orang yang suka menyombongkan diri, biasanya pamer kekayaan. Orang yang 'flexing' dianggap suka berbohong memiliki banyak kekayaan dan pundi-pundi uang, meski realitanya tidak. Banyak yang berpendapat bahwa kata 'flexing' juga berarti orang yang palsu, memalsukan atau memaksakan gaya agar diterima dalam pergaulan .

Dewasa ini , semakin banyak orang kaya , yang mengaku kaya dan memamerkan kekayakaan di media sosial, bahkan disebutkan dengan istilah Sultan di daerah tertentu, menjawab ini jadi saya teringat sebuah aforisme "poverty screams but weakth whispers", hal ini menunjukan bahwa semakin orang itu kaya sebenarnya maka tidak akan "berisik" atau ramai membahas tentang keuanganya. Semakin kaya justru mereka semakin membutuhkan privasi. Lihat bagaimana orang-orang kaya di jagad ini seperti Elon Musk., Jeff Bezos, Bernard Arnault. Bill Gates.Larry Page.Mark Zuckerberg, Sergey Brin dan Steve Ballme justru semakin sederhana dan tidak menunjukan kemewahan. Jadi saya ingat Mentor saya pernah mengatakan bahwa "kalau kamu sudah kaya beneran, bahkan menggunakan kaos dalam saja orang tahu bahwa sebenarnya kaya".

Di Indonesia tahun 2017 ada pasangan suami istri menggunakan kekayaan untuk mendapatkan uang, memamerkan kekayaan untuk mendapatkan kepercayaan, bahkan menunjukan di "IG" plesiran ke Paris dan Luar negeri lainya, mengumpulkan uang jamaah umroh dan ternyata penipuan, akhirnya harus mendekam di penjara karena semua kemewahan itu adalah palsu. Istilah ini dinamakan "Flexing". Ada banyak laki-laki yang belum memiliki rumah namun telah memiliki mobil mewah dari pinjaman ke bank dengan harapan mendapatkan pasangan yang terhipnotis oleh kemewahan palsu. Ketika ada seorang perempuan tertarik dan akhirnya menikah dan bercerai ketika mengetahui bahwa kekayaanya adalah palsu.

Fenomena Flexing ini dalam The7Awareness masuk dalam penyakit manusia modern yang disebut "STS", Syndrom Toxic Success , hal ini menunjukan bahwa semakin modern sebuah peradaban bangsa atau negeri maka akan mudah manusia rapuh oleh berbagai tekanan, exisitensi media sosial yang tidak terduga membuat dunia palsu terasa menjadi nyata.

Dalam pandangan The7Awareness (2010: 14) terdapat lebih dari 7 karakter penyakit manusia modern diantaranya adalah (1).Up & Down (2). Polyphasia (3). Meaningless (4). Feeling Pastered (5). Self sighteness  (6). Hedonis Treadmill  (7). Spiritual emptiness. Manusia seringkali ditinggal oleh apa yang mereka ciptakan sendiri, mereka menciptakan handpone yang paling canggih namun justru mentalnya seperti anak bayi berbicara, mereka mengunakan mobil yang paling cepat dan mahal namun cara berpikirnya seperti becak, mereka menciptakan makanan siap saji yang paling cepat namun mentalnya seperti oncom. Semakin hari, manusia semakin tertinggal oleh apa yang mereka ciptakan sehingga akhirnya mudah mengalami kelelahan jiwa dan akhirnya membuat bayangan sendiri dalam kepalsuan. (Yusuf, 2013 : 15).

 

 Sebenarnya dunia palsu menjadi nyata telah dinikmati oleh dunia hiburan melalui film-film Hollywood dengan latar belakang Green Screen namun ketika hasilnya menjadi sangat  Dalam industri film Hollywood, Computer Generated Imagery (CGI) merupakan hal biasa yang digunakan untuk memberi efek visual berbeda dari biasanya. Dengan teknologi tersebut, para filmmaker bisa berkreasi seluas mungkin dan bahkan tak pernah terpikirkan dalam kenyataan.Biasanya, teknologi CGI biasa digunakan dalam film superhero yang memang banyak membutuhkan perangkat tersebut untuk menciptakan efek tertentu. Namun, dalam sejarah film Hollywood, teknologi CGI banyak juga digunakan pada film lain, terutama film dengan genre fantasi. Teknologi tersebut memberi efek menakjubkan yang tidak disangka-sangka. Adegan-adegan dalam film yang ditampilkan, ternyata lahir dari adegan yang dibantu oleh teknologi visual CGI.

Seperti Benedict Cumberbatch saat tampil sebagai naga Smaug dalam film The Hobbit sepenuhnya menggunakan CGI. Penampilannya dapat dilihat dari belakang layar film ini bahwa ia hanya menggunakan pakaian khusus dan selanjutkan akan tampil sebagai naga dengan teknologi CGI dan masih banyak yang lainya, tentu saja dunia perfilman bukan termasuk katagori "Flexing" ini hanya bagian dari seni yangberkembang dalam dunia huiburan dengan tujuan untuk memuaskan penonton ketika menyaksikan  filmnya.

Jika perfilman Hollywood dan Bollywood menggunakan layat belakang palsu sementara Flexing adalah kaya palsu dengan tujuan untuk menipu orang lain. Mereka senang memamerkan uangnya agar dengan tujuan agar followernya tertarik bergabung dalam bisnis yang dibinanya, mereka disebut :"affiliator", Fenomena Afiliator yang ditangkap seperti Indra Kenz dan Doni Salaman  menjadi contoh karena ternyata korbanya telah banyak dan terus berkembang. Salah satu korbanya bahkan ada yang memilih melakukan bunuh diri karena tertlalu banyak uang keluarga yang telah dikorbankan.  Dalam jurnal ini penulis ingin menemukan jawaban dari pertanyaan penelitian tentang mengapa masyarakat Indonesia terutama kaum milineal mudah terpengaruh oleh dunia flexing?, kedua bagaimana ciri-ciri dari fenomena flexing tersebut.

Flexing bisa terjadi dari berbagai kalangan. Mulai dari masyarakat biasa hingga artis papan atas. Seperti yang biasa dilihat di berbagai media, hampir semua kalangan artis menggunakan mobil mahal, tas branded atau pakaian dari desainer.Semakin mahal barang yang dimiliki menunjukkan status sosial yang tinggi. Apabila orang mampu membeli barang mewah makan dianggap orang kaya. Maka dari itu, semakin banyak penghasilan maka semakin tinggi status sosial.Kenyataannya, terlalu berlebihan menceritakan tentang uang, kehebatan dan prestasi ternyata berpengaruh pada relasi sosial. Penelitian yang dilakukan Garcia, Weaver, & Chen, (2018 :17) menemukan bahwa 66% orang cenderung memilih mobil mewah. Namun, kebanyakan orang memilih berteman dengan orang bermobil murah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun