Mohon tunggu...
Naomi Retno Ramasari
Naomi Retno Ramasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa jurusan Ilmu Hubungan Internasional di UPN Veteran Yogyakarta

Saya menghabiskan waktu luang saya dengan bernyanyi, membuat sajak dan juga menonton podcast favorit saya di Youtube. Saya juga senang mmebaca buku terutama buku sejarah tentang kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia zaman dahulu, karena saya merasa sebagai rakyat bangsa ini kita harus selalu mengingat dan menghargai jasa leluhur kita.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Kritis: Menganalisis Teori Ras Kritis mengenai Rasisme di Amerika Serikat

30 Mei 2024   23:45 Diperbarui: 31 Mei 2024   05:31 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Teori kritis adalah sebuah aliran pemikiran yang menekankan penilaian reflektif dan kritik dari masyarakat dan budaya dengan menerapkan pengetahuan dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Teori kritis memiliki dua makna yang berasal dari sosiologi dan kritik sastra. 

Dalam sosiologi, teori kritis berfokus pada penilaian reflektif dan kritik terhadap budaya dan masyarakat untuk memahami dan mengurangi jebakan dalam sistem dominasi atau ketergantungan. Dalam kritik sastra, teori kritis digunakan sebagai bentuk pengetahuan melalui interpretasi untuk memahami makna teks manusia dan simbolis ekspresi.

Teori kritis juga berhubungan dengan filosofi Neo-Marxis dari Frankfurt School yang dikembangkan di Jerman pada tahun 1930-an. Tujuan utama dari teori kritis adalah untuk mengubah arah baru filsafat dan cara berpikir masyarakat modern dengan fokus pada perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik.

Selanjutnya ada teori ras kritis yang juga dikenal sebagai Critical Race Theory (CRT), adalah kerangka analisis yang didasarkan pada teori kritis dan gerakan akademis para cendekiawan dan aktivis hak-hak sipil yang berusaha memeriksa perbedaan ras dan hukum di Amerika Serikat. Teori ini mengkaji isu-isu sosial, budaya, dan hukum yang terkait dengan ras dan rasisme di Amerika Serikat.

Teori ras kritis muncul sebagai sebuah gerakan pada tahun 1980-an untuk mengerjakan ulang teori-teori studi hukum kritis dengan lebih berfokus pada ras. Para ahli teori ras kritis memandang ras sebagai konstruksi sosial interseksional yang tidak "berdasarkan biologis dan studi hukum kritis dapat secara tidak sengaja mengarah pada implikasi antisemit dan anti-Asia".

Teori ras kritis diambil dari para pemikir hebat seperti Sojourner Truth, Frederick Douglass, Antonio Gramsci dan W. E. B. DuBois, serta gerakan Black Power, Chicano, dan feminis radikal dari tahun 1960-an dan 1970-an. Bell mengatakan keyakinannya pada Paul Robeson bahwa "Kemandirian orang kulit hitam dan kesinambungan budaya Afrika harus membentuk tulisan mereka".

Prinsip teori ras kritis yaitu bahwa rasisme dan hasil ras yang berbeda adalah hasil dari dinamika sosial dan kelembagaan berubah, dan sering kali halus, daripada prasangka pribadi yang disengaja. Teori ras kritis juga memandang ras sebagai konstruksi sosial interseksional yang tidak "berdasarkan biologis dan studi hukum kritis dapat secara tidak sengaja mengarah pada implikasi antisemit dan anti-Asia".

Metodologi teori ras kritis meliputi analisis kritis terhadap hukum dan budaya, sertacontohnya adalah penggunaan "narasi" dan teknik sastra lainnya untuk menggambarkan pengalaman rasial. Para ahli teori ras kritis juga menggunakan metodologi alternatif dalam mengekspresikan karya, seperti penggunaan "narasi" dan teknik sastra lainnya .

Dalam teori ras kritis, berbagai sub-kelompok fokus pada masalah-masalah dan nuansa yang unik untuk komunitas etno-rasial dan atau terpinggirkan. Subbidang ini termasuk persilangan ras dengan disabilitas, etnis, gender, seksualitas, kelas, atau agama. 

Misalnya, studi ras kritis disabilitas (DisCrit), feminisme ras kritis (CRF), Hebrew Crit (HebCrit), Black Critical Race Theory (Black Crit), studi ras kritis Latin (LatCrit), studi ras kritis Asia Amerika (AsianCrit), studi ras kritis Amerika Selatan Asia (DesiCrit), dan studi ras kritis Indian Amerika (kadang-kadang disebut TribalCrit).

Teori ras kritis telah diterapkan pada banyak kelompok, termasuk kelompok imigran kulit putih yang mendorong beberapa sarjana untuk menyerukan gelombang kedua studi kulit putih yang sekarang menjadi cabang kecil yang dikenal sebagai Second Wave Whiteness (SWW) .

Analisis rasisme di Amerika Serikat melalui teori ras kritis menunjukkan bahwa rasisme terhadap keturunan Asia di Amerika Serikat terus mengalami peningkatan, terutama disebabkan dengan adanya kasus "Stop Asian Hate" yang berguna dalam menyuarakan gerakan anti-rasisme. Kepribadian rasis yang dimiliki oleh Presiden Donald Trump semakin membuat tumbuh suburnya kejahatan rasial terhadap keturunan Asia terutama yang berada di Amerika Serikat.

Kasus "Asian Hate" yang terjadi di Amerika Serikat sangat mempengaruhi kenyamanan dan kondisi mental semua orang yang memiliki darah Asia khususnya yang berada di Amerika Serikat. Orang-orang yang asli Amerika Serikat kerap menggunjing dan menggangu orang dengan keturunan Asia ketika mereka berjalan melewati orang-orang Amerika Serikat.

Cara mereka mengganggu biasanya yaitu dengan cara menirukan bentuk mata sipit orang-orang Asia dan mengeluarkan kata-kata kasar bahkan kotor yang memiliki tujuan untuk menyakiti orang dengan keturunan Asia. Dengan adanya perilaku menormalisasi rasisme tersebut, tentunya hal tersebut akan menjadi hal yang biasa dilakukan dan mereka yang melakukannya justru merasa senang bahkan puas.

Penelitian lainnya membahas diskriminasi ras dan hak asasi manusia di Amerika Serikat, serta analisis struktur rasisme dalam film-film seperti "The Help". Hal ini menjelaskan seberapa penting peran masyarakat internasional dalam membentuk jati diri dan norma di tingkat global yang perlu dilindungi, nilai-nilai baru ini antara lain yaitu penghormatan pada Hak Asasi Manusia (HAM) dan demokrasi. 

Teori ras kritis sangat relevan dalam memahami rasisme di AS. Rasisme di AS tidak hanya terbatas pada tindakan rasis antar individu, tetapi juga terkait dengan kebijakan, budaya, dan peristiwa sejarah.

Analisis lebih dalam menunjukkan bagaimana rasisme di AS dapat berupa perlakuan rasisme terhadap pihak kepolisian, segregasi, dan perlawanan ras kulit hitam terhadap diskriminasi. Oleh karena itu, untuk mengatasi rasisme di AS, diperlukan pendekatan yang lebih luas dan berkelanjutan, termasuk perubahan budaya, kebijakan dan perlawanan aktif melalui berbagai bentuk.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun