Tahun ini anak keduaku Fatih masuk TK. Usianya sudah 5 tahun. Saat mendaftar ke TK dekat rumah, gurunya bertanya, “Mau masuk kelas A atau B?” sempat ragu karena usia Fatih sudah 5 tahun, tapi telat daftar TK. Sebelumnya kami tinggal di Padang dan baru pindah lagi ke Lampung awal Juni. Akhirnya dengan berbagai pertimbangan, Fatih masuk kelas A saja.
Kami memilih menyekolahkan Fatih ke TK IT Qurrota A’yun karena TK ini paling dekat dengan rumah kami hanya berbeda gang saja. Bahkan dari rumah, bangunan TK sudah kelihatan. Selain itu, berdasarkan testimoni teman-teman lainnya, TK ini memiliki guru yang ramah anak. Tak hanya gurunya, tapi juga pegawainya rutin mendapatkan pelatihan parenting. Hal ini membuat kami sebagai orang tua jatuh hati dengan TK ini, sehingga tanpa ragu kami mendaftarkan anak kami ke sekolah ini.
Untuk itu, sebelum hari H sekolah, kami sudah mengajak Fatih mengakrabkan diri ke sekolahnya. Fatih senang melihat calon sekolahnya dan langsung mencoba bermain di plosotan. Beruntung sebelum hari pertama masuk sekolah, semua wali murid mendapatkan orentasi. Kami dikenalkan dengan informasi mengenai misi dan misi sekolah, nama guru, nama pegawai, prestasi sekolah dan tata tertib siswa.
Malam Senin tiba, aku dan suami berbagi tugas mempersiapkan segala sesuatu untuk perlengkapan sekolah Fatih. Dari baju, sepatu, tempat bekal makanan, kaos kaki hingga memberikan motivasi agar besok Fatih bangun pagi.
Pagi itu Fatih bangun pagi dan sarapan dengan tertib. Aku dan suami berbagi tugas. Suamiku yang sedang tidak kuliah menjaga si sulung yang baru saja sunat di rumah. Sedangkan aku akan mengantar Fatih ke sekolahnya. Pukul 07.00 WIB kami berangkat ke sekolah. Kami berdua berjalan kaki menuju sekolah. Fatih bahkan berlari menduhuluiku, “Ayo, Mi cepat!” ujarnya. Sampai di sekolah sudah ramai dengan wali murid yang mengantarkan anaknya. Kendaraan mulai penuh di depan pagar sekolah. Untungnya kami datang diawal waktu. Fatih disambut oleh guru di depan pagar. Usai salaman dengan gurunya, aku mengantarkan Fatih ke kelasnya bernama Nabi Nuh.
Sampai di depan kelas, Fatih disambut bu gurunya. Fatih diminta mencarikan namanya yang bergagang stik ice cream dan menaruhkannya ke dalam papan. Fatih mengikuti dengan gembira. Fatih juga mau menaruh sepatu ke raknya dan menyimpankan tasnya ke dalam kelas di rak khusus tas. Bel lalu berbunyi nyaring. Semua anak berbaris dengan rapi.
Alunan musik senam otak bergema. Fatih mulai ngambek karena tidak mau berbaris. Fatih melepaskan kaos kakinya lalu berlari ke arah ayunan. Sedangkan teman-temannya mau melakukan gerakan senam otak. Beberapa teman Fatih ada juga yang belum mau berbaris, malah ada yang menangis keras tak mau lepas dengan ibunya. Seorang guru mendekati anak yang menangis dan menghiburnya. Gurunya dengan sabar menghibur anak yang menangis itu. Dipeluknya, diajak ngobrol hingga mengajak bermain.
Mereka belum nyaman dengan suasana baru. Alangkah baiknya orang tua atau yang mengantarkan menemani. Jika perlu katakan tidak akan meninggalkan si anak sampai anak senang di sekolah. Insya Allah beberapa hari anak sudah nyaman dan enjoy di sekolahnya,” begitu perkataan seorang guru saat orentasi orang tua.
Tak lama gurunya membongkar lego. Anak-anak berkumpul dan bermain lego. Anak-anak perempuan ada yang memilih bermain masakan. Kulihat Fatih mulai mendekati teman-temannya dan merangkai lego.
“Fatih bikin apa, nak?” tanyaku.
“Fatih bikin robot, Mi!” ujar Fatih bangga.
Saat awal tahun ajaran baru, Mas Faris memang tidak langsung masuk sekolah. Faris baru saja sunat usai lebaran. Untuk itu tidak ikut di hari pertama masuk sekolah. Tapi aku datang untuk mengambil baju seragam. Sampai di sekolah, para guru dan anak-anak seluruh kelas sedang berbaris di lapangan. Ternyata sedang diadakan halal bi halal dan penyambutan murid kelas 1.
Uniknya, para guru memakai kostum yang sangat lucu. Pak guru terlihat gagah memakai kostum raja, nyamuk, fotografer, dan lainnya. Bu guru ada yang memakai kostum koki, nyamuk, kupu-kupu dan seorang putri. Wah, aku yang baru pertama kali melihat sungguh gembira. Terbayang betapa bahagianya anak-anak melihat gurunya memakai konstum itu.
Kulihat anak-anak sangat antusias saat bersalaman dengan gurunya. Dilanjutkan dengan mengenal medan sekolah. Beberapa wali murid melihat dari jauh dengan senyum lebar. Ada kebahagian dan ketenangan melihat anak-anak ceria di hari pertama. Aku pun ikut mengabadikan keceriaan guru dan siswa ini. Aku yakin anakku akan senang dengan sekolah yang ramah anak ini.
Bagi orang tua :
- Sebelum memilih sekolah yang tepat untuk anak, persiapkan mental anak untuk masuk sekolah. Sesuaikan dengan kebutuhan anak. Jika anak lebih aktif di luar ruangan, mungkin sekolah berbasis alam lebih cocok.
- Lihat kualitas guru. Pilih sekolah yang sayang dan ramah dengan anak-anak. Selidiki dengan cara obeservasi langsung dan bertanya kepada orang tua murid yang lebih senior. Tanyakan apakah ada PR, ada buku penghubung dan stimulasi apa saja yang diberikan guru kepada muridnya.
- Pilih lingkungan yang tepat. Jika Anda menginginkan anak berbasis agama yang baik, maka pilihlah sekolah berbasis agama. Jika Anda ingin anak lebih menonjol dibidang bisnis, maka pilihlah sekolah yang mendukung ini.
- Lokasi. Pilihlah lokasi yang dekat rumah. Hal ini akan memudahkan anak bangun pagi, tidak kelelahan di perjalanan dan hemat biaya transportasi.
- Samakan tujuan Orang tua dan sekolah. Cek kembali visi dan misi sekolah, apakah sudah sama dengan yang kita inginkan. Misalnya pembiasaan sholat berjamah, berakhlak baik, rajin menabung atau lainnya.
- Biaya. Buat perencaaan biaya pendidikan yang bijak. Jika Anda ingin anak masuk sekolah yang fasilitas lengkap, Anda memerlukan biaya yang cukup besar. Siapkan dana pendidikan sesuai usia anak.
- Sarana dan Prasarana. Lihat prasarana di sekolah, apakah sesuai yang dibutuhkan, seperti perpustakaan, masjid, laboratorium dan lainnya.
Nah, jika semua sudah cocok, Anda dapat memasukan anak ke sekolah yang diinginkan. Aku pun sangat mendukung program mengantarkan anak di hari pertama masuk sekolah. Hal ini membawa kebahagian kepada anak-anak seperti :
- Merasa disayangi orang tuanya.
- Merasa nyaman karena dekat dengan orang tuanya.
- Merasa dilindungi karena belum beradaptasi dengan lingkungan sekolah.
- Merasa bahagia karena orang tua menemani di hari pertama sekolah.
- Merasa tumbuh kepercayaan diri anak karena orang tua ikut serta ke sekolah dan mengenalkan dengan guru yang baru saja dikenalnya dan teman-teman barunya.
Namun, jika Anda tidak dapat menemani anak di hari pertama sekolah, sebaiknya Anda memberikan pesan kepada guru sebagai berikut :
- Anak Anda akan dijemput dan diantar dengan Mbk pengasuh atau ojek langganan. Kenalkan namanya kepada guru si anak atau satpam sekolah.
- Beri pesan ke anak agar jangan pulang sebelum dijemput yang biasa menjemput.
- Minta nomer hp guru dan satpam sekolah.
- Pantau perkembangan anakk melalui buku penghubung.
- Ikuti rapat komite sekolah
Itulah pengalamanku dalam menemani anak di hari pertamanya masuk sekolah. Sebagai orang tua, aku sangat senang dengan Gerakan Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah yang diadakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) melalui Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga ini. Gerakan ini membuat Guru ceria, anak senang, orang tua pun jadi tenang. Semoga gerakan ini dipertahankan.
Tulisan ini disertakan pada [Blog Competition] Gerakan Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H