Manusia tanpa makan makanan dapat hidup beberapa pekan, tetapi tanpa minum air dapat mati dalam beberapa hari. Dari ilmu Pertanian diketahui bahwa air untuk tanaman berfungsi sama seperti darah untuk tubuh manusia, karena tanpa cukup air tanaman tidak dapat tumbuh dan memberi panen yang baik.
Dengan demikian air adalah salah satu sumber daya alam yang penting (disamping udara untuk pernafasan dan matahari / api sebagai sumber tenaga) di mana bersama – sama sumber daya tanah (lahan) sebagai tempat pertanian pangan, perikanan, dan bahan baku industri telah memberi kelangsungan hidup manusia sejak dahulu, sampai sekarang dan nanti ke depan.
Pendapat di atas akan lebih kita yakini dengan kenyataan bahwa salah satu peradapan dan budaya terpenting manusia pertama adalah pembuatan suatu sarana sisitem guna mengendalikan (to control) air untuk tujuan pemanfaatan. Banyak peradapan manusia dan suku bangsa bermula di sekitar sungai atau danau. Di Indonesia kita kenal pengairan tanaman padi al. Subak di Bali, Dawur Pranatamangsa di Jawa Tengah dan Jawa Timur, Tuo Banda atau Siak Bandar di Sumatera Barat, Tudang Sipulung di Sulawesi Selatan, Panriahan Pamohkahanan dan Siauga Parjolo di Sumatera Utara, Panitia Siring di Sumatera Selatan dan Bengkulu.
Para pemikir dan pendahulu generasi sekarang telah dengan tepat dan benar memilih kata ‘tanah air’ sebagai sebutan untuk bagian bumi yang kita tempati dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), untuk itu kita wajib menghargai, memelihara dan meneruskan nilai – nilai yang baik tersebut.
Di tingkat global perbincangan masalah air dunia telah mulai dengan Water Conference internasional diselenggarakan oleh United Nations di Mar del Plata, Argentina 14 – 25 Maret 1977; menyepakati “Mar del Plata Action Plan: Recommendation on Policy, Planning and Management”. Ada 4 (empat) Rencana tindak yang direkomendasikan yaitu:
- Setiap Negara harus merumuskan dan terus meninjau pernyataan umum kebjakan terkait penggunaan, pengelolaan dan konservasi, sebagai kerangka untuk perencanaan (planning) dan implementasi program dan upaya spesifik untuk operasi yang efisien dari berbagai skema air. Kebijakan dan Rencana Pembangunnan Nasional harus menetapkan sasaran utama kebijakan penggunaan air, yang kemudian diterjemahkan menjadi pedoman dan strategi, dirinci lagi sejauh mungkin menjadi program-program untuk pengelolaan terpadu sumber daya.
- Pengaturan kelembagaan yang diadop setiap Negara harus menjamin bahwa pengembangan dan pengelolaan sumber daya air (SDA) berlangsung dalam konteks perencanaan nasional dan ada koordinasi yang nyata antar semua lembaga yang bertanggungjawab untuk investigasi , pengembangan dan pengelolaan SDA. Masalah pembentukan infrasturuktur kelembagaan yang memadai harus terus ditinjau dan pertimbangan harus diberikan pada pembentukan otoritas air yang efisien dalam menyiapkan koordinasi yang baik.
- Setiap Negara harus menguji dan terus meninjau struktur adminstrasi dan legislasi terkait pegelolaan air , dan dalam hemat atau pengalaman bersama, harus menetapkan, di mana cocok legislasi yang menyeluruh (comprehensive) untuk pendekatan terkoordinasi atas perencanaan air. Mungkin lebih digandrungi bahwa ketentuan etrkait pengelolaan SDA, konservasi dan perlindungan atas polusi, disatukan dalam satu kesatuan instrument legal, jika kerangka konstitutional Negara memungkinkannya. Legislasi harus menetapkan aturan dari kepemilikan publik atas air dan pekerjaan rekayasa air yang besar, dan juga termasuk ketentuan problema kepemilikan lahan dan setiap litigasi yang mungkin timbul karenanya. Harus cukup fleksibel untuk mengakomodasi perubahan perspektif dan prioritas ke depan.
- Setiap Negara harus membuat upaya yang perlu untuk mengadop upaya-upaya guna memperoleh parisipasi yang efektif di dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan menyangkut para pengguna dan otoritas publik. Partisipasi seperti itu dapat secara konstruktif mempengaruhi pilihan di antara alternatif rencana dan kebijakan. Jika memang diperlukan, legislasi harus menyiapkan partisipasi seperti itu sebagai bagian integral dari proses perencanaan, pemprograman, implementasi dan evaluasi.
Sebelas tahun setelah konferensi Mar del Plata 1977, pada tahun 1987 dalam laporan, Our Common Future, Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan PBB (Komisi Brundtland) mendefinisikan 'pembangunan berkelanjutan' sebagai "pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri". Sejak itu, beberapa definisi lain telah diusulkan dan diperdebatkan, dan banyak makalah, artikel, dan buku telah diterbitkan, masing-masing berusaha memperluas pemahaman kita tentang konsep dan jenis tindakan yang disiratkannya.
Berikutnya pada 26 – 31 Januari 1992 di Dublin Irlandia, diselengarakan International Conference on Water and Environment (ICWE) terkait Development of issues for the 21 st century; menghasilkan The Dublin Statement on Water and Sustainable Development berupa Guiding Principles. Dibutuhkan Aksi Bersama untuk membalik tren sekarang tentang over konsumsi, pollusi, dan peningkatan ancaman dari kekeringan dan banjir. Laporan Konferensi Internasional tentang Air dan Lingkungan (ICWE) tersebut, mengemukakan rekomendasi untuk aksi tingkat lokal, nasional dan internasional berdasarkan 4 (empat) Guiding Principles (prinsip dasar) sbb.:
Principle No. 1 – Fresh water is finite and vulnerable resource, essential to sustain life, development and the environment. (Air tawar adalah sumber daya yang terbatas dan rentan, penting untuk menopang kehidupan, pembangunan dan lingkungan).
Karena air mendukung kehidupan, pengelolaan sumber daya air yang efektif menuntut pendekatan holistik, mengaitkan pengembangan ekonomi dan sosial dengan perlindungan dari ekosistem alamiah. Pengelolaan yang efektif mentautkan pemanfaatan lahan dan air melingkupi seluruh daerah tangkapan air dan akifer air tanah.
Principle No 2 – Water development and management should be based on a participatory approach, involving users, planners and policy-makers at all level. (Pengembangan dan pengelolaan air harus didasarkan pada pendekatan partisipatif, yang melibatkan pengguna, perencana dan pembuat kebijakan di semua tingkat).
Pendekatan partisipatip menyangkut peningkatan kesadaran para pembuat kebijakan dan public umum, tentang pentingnya air. Itu berarti bahwa keputusan - keputusan dilakukan pada aras terendah yang tepat, dengan konsultasi publik lengkap dan keterlibatan para pengguna di dalam perencanaan dan implementasi proyek-proyek air.
Principle No 3 – Women play a central part in the provision, management and safeguarding of water. (Perempuan memainkan peran sentral dalam penyediaan, pengelolaan dan pengamanan air) .
Peran sangat penting (pivotal) perempuan sebagai penyedia dan pengguna air serta penjaga (guardians) lingkungan hidup jarang direfleksikan dalam pengaturan kelembagaan untuk pengembangan dan pengelolaan SDA. Penerimaan dan implementasi prinsip ini membutuhkan kebijakan yang positip untuk menangani kebutuhan spesifik perempuan dan memperlengkapi pemberdayaan perempuan untuk berpartisipasi pada semua aras program – program SDA, termasuk pengambilan keputusan dan implementasi, dengan cara yang mereka tentukan sendiri.
Principle No 4 – Water has an economic value in all its competing uses and should be recognize as an economic goods (Air memiliki nilai ekonomi dalam semua penggunaannya yang bersaing dan harus diakui sebagai barang ekonomi)
Dalam prinsip ini, adalah vital untuk mengakui pertama hak dasar / azasi semua manusia memperoleh akses pada air bersih dan sanitasi dengan harga terjangkau. Masa lalu kegagalan mengakui nilai ekonomi air mengarah ke pemborosan dan penggunaan sumber daya yang merusak lingkungan. Mengelola air sebagai barang ekonomi adalah jalan penting untuk mencapai penggunaan yang adil dan efisien, dan sekaligus mendorong konservasi dan perlindungan SDA.
Banyak rekomendasi ICWE Dublin, dimasukkan dalam Freshwater Section dari dokumen United Nation Conference on Environment and Development (UNCED) Agenda 21 di Rio de Janeiro pada tahun 1992, dikenal sebagai Earth Summit (KTT Rio). Pada sidang PBB ke 47 pada 27 Desember 1992 melalui Resolusi No147 / 1993, usulan Agenda 21 diterima dan sekaligus ditetapkan pelaksanaan Hari Air Dunia pada setiap tgl 22 Maret, dan mulai diperingati sejak tahun 1993 oleh para anggota PBB yang meratifikasi Agenda 21 tersebut.
Dengan Konferensi PBB tahun 1992 tentang Lingkungan dan Pembangunan (KTT Rio) tersebut, hingga Deklarasi Milenium PBB 2000 dan delapan Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), pembangunan berkelanjutan telah diintegrasikan ke dalam Sistem PBB sebagai prinsip pengorganisasian untuk mempertahankan sumber daya yang terbatas, yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup generasi masa depan di planet ini.
Lebih lengkapnya, sejak tahun 2003 hingga 2021 setidaknya ada 12 (dua belas) Laporan Pembangunan Air Dunia (LPAD - WWDR) yang diterbitkan oleh PBB, sejalan dengan perkembangan permasalahan dan berbagai usul penanganan yang relevan dengan Mileneum Development Goal (MDG) 2000 – 2015 dan Sustainable Development Goals (SDGs – WWDR ) 2015 – 2030. Judul dan garis besar isi dan maksud tiap LPAD tersebut adalah sebagai berikut.
- Air untuk Manusia, Air untuk Kehidupan (WWDR - 2003)
World Water Development Report (WWDR) tahun 2003 berjudul ‘Water for People, Water for Life’, meletakkan dasar untuk edisi WWDR berikutnya, yang pada dasarnya berkonsentrasi pada evaluasi tingkat kemajuan yang dicapai sejak KTT Rio (1992) dan pada pengembangan metodologi penilaian yang efektif. Laporan ini mencakup berbagai komponen, yang berfokus pada pengelolaan air tawar oleh manusia, agregasi kebijakan, undang-undang, program sosial, pendekatan ekonomi, dan strategi pengelolaan yang kompleks untuk mencapai keberlanjutan air.
Laporan WWD kesatu ini dibuka dengan bab yang menjelaskan tentang krisis air. Kemudian meninjau kemajuan dan tren, mengusulkan metodologi dan indikator untuk mengukur keberlanjutan, dan menilai kemajuan dalam 11 (sebelas) bidang tantangan berikut: air dan kota, mengamankan pasokan makanan, air dan energi, industri bersih, memenuhi kebutuhan dasar, melindungi ekosistem, berbagi sumber daya air, menghargai air, mengatur air dengan bijak, memastikan basis pengetahuan, dan mengelola risiko. Hal ini juga menyajikan tujuh studi kasus percontohan dari wilayah sungai yang mewakili berbagai pengaturan sosial, ekonomi dan lingkungan.
- Air, Tanggung Jawab Bersama (WWDR - 2006)
World Water Development Report (WWDR) tahun 2006 berjudul ‘Water, a Shared Responsibility’, menyajikan gambaran komprehensif tentang sumber daya air tawar di semua wilayah dan sebagian besar negara di dunia, melacak kemajuan menuju target terkait air dari Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) PBB, dan memeriksa berbagai masalah termasuk pertumbuhan penduduk dan peningkatan urbanisasi, perubahan ekosistem, produksi pangan, kesehatan, industri dan energi, serta manajemen risiko, penilaian dan pembayaran air, dan peningkatan pengetahuan dan kapasitas.
Enam belas studi kasus melihat tantangan khas sumber daya air dan memberikan wawasan berharga tentang berbagai aspek krisis air dan tanggapan manajemen. Akhirnya, laporan ini menguraikan serangkaian kesimpulan dan rekomendasi untuk memandu tindakan di masa depan dan mendorong penggunaan, produktivitas, dan pengelolaan berkelanjutan sumber daya air tawar kita yang semakin langka.
- Air di Dunia yang Berubah (WWDR - 2009)
World Water Development Report (WWDR) tahun 2009 berjudul ‘Water in a Changing World’, dibangun berdasarkan penelitian sebelumnya, termasuk dua WWDR sebelumnya. Namun, Laporan edisi ketiga menyajikan beberapa perubahan dari dua edisi sebelumnya. Berbeda dengan Laporan sebelumnya, yang disusun menurut garis badan PBB, Laporan ketiga menyajikan format baru yang lebih holistik. Sejumlah tema dibahas di seluruh laporan, termasuk perubahan iklim, Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), air tanah, keanekaragaman hayati, air dan migrasi, air dan infrastruktur, dan biofuel.
- Mengelola Air dalam ketidakpastian dan Risiko (WWDR - 2012)
World Water Development Report (WWDR) edisi keempat tahun 2012 berjudul ‘Managing Water under Uncertainty and Risk’, adalah tinjauan komprehensif sumber daya air tawar dunia dan berusaha untuk menunjukkan, di antara pesan-pesan lainnya, bahwa air menopang semua aspek pembangunan, dan bahwa pendekatan terkoordinasi untuk mengelola dan mengalokasikan air sangat penting. Laporan tersebut menggarisbawahi bahwa untuk memenuhi berbagai tujuan, air perlu menjadi elemen intrinsik dalam pengambilan keputusan di seluruh spektrum pembangunan.
- Air dan Energi (WWDR - 2014)
World Water Development Report (WWDR) edisi kelima tahun 2014 berjudul ‘Water and Energy’, saling berhubungan erat dan sangat bergantung satu sama lain. Pilihan yang dibuat dan tindakan yang diambil dalam satu domain dapat sangat mempengaruhi yang lain, secara positif atau negatif. Trade-off perlu dikelola untuk membatasi dampak negatif dan mendorong peluang sinergi. Air dan energi memiliki dampak penting pada pengentasan kemiskinan baik secara langsung, karena sejumlah Tujuan Pembangunan Milenium bergantung pada peningkatan besar dalam akses ke air, sanitasi, listrik dan sumber energi, dan secara tidak langsung, karena air dan energi dapat menjadi kendala yang mengikat pada pertumbuhan ekonomi – harapan utama untuk pengurangan kemiskinan yang meluas.
- Air untuk Dunia yang Berkelanjutan (WWDR - 2015)
World Water Develoment Report edisi 2015 berjudul ‘Water for a Sustainable World’. Air adalah inti dari pembangunan berkelanjutan. Sumber daya air, dan berbagai layanan yang disediakannya, mendukung pertumbuhan ekonomi, pengurangan kemiskinan, dan kelestarian lingkungan. Dari ketahanan pangan dan energi hingga kesehatan manusia dan lingkungan, air telah terbukti berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan sosial, yang memengaruhi mata pencaharian miliaran orang. Kemajuan menuju pencapaian sebagian besar tujuan pembangunan berkelanjutan membutuhkan peningkatan pengelolaan air yang signifikan di seluruh dunia.
Laporan WWD 2015 menunjukkan betapa pentingnya sumber daya dan layanan air untuk mencapai keberlanjutan global. Dengan mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial, dan kelestarian lingkungan, narasi berwawasan ke depan dari laporan ini menjelaskan bagaimana tantangan utama dan faktor perubahan di dunia modern akan memengaruhi – dan dapat dipengaruhi oleh – sumber daya air, layanan, dan manfaat terkait.
Disepakati 17 (tujuh belas) Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (17 - Sustainale Development Goals) meliputi: (1) No Poverty, (2) Zero Hunger, (3) Good Health and Well Being, (4) Quality Education, (5) Gender Equality, (6) Clean Water and Sanitation, (7) Affordable and Clean Energy, (8) Decent Work and Economic Growth, (9) Industry Innovation and Infrastructures, (10) Reduced Inequality, (11) Sustainable Cities and Communities, (12) Responsible Consumption and Production, (13) Climate Action, (14) Life Below Water, (15) Life on Land, (16) Peace Justice and Institutions, (17) Partnership for the Goals.
Khusus Goal 6 ‘Clean Water and Sanitation’ = “Ensure access to clean water and sanitation” dirinci lagi menjadi 8 target sbb.: (i) Target 6.1 : Safe and affordable drinking water; (ii) Target 6.2 : End open defecation and provide access to sanitation and hygiene; (iii) Target 6.3: Improve water quality, wastewater treatment and safe reuse; (iv) Target 6.4 : Increase water use efficiency and ensure freshwater supplies; (v) Target 6.5 : Implement integrated water resources management (IWRM); (vi) Target 6.6 : Protect and restore water – related ecosystem; (vii) Target 6A : Expand water and sanitation support to developing countries; (viii) Target 6B : Support local engagement in water and sanitation management.
- Air dan Pekerjaan (WWDR - 2016)
World Water Develoment Report edisi 2016 berjudul ‘Water for Jobs’. Dari pengumpulannya, melalui berbagai kegunaannya, hingga hasil akhirnya ke lingkungan alam, air merupakan faktor kunci dalam pengembangan kesempatan kerja baik yang terkait langsung dengan pengelolaannya (pasokan, infrastruktur, pengolahan air limbah, dll.) maupun di sektor ekonomi yang sangat bergantung pada air seperti pertanian, perikanan, listrik, industri dan kesehatan. Selain itu, akses ke air minum yang aman dan sanitasi mendorong tenaga kerja yang berpendidikan dan sehat, yang merupakan faktor penting untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Laporan WWD 2016 menggambarkan bahwa hampir 3 dari 4 pekerjaan di angkatan kerja global (3,2 miliar orang) sedang atau sangat bergantung pada akses ke air dan layanan terkait air dan oleh karena itu menyatakan bahwa “Air penting untuk pekerjaan yang layak dan pembangunan berkelanjutan”. Tekanan air dan kurangnya pekerjaan yang layak dapat memperburuk tantangan keamanan, memaksa migrasi dan membatalkan kemajuan yang dicapai dalam perjuangan untuk memberantas kemiskinan.
- Air Limbah: sumber daya yang belum dimanfaatkan (WWDR - 2017)
World Water Develoment Report edisi 2017 berjudul ‘Wastewater: the untapped resource’ menunjukkan bagaimana peningkatan pengelolaan air limbah menghasilkan manfaat sosial, lingkungan dan ekonomi yang penting untuk pembangunan berkelanjutan dan sangat penting untuk mencapai Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goal, Agenda 2030)
Judul laporan mencerminkan peran penting yang siap dimainkan oleh air limbah dalam konteks ekonomi sirkular, di mana pembangunan ekonomi diimbangi dengan perlindungan sumber daya alam dan kelestarian lingkungan, dan di mana ekonomi yang lebih bersih dan berkelanjutan memiliki efek positif pada kualitas air. Peningkatan pengelolaan air limbah menghasilkan manfaat sosial, lingkungan dan ekonomi, dan sangat penting untuk mencapai Agenda 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan.
- Solusi Berbasis Alam untuk Air (WWDR - 2018),
World Water Development Report edisi 2018 berjudul ‘Nature-based solutions for Water’
Menunjukkan bagaimana NBS menawarkan sarana vital untuk bergerak melampaui bisnis seperti biasa untuk mengatasi banyak tantangan air dunia sekaligus memberikan manfaat tambahan yang vital bagi semua aspek pembangunan berkelanjutan.
Bekerja dengan alam meningkatkan pengelolaan sumber daya air, membantu mencapai ketahanan air untuk semua, dan mendukung aspek inti dari pembangunan berkelanjutan.
- Tidak meninggalkan siapa pun (WWDR - 2019)
World Water Development Report edisi 2019 berjudul 'Leaving No One Behind' berupaya menginformasikan kepada para pengambil kebijakan dan pengambil keputusan, di dalam dan di luar komunitas air, bagaimana perbaikan dalam pengelolaan sumber daya air dan akses terhadap layanan air minum dan sanitasi sangat penting untuk mengatasi kemiskinan dan mengatasi berbagai ketidakadilan sosial dan ekonomi lainnya.
Di dunia yang semakin mengglobal, dampak keputusan terkait air melintasi batas dan mempengaruhi semua orang. Peristiwa ekstrem, degradasi lingkungan, pertumbuhan penduduk, urbanisasi yang cepat, pola konsumsi yang tidak berkelanjutan dan tidak adil, konflik dan kerusuhan sosial, dan arus migrasi yang belum pernah terjadi sebelumnya adalah beberapa tekanan yang saling terkait yang dihadapi oleh umat manusia, sering kali menghantam mereka yang berada dalam situasi rentan paling keras melalui dampaknya terhadap air.
Mengatasi ketidaksetaraan yang dihadapi oleh kelompok yang kurang beruntung membutuhkan solusi yang disesuaikan dengan mempertimbangkan realitas sehari-hari orang-orang dan komunitas dalam situasi rentan. Kebijakan yang dirancang dengan baik dan diterapkan secara memadai, penggunaan sumber daya keuangan yang efisien dan tepat, serta pengetahuan berbasis bukti tentang sumber daya air dan masalah terkait air juga penting untuk menghilangkan ketidaksetaraan dalam akses ke air minum dan sanitasi yang aman.
- Air dan Perubahan Iklim ( WWDR - 2020)
World Water Development Report edisi 2020 berjudul 'Water and Climate Change' bertujuan membantu komunitas air untuk mengatasi tantangan perubahan iklim dan menginformasikan komunitas perubahan iklim tentang peluang yang ditawarkan oleh pengelolaan air yang lebih baik dalam hal adaptasi dan mitigasi.
Laporan Pembangunan Air Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa 2020 berfokus pada tantangan, peluang, dan potensi respons terhadap perubahan iklim, dalam hal adaptasi, mitigasi, dan peningkatan ketahanan yang dapat diatasi melalui peningkatan pengelolaan air. Menggabungkan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, melalui air, adalah proposal yang saling menguntungkan, meningkatkan penyediaan layanan air bersih dan sanitasi dan memerangi penyebab dan dampak perubahan iklim, termasuk pengurangan risiko bencana.
- Menghargai / Memberi Nilai Air (UNWWDR - 2021: Valuing Water)
Untuk memperoleh gambaran umum maksud tujuan UNWWDR 2021 ini, berikut dikutip PRAKATA oleh Audrey Azoulay, Director-General of UNESCO.
Berapa nilai air? Tidak ada jawaban yang mudah untuk pertanyaan yang tampak sederhana ini. Di satu sisi, air sangat berharga – tanpanya, kehidupan tidak akan ada. Di sisi lain, air diterima begitu saja – terbuang setiap hari.
Menurut teori ekonomi, nilai suatu barang ditentukan oleh kelangkaan – kesenjangan antara sumber daya yang terbatas dan kebutuhan tidak terbatas Manusia tentu menggunakan air seolah-olah tidak terbatas: diperkirakan 80% dari semua air limbah industri dan kota, misalnya, dilepaskan ke lingkungan tanpa perlakuan / pengolahan sebelumnya.
Namun air tawar faktanya sudah langka dan semakin langka. Lebih dari 2 miliar orang sudah tinggal di daerah yang mengalami tekanan air (water stress). Sebanyak 3,4 miliar orang, 45% dari populasi global, tidak memiliki akses ke fasilitas sanitasi yang dikelola dengan aman. Menurut penilain independen dunia akan menghadapi defisit air global sebesar 40% pada tahun 2030. Situasi ini akan diperburuk oleh tantangan global seperti COVID-19 dan perubahan iklim.
Lebih penting lagi, teori ekonomi bukanlah satu-satunya cara untuk menentukan nilai. Nilai-nilai budaya adalah sama, jika tidak lebih signifikan. Banyak masyarakat adat, misalnya, memberikan status khusus atas air dan saluran air. Ini adalah kasus di Selandia Baru, di mana Undang-Undang Te Awa Tupua, disahkan pada tahun 2017, mengakui Sungai Whanganui sebagai “suatu yang tidak dapat dipisahkan sebagai kesatuan hidup dari pegunungan ke laut". Sungai Gangga dan Yamuna, di India, juga dianggap sebagai makhluk hidup dengan hak yang sama dengan manusia.Untuk kelompok-kelompok ini, badan air seperti orang yang dicintai, dan karenanya tak ternilai harganya.
Lalu, bagaimana seharusnya kita menghargai air? Laporan Pembangunan Air Dunia 2021 berfokus pada masalah penting ini. Ini menilai bagaimana air dihargai di berbagai sektor dan mengidentifikasi bagaimana proses ini dapat ditingkatkan, dengan tujuan menjadi lebih baik mengevaluasi nilai air bagi masyarakat kita.
Seperti yang digarisbawahi Laporan, ada beberapa pendekatan standar untuk penilaian air, baik di dalam atau di antara sektor-sektor. Selain itu, pendekatan ini tidak selalu mengakui perspektif sistem kepercayaan, budaya, gender, dan disiplin ilmu yang berbeda. Hanya dengan menggabungkan sudut pandang ini kita dapat mencapai proses pengambilan keputusan yang lebih berkelanjutan, inklusif, responsif gender dan adil – dan mengambil langkah untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 6, Air bersih dan Sanitasi untuk semua.
Laporan ini, yang dikoordinasikan oleh UNESCO, terwujud berkat Pemerintah Italia dan Regione Umbria, yang telah lama mendukung Program Penilaian Air Dunia UNESCO. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang berpartisipasi dalam upaya bersama ini, terutama keluarga UN-Water atas kerjasamanya yang erat dan berkelanjutan. Publikasi ini mengakui bahwa air bukan masalah pembangunan, tetapi juga hak asasi manusia. Dengan bekerja sama, kita dapat mengidentifikasi solusi untuk membantu kita menuju dunia yang berkelanjutan dan sejahtera, tanpa meninggalkan siapa pun.
Karena nasib manusia dan air tidak dapat dipisahkan. Dalam pepatah suku Sungai Whanganui, “Ko au te awa, ko te awa ko au” – aku adalah sungai, sungai adalah aku.
Akhirnya terkait gambaran isi LPAD oleh PBB 2021, VALUING WATER berikut dikutip paragraf akhir halaman 1, Executive Summary. Laporan mengelompokkan metodologi dan pendekatan terkini untuk penilaian air ke dalam lima perspektif yang saling terkait: (i) menilai sumber air, sumber daya air in situ dan ekosistem; (ii) menilai infrastruktur air untuk penyimpanan, penggunaan, penggunaan kembali atau peningkatan pasokan air; (iii) menilai layanan air, terutama air minum, sanitasi dan aspek terkait kesehatan manusiat; (iv) menilai air sebagai input untuk produksi dan kegiatan sosial ekonomi, seperti pangan dan pertanian, energi dan industri, bisnis dan lapangan kerja; dan (v) nilai-nilai sosial budaya air lainnya, termasuk atribut rekreasi, budaya dan spiritual. Ini dilengkapi dengan pengalaman dari berbagai wilayah global; peluang untuk menyatukan berbagai nilai air melalui pendekatan tata kelola yang lebih terintegrasi dan holistik; pendekatan untuk pembiayaan; dan metode untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan, penelitian dan kapasitas. Tulisan berikut akan melihat isi ringkas ‘UN-WWDR 2021: Valuing Water’. Semoga bermanfaat. SEKIAN.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H