Mohon tunggu...
Raudotunnaqiyah (Naqiyah)
Raudotunnaqiyah (Naqiyah) Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Lepas

Maju tak gentar membela yang benar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perkenalkan, ini "Filosofi Teras"

23 Agustus 2019   11:44 Diperbarui: 23 Agustus 2019   11:53 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo teman-teman !

Mungkin kita bertanya tanya tentang judul tulisan di atas, bagi anda yang tidak tertarik dengan dunia filosofi kemungkinan akan bersikap apatis. Namun, percayalah pada tuhanmu tentunya (wkwkwk) ini merupakan buku filosofi berbahasa Indonesia paling ringan dan bisa dinikmati semua kalangan. Saya berani jamin karena sudah membacanya dari bab satu sampai bab akhir. Mirip skripsi ya bahasanya,  pakai bab segala haduuh skripsi lagi. 🙈

Jujur nih, gw kalau baca buku jenis "self improvement" langsung ke bab satu nagapain baca pendahuluan, pikir gw waktu itu ya begitu. Padahal di pendahuluan itu ada sekelumit penjelasan asal usul filosofi teras. Btw, nama asli filosofi teras itu Stoa, teras itu bahasa yang sudah di Indonesiakan, karena yang menulis cinta banget sama Indonesia, "iya kan Bang Henry"? (Hahah, Sok kenal) 

Awal gw tahu buku ini adalah dari mbah google tentunya, alkisah pada suatu kegelisahan dan kegundahan yang tak terbendung hingga tak tahu di mana akan berujung, karena risau oleh "Quarter Life Crisis".

Aku cari tahu sebanyak mungkin apa itu "Quarter Life Crisis" hingga tuhan menakdirkanku dengan sebuah artikel tips atau cara menghadapi kegalauan Quarter Life Crisis, dan salah satu solusi untuk mengahadapinya adalah baca buku.

Dari sekian ribu artikel yang bertebaran aku dipertemukan dengan sebuah buku yang judulnya bikin geli telinga gw, "Filosofi Teras" gambarnya dua anak muda yang tengah konsultasi sama bapak-bapak berpakaian ala kaisar romawi sambil ditemani es bubble dan tiga gulungan kertas serta sebuah smartphone. Btw yang belum tau "Quarter Life Crisis" cari tau dulu ya guys, biar  nyambung baca tulisan gw.

Mengenai es bubble belum gw konfirmasi sebenarnya es apa yang mereka minum, barangkali es kepal coklat atau hanya es batu dengan air mineral, entahlah nanti silahkan tanya sendiri ke penerbit ya. Tapi kita tinggalkan semua itu lanjut ke isi buku, yuk !

Di bab pertama buku ditulis "Survei Khawatir Nasional" jujur terkejut dengan sub bab seperti itu, sadar atau tidak buku ini memang menulis sesuatu yang menjadi masalah kita sehari-hari tanpa kita sadari.

Survei ini menggunakan 4 skala, yaitu 

1. Sangat tidak khawatir
2. Tidak khawatir
3. Sedikit khawatir
4. Sangat khawatir

Hasil suvei menunjukan 63% responden mengaku lumayan/sangat khawatir dengan hidupnya secara umum. 53% responden merasa khawatir dengan pendidikan mereka. Benar suatu kekhawatiran yang sangat serius.

Dibagian akhir bab pertama ini tentunya diberikan tips dan solusi untuk menghadapi situasi hidup di zaman yang makin tidak menentu ini.

Kita meluncur ke bab dua teman, buku ini menjelaskan bagaimana filosofi stoa adalah filosofi yang realistis, stoa sangat mempermasalahkan"postive thinking" karena dituliskan bahwa postive thinking justru sering menghambat kita . Postive thinking menipu pikiran kita, beranggapan seolah-olah kita "sudah" mencapai apa yang kita inginkan, sehingga melemahkan keuletan kita dalam berusaha mencapainya. Namun sebaliknya, sekedar menyuruh orang berpikir realistis saja tidak memberikan hasil yang lebih baik.

Nah loh, bingungkan?

Secara garis besar saya suka dengan buku ini, dan yang paling menjadi poin di buku ini adalah STAR (Stop-Think-Assess-Respond). STAR adalah kunci dalam menghadapi masalah dan hal-hal yang tidak diharapkan terjadi. Seperti terjadi kemacetan di tengah perjalanan menuju kampus atau kantor, sedangkan ada deadline yang harus segera diserahkan, maka rumus Star sangat cocok untuk diaplikasikan dalam segala situasi, seperti kemacetan yang tengah anda alami.

1. Stop artinya time out, cobalah untuk berhenti sejanak dalam bersikap maupun berpikir ketika hal-hal menyebalkan menghampiri anda, berikan ruang sejenak untuk berhenti.

2. Think, setelah anda memberi ruang untuk berhenti maka coba pikirkan dengan bijak

3. Assess, memulai untuk menilai kejadian yang anda alami

4. Respond, setelah tiga langkah di atas sudah dijalankan maka silahkan anda mengambil tindakan atau respon apa yang sebaiknya dilakukan

Dengan menerapkan STAR, diharapkan kita lebih bijak dalam menghadapi segala kondisi yang menyebalkan di hari-hari yang kita jalani. Anda bisa merespon apakah terjebak kemacetan selalu membawa kesialan atau bisa membawa dampak kebaikan, seperti anda bisa sambil membaca buku yang anda sukai di ponsel maupun buku cetak, atau anda bisa menghubungi orang-orang yang anda sayangi di kampung halaman.

Terakhir dari review saya ketika membaca buku filosofi teras tertuju di intisari bab 6 buku ini yakni tentang konsep "Premeditatio Malorum" berikut saya mengutip langsung dari halaman 151:

"Premeditatio Malorum" yakni teknik memeprkuat mental dengan membayangkan semua kejadian buruk yang mungkin terjadi di hidup kita pada hari ini dan kedepannya. Manfaat dari konsep ini adalah membantu kita mengantisipasi peristiwa buruk jika teejadi, dan karenanya tidak terlalu terkejut ketika benar-benar terjadi. Ada perbedaan terkait "Premeditatio Malorum" dengan kekhawatiran yang tidak beraslasan, yakni "Premeditatio Malorum" kita bisa mengenali peristiwa di luar kendali kita dan memilih bersikap rasional.

Tulisan di atas hanya sedikit yang bisa saya bagikan kepada teman-teman, untuk lebih jelasnya silahkan dibaca sendiri yah, budayakan membaca. Selamat menikmati dunia dengan filosofi stoa 😊

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun